Home / Pernikahan / Sultan Dianggap Upik Abu / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Sultan Dianggap Upik Abu: Chapter 31 - Chapter 40

102 Chapters

Bab. 31

"Ini loh bapak dan ibu sedang mengusulkan nama untuk anak kita nanti, mas. Masa katanya kalau perempuan mau di kasih nama Yummy," ujar Melinda berbohong."Iya, Yummy singkatan dari Yusuf dan Melinda. Lagian lucu lagi kalau nama Yummy pasti comel begitu cucuku," kata Marisha terkekeh mengikuti alur kebohongan Melinda."Nama yang bagus, gak papa kok kalau ibu pengen memberikan nama untuk anak kami. Aku setuju kok," kata Yusuf tersenyum ramah. "Tuh kan Yusuf saja setuju kok. Kamu aja yang gak suka," kata Marisha lagi."Iya deh bu, nanti aku sisipin nama Yummy pada anak ku. Sekalian Yummy Yammy Lezatmy," kata Melinda sambil tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh yang lainnya.Kusuma kemudian merangkul pundak Yusuf. Dia kemudian menanyakan tentang pembangunan rumah milik Yusuf dan Melinda. "Kira-kira kapan rumah kalian bisa di tempati?" tanya Kusuma."Aku belum bisa memastikan kapan bisanya. Tapi yang pasti tahun ini sudah selesai pembangunan rumahnya, pak," sahut Yusuf."Kenapa memang nya
Read more

Bab. 32

"Siapa Mel?" tanya Imel."Oh anu, ini klien mas Yusuf, ma," jawab Melinda bohong.Imel terlihat sangat panik, "Aduh gimana ini? Coba kamu jawab aja telponya, bilang kalau ponselnya ketinggalan. Suruh menghubungi lewat email saja, Yusuf bawa laptop kan?""Iya bawa, ma,"Melinda langsung menjawab panggilan telpon tersebut. Namun dia memutuskan untuk diam, memilih untuk mendengarkan apa yang akan orang itu katakan. Meski Melinda sangat berharap jika Yusuf hanya salah menamai nomor telpon tersebut."Hallo! Kamu jadi berangkat hari ini? Kenapa tidak pamit sama ibu?" terdengar suara perempuan diseberang telpon sana.Deg!!! Jantung Melinda seakan berhenti berdetak."Ibu? Apakah mas Yusuf benar-benar mempunyai dua ibu mertua?" batin Melinda bertanya-tanya."Kok diam saja? Kamu dengar ibu bicara kan?" kata perempuan itu lagi.Melinda menghembuskan nafas kasar, ia kemudian memberanikan diri untuk menyahut, "Iya saya dengar kok," Ternyata benar dugaan Melinda, perempuan itu langsung mematikan p
Read more

Bab. 33

"Gak papa kok, bik. Mau ambil piring aja," sahut Melinda."Oh masih kurang ya piring nya, mbak? Yaudah biar saya ambilkan piringnya," ujar Ramlah seraya mengambil piring yang sudah tertata rapi di raknya."Makasih, bik. Sini biar saya bawa sendiri piring," "Sama-sama, mbak. Biar saya saja yang bawain piring nya kedepan. Ini sudah menjadi tugas saya,mbak," kata Ramlah. Namun Melinda dapat melihat raut wajah bik Ramlah yang berbeda kali ini. Pembantunya itu seperti ketakutan saat bertatapan dengan Melinda."Nggak papa, bik. Biar ku bawa sendiri saja piring nya. Bibik silakan teruskan perkerjaan bibik saja," ucap Melinda langsung mengambil piring dari tangan Ramlah. Dia kemudian kembali ke meja makan. Meninggalkan Ramlah yang masih terlihat gugup."Ini piringnya, bu," kata Melinda menyerahkan satu buah piring untuk ibunya."Terimakasih, nak," sahut Marisha."Lagi ngapain bik Ramlah di dalam? Kenapa dia tidak mendengar panggilan ku?" tanya Santi."Masih sibuk membersihkan peralatan masak
Read more

