Kopi hangat yang kuresap di kamar hotel, sama pahitnya dengan kenyataan bahwa Dinda sudah menghilang ketika aku membuka mataku lagi. Situasi mendadak menjadi tidak menentu. Perginya Dinda tanpa sepengetahuanku adalah ambigu.Setelah apa yang terjadi di antara kita, rasanya seperti mustahil untuk dia pergi meninggalkanku begitu saja. Apalagi, tanpa penjelasan. Memang, aku baru muncul di hadapannya tadi malam. Tapi aku bisa melihat dan merasakan dengan sangat jelas, bagaimana dia yang awalnya jaga jarak, perlahan mendekat, lalu membuka dirinya padaku. Bahkan, lebih dari yang aku pernah bayangkan sebelumnya.Dengan segala upaya, aku sudah berusaha untuk bisa mengendalikan hasratku. Tapi, jika aku harus jujur, itu bukan hal yang mudah. Kedua matanya yang indah dan sorotnya yang lembut, seakan mengatakan kebaikan. Mengatakan kalau hatinya tidak suka pertikaian. Ditambah, kilau rambut hitamnya, lengkungan senyumnya yang menggoda, lekuk tubuhnya dengan bagian dada dan pinggul yang cukup beri
Read more