Semua Bab Beda Usia, Beda Usaha: Bab 11 - Bab 20

165 Bab

004b

“Lo ngasih kondom se-box buat gue?” Tanyaku dengan ekspresi bingung. “Ya iyalah, oneng! Buat siapa lagi memangnya? Kartika?” Aku mengamati tanggal kadaluarsa yang ada di bagian bawah box. “Kapan lo belinya?” Tanyaku dengan heran karena sejak tadi, aku dan Salma sama sekali tidak memasuki apotek atau toko obat-obatan. “Tadi. Pas lo lagi sibuk milih-milih baju, gue melipir sebentar…” Jawab Salma sambil mencari sesuatu di dalam tasnya lagi. “Vaksin lo gimana?” “Vaksin?” “HPV, DPT, dan kawan-kawannya.” Jawab Salma dengan tidak sabar. “Udah lengkap semua.” “Lo masih rutin minum pil nggak?” Tanya Salma sambil menunjukkan kotak kontrasepsi kepadaku. “Pil tiap hari. Kan sekalian buat ngatur mens gue juga.” Dalam kondisi aktif, atau tidak aktif secara seksual, aku memang setiap hari mengkonsumsi pil kontrasepsi yang diresepkan khusus oleh dokter. Selain untuk mencegah kehamilan pada saat aku sedang aktif dengan Gani secara seksual, pil tersebut juga berfungsi untuk mengatur siklus men
Baca selengkapnya

005

*** Miranda Rineke: How’s there? === I think I wanna go home deh ini :( === What’s going on? === Idk. Maybe I’m too old for bear n bar... Lumayan ngantuk & mau rebahan di kasur === LoL. Salma gmn? === Udah foreplay sama cowok baru... *** “Dinda!” Aku mendongak dan tersenyum ke arah sosok yang menyapaku barusan. “Lo di sini juga...” Kataku sambil menyimpan ponselku ke dalam tas lagi. Rangga duduk di sebelahku. Ia kemudian memajukan wajahnya dan mendekat ke arah telingaku supaya aku bisa mendengar suaranya dengan lebih jelas lagi. “Gue padahal besok minggu mau hubungin lo tau. Eh, udah ketemu di sini aja.” Aku bergantian mendekatkan wajahku ke dekat telinga Rangga. “Ada job apa lagi?” Tanyaku langsung, karena sudah hafal dengan kebiasaan Rangga yang lebih sering meneleponku hanya untuk hal-hal yang berkaitan dengan pemotretan. “Tau aja lo.” Rangga menepuk lututku pelan sambil tersenyum manis. “Bentar. Gue mesen dulu.” Ia lalu memanggil salah seorang bartender dan meme
Baca selengkapnya

006

Kedua kakiku melangkah santai melewati lorong untuk menuju ke pintu keluar. Kedua mataku fokus pada layar ponselku sendiri, karena aku harus secara rutin membaca beberapa e-mail yang baru masuk dan belum sempat aku buka. Namun, tiba-tiba saja tubuhku terdorong dari arah belakang, diikuti dengan suara beberapa perempuan yang juga merintih kesakitan sekaligus tertawa geli. Tubuhku terpojok jatuh ke tembok sisi kiri. Tangan kiriku langsung bersandar pada tembok, dan di saat yang bersamaan, tangan kananku dan kedua lututku bersentuhan dengan lantai untuk menahan tubuhku. Tidak ada yang luka sampai berdarah ataupun lecet dari tubuhku. Tapi tetap saja, jatuh itu sakit. Dan sekarang aku juga tidak tahu ponselku terlempar ke sebelah mana. “Kamu nggak apa-apa?” Tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba saja muncul, entah dari mana. Dia kemudian setengah berjongkok di sampingku, sambil mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Tangan kirinya bergerak dari arah belakang untuk menggenggam bahuku yang
Baca selengkapnya

006b

Aku terus berjalan dan laki-laki itu juga ikut berjalan di sampingku. Bahkan ikut berhenti saat aku berhenti, dan ikut berdiri di depan pintu lift yang masih tertutup bersama denganku.“Kamu nggak lagi ngikutin saya kan ya ini?” Tanyaku sambil menoleh dan menatap kedua matanya. Aku sengaja tidak memencet tombol lift untuk memastikan keamananku terlebih dahulu.Salah satu tips ketika menghadapi orang asing yang sedang mendekati kita adalah, tunjukkan ke mereka kalau kita punya keberanian dan kepercayaan diri yang kuat. Karena kita tidak bisa menebak niat hati seseorang, jadi jangan biarkan mereka bisa merasakan atau membaca ketakutan dan kekhawatiran kita sedikit pun.“Aku memang lagi ngikutin kamu.” Jawab dia santai. Tanpa ada rasa bersalah di wajahnya.+Wah, gila ini orang! Pede banget lagi gayanya…Keren sih dia… Keliatan macho juga…Oh, NO! No ya, Dinda! Ati-ati!Zaman sekarang, penjahat itu ada aja bentukannya.Jadi jangan terpengaruh sama penampilan dia.+“Alasan kamu ngikutin
Baca selengkapnya