Bab. 34

"Kalau itu sih ibu gak akan nolak, Mel. Mau kamu ajak keliling Jakarta ibu mau kok. Tapi ibu takut kamu kecapean," sahut Marisha."Nggak akan capek, bu. Aku juga udah bosan dirumah,""Yaudah kalau gitu. Ibu siap-siap dulu," kata Marisha bangkit dari duduknya. Kemudian mengeluarkan pakaian ganti dari koper kecilnya.Tok.. tokk... tokkk...Suara pintu kamar diketuk dari luar. Melinda langsung membukakan pintu. Terlihat Imel sudah rapi dengan baju bagus dan tas di tangannya berdiri diambang pintu."Ada apa, ma?" tanya Melinda bingung."Hari ini mama ada arisan dengan dengan teman-teman. Mama tinggal gak papa kan?" tanya Imel agak ragu."Ah iya gak papa kok. Lagian aku udah baikkan juga. Ini juga mau jalan-jalan bareng ibu,""Oh begitu. Apa benar udah baikkan, Mel?" tanya Imel memastikan."Sudah, ma. Nih mama lihat sendiri tangan dan kaki ku sudah baikan," sahut Melinda sambil menggerakkan kaki dan tangannya."Ya sudah jika kondisimu sudah membaik. Kalian hati-hati di jalan ya,""Iya ma,"
Read more

Bab. 35

Melinda masih syok dengan kenyataan ini. Dia berharap ini semua hanya mimpi. Berharap akan menghilang ketika ia bangun nanti. Namun itu semua bukan mimpi. Melainkan sebuah kenyataan pahit yang harus ia hadapi. "Mel! Mel kok bengong? Mau kemana lagi setelah ini?" seru Marisha mengagetkan Melinda."Gimana kalau kita lihat rumah ku bu? Aku ingin melihat progress pembangunan nya sudah sampai mana," sahut Melinda dengan tatapan lurus kedepan.Marisha mangut-mangut, "Boleh. Tapi kamu gak mau belanja dulu kah? Kan sudah lama gak belanja juga,""Gak ah, barang ku masih layak pakai. Sayang uang nya,"Marisha memberengut, "Selalu saja begitu, persis sama bapakmu,""Kalau ibu masih mau belanja lagi, ayo aku temani," kata Melinda tersenyum simpul."Gak ah, udah gak mood. Ayo kita lihat pembangunan rumah mu saja. Ibu juga penasaran udah sampai mana progressnya," sahut Marisha sambil menarik lengan Melinda keluar mall."Sambil nunggu taksi, ayo kita selfie dulu bu. Satu dua cess," kata Melinda men
Read more

Bab. 36

"Nggak ngapain-ngapain, bu. Orang nya tidak ada dirumah," jawab Melinda bohong.Marisha menyerngit bingung, "Orang siapa Mel? Riska itu?""Iya bu,""Ngapain kamu nyamperin kesana? Buat apa sih? Tidak penting juga kan, jelas-jelas Yusuf yang salah ngasih alamat rumah ke kamu. Ayo kita pulang sekarang, udah sore nih," ajak Marisha seraya menggandeng lengan Melinda.Dalam perjalanan pulang itu, Melinda lebih banyak diam membuat Marisha bingung. Di dalam pikiran Melinda tertuju pada kebohongan Yusuf, ia berpikir keras bagaimana caranya membalas perbuatan Yusuf yang begitu menyakitkan itu. Jika hanya bercerai itu terlalu mudah untuk Yusuf. Melinda ingin Yusuf mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya."Kenapa diam saja, Mel?" tanya Marisha memecah keheningan."Gak papa kok, bu. Aku hanya kecapean saja," sahut Melinda."Tuh kan apa ibu bilang tadi kamu pasti akan kecapean. Nggak nurut sih sama ibu," "Nggak papa kok, bu. Aku mau istirahat langsung setelah sampai rumah nanti,""I
Read more

Bab. 37

"Entahlah bu, firasatku mengatakan begitu. Tapi semoga saja bukan sih, jika memang benar begitu sungguh ini hal yang sangat menyakitkan untukku," ucap Melinda sambil menerawang jauh kesana.Marisha hanya mangut-mangut, dia mengelus lembut bahu Melinda, "Sabar ya, nak. Kita pasti bisa memecahkan misteri ini satu persatu. Bisa jadi misteri kamar mandi ada hubungannya dengan pernikahan Yusuf yang baru saja kamu ketahui,""Bu, apakah menurut ibu bik Ramlah orang yang baik?" tanya Melinda membuat Marisha menghentikan tangannya mengelus bahu putrinya."Kenapa? Apakah kamu juga mencurigai pembantu itu?"Melinda mengaguk, "Keponakan bik Ramlah seumuran dengan mas Yusuf, namanya Putri. Aku jadi curiga jika mas Yusuf menikahi anak angkatnya bik Ramlah itu,"Marisha menyatukan kedua alisnya, "Masa sih, nak? Ibu gak percaya loh, masa Yusuf menikah pembantu? Masa iya kamu anak sultan dimadu dengan anak pembantu?""Apanya yang tidak mungkin, bu? Bukan kah cinta tak memandang kasta?""Kenapa kamu ja
Read more

Bab. 38

"Cuma pengen tahu saja bik,""Putri Kemala Sari, mbak," sahut Ramlah membuat Melinda menyunggingkan senyum."Nama yang bagus bik," ucap Melinda tersenyum manis. Ternyata dugaan nya salah, istrinya Yusuf bukan keponakan Ramlah. Hanya mereka memiliki nama nya yang sama tapi orangnya berbeda.Melinda kembali ke meja makan dengan perasaan lega. Mereka makan dengan hikmat. Tapi tiba-tiba ponsel Eddy berdering, dia buru-buru menjawab panggilan itu."Hallo!" kata Eddy menjawab panggilan itu."Apa? Innalillahi wainnalillahirajiun," kata Eddy lagi membuat semua orang yang ada di meja makan menatap kearahnya."Ya Allah. Ya sudah, kami akan segera kesana,""Tunggu aku tiba disana," lanjut Eddy lagi.Panggilan terputus bersamaan dengan menetesnya air mata Eddy. Imel memeluk suaminya, mencoba memberikan kekuatan. Semua yang ada diruangan juga sudah mengerti tentang apa yang terjadi."Kita harus segera berangkat kesana, ma," kata Eddy dalam isak tangisnya.Imelnya mengaguk menyetujui permintaan su
Read more

Bab. 39

"Hmm gak papa sih, hanya ingin tahu saja hehe," jawab Melinda tersenyum simpul menampilkan deretan gigi putihnya."Teman Yusuf ya? Emm, ada sih kayaknya," sahut Gina mangut-mangut, sepertinya dia sedang mengingat sesuatu, "Ada sih, teman masa kecilnya tapi perempuan sih," lanjut Gina sambil terkekeh menggoda Melinda."Teman masa kecil?""Iya hanya teman masa kecil. Kayak nya mereka juga udah gak berhubungan lagi, jadi kamu tenang saja. Lagian Riska juga sudah menikah kok," jelas Gina membuat Melinda terperangah.Melinda mencoba mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi, "Oh, jadi teman nya mas Yusuf itu sudah bersuami ya?""Iya, setahu ku begitu. Hanya saja yang ku dengar katanya dia dan suaminya hanya menikah siri saja," jelas Gina lagi semakin membuat Melinda yakin jika Riska teman masa kecilnya Yusuf itu adalah madunya sendiri."Apa dia sudah lama menikahnya?""Setahu ku sudah hampir satu tahun lebih, bahkan dia sudah punya anak. Tapi aku nggak tahu kebenarannya sih. Ah kenapa ki
Read more

Bab. 40

Melinda mengikuti Yusuf dari belakang. Meskipun merasa jijik sekali tidur seranjang dengan lelaki yang sudah pernah berbagi peluh dengan perempuan lain. Melinda tetap mengikuti langkah kaki Yusuf menuju kamar belakang."Oh iya yank, tadi kamu benaran jalan-jalan sama ibu hanya ke mall saja?" tanya Yusuf seakan memastikan sesuatu.Melinda mengaguk, "Iya lah, kenapa memangnya?"Yusuf mangut-mangut, "Gak papa sih, hanya bertanya saja. Gimana jalan-jalan nya? Seru kah?""Iya lumayan sih," jawab Melinda singkat. Karna sejujurnya dia sangat malas meladeni Yusuf."Em, oh iya yank aku sampai lupa buat ngasih tahu kamu jika aku salah memberikan alamat rumah kita waktu itu loh," Melinda pura-pura bingung, dia menyatukan kedua alisnya nampak sedang mencerna ucapan Yusuf, "Maksudnya?""Iya. Jadi gini loh yank, alamat yang pernah ku berikan dulu itu sebenarnya hanya alamat random yang tak sengaja ku tulis. Aku memang sengaja tidak memberikan alamat ruamah kita yang sebenarnya. Karna aku yakin kam
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status