007

+Fix, ini gue kualat beneran deh kayaknya...Gara-gara tadi bohong dan bilang cari angin, sekarang gue jadi kena angin beneran kan...Ya… biarpun cuma kiasan, tetep aja kan gue bohong tadi…Buset, lumayan juga dinginnya ya… Mana baju gue lumayan kebuka dan serba minim begini pula...Eh, tapi kan, gue tadi bohongnya demi kebaikan sendiri… Mestinya nggak harus sampe kualat dong ya?+“Kamu belum jawab pertanyaanku tadi.” Kata Deo setelah pramusaji selesai mencatat pesanan kita dan bergegas pergi.“Yang mana?” Aku tidak yakin karena Deo memberiku banyak pertanyaan, yang memang sengaja belum aku jawab semuanya.“Soal nama kamu.”“Dinda.”“Nama lengkap?”Aku menatap Deo yang duduk di sebelahku untuk beberapa detik. “Adinda Kelsey Hardana.” Deo mengembangkan senyum manisnya ketika mendengarkan jawabanku. “Kalo aku kurang ajar dan jahatin kamu, kamu juga bisa dengan gampang penjarain aku.” Dan sekarang dia tersenyum geli karena aku meniru inti dari kalimat yang dia ucapkan sebelumnya.Deo m
Baca selengkapnya

007b

“Diet?” Tanya Deo sambil melirik ke arah pesananku.“Ada kerjaan.”Deo mengerutkan keningnya. “Kerjaan apa yang cuma ngebolehin kamu minum air putih doang?”“Ada casting buat photo-shoot.”“Majalah?”“Lingerie.”+Gotcha. Boys will be boys.+Dalam hitungan sepersekian detik, aku bisa membaca bahasa tubuh, perubahan ekspresi, dan pergerakan kedua mata Deo ketika aku menyebutkan kata ‘lingerie’. Kedua matanya bergerak dengan cepat untuk menatap tubuhku, seperti mesin scan yang sedang bergerak merekamku dari atas hingga ke bawah.Deo tersenyum. “I think you will get that.”“Who are you? A psychic?”Deo tertawa santai. “Maybe, it’s just my intuition.”“Ada belasan perempuan cantik yang ikut casting, dan yang dibutuhkan hanya satu orang. Menggantikan model yang lagi hamil. Dan kebetulan, model yang lagi hamil itu temen kuliahku dulu. Jadi aku tau persis standarnya kayak apa.”“Aku yakin kamu yang kepilih.”Aku mendengus geli dan melipat kedua tanganku di dada. Entah mengapa, aku merasa ti
Baca selengkapnya

008

Topik pembicaraanku dengan Deo akhirnya berkembang ke berbagai macam hal. Mulai dari hal yang paling sepele dan receh, sampai ke hal yang sifatnya lebih filosofis, dan juga ke beberapa hal tentang kehidupan kita masing-masing. Kita membicarakan beberapa topik yang sifatnya serius, namun kita juga masih bisa bercanda dan tertawa bersama. Komunikasi yang terjadi di antara kita berdua, bisa mengalir dari satu topik, ke topik lainnya dengan begitu lancar. Dan tidak ada kesan seperti sedang dipaksakan sedikit pun. Selain itu, hal baru yang bisa aku tangkap lagi dari Deo adalah, dia memanfaatkan dan mengembangkan hobi, sekaligus potensi yang dimilikinya dengan sangat maksimal. Berawal dari ketertarikannya dengan dunia game dan teknologi, kini dia sedang berusaha untuk menggabungkannya dengan dunia pendidikan. “Anak-anak sekarang itu, tumbuh di era, di mana teknologi sudah semakin canggih. Menurut riset yang aku dan tim pernah teliti, kebanyakan mereka lebih pilih main game daripada baca b
Baca selengkapnya

008b

“Makasih ya…” Kata Deo kemudian setelah aku selesai meneguk minumanku.“Makasih untuk?” Tanyaku bingung.“Karena kamu udah bikin aku seneng.”Aku mendengus geli. “Aku bahkan nggak ngerasa udah ngelakuin sesuatu buat kamu.”“Pertanyaan kamu barusan bikin aku seneng. Aku ngerasa udah didengerin, dimengerti, dan dapet feedback yang priceless dari kamu… Kamu…” Mendadak angin berhembus lebih kencang di sekitar kita, dan kata-kata Deo terhenti sementara. Dia fokus merapikan sisi samping rambutku terlebih dahulu, karena helaiannya lumayan menutupi mataku yang sebelah kiri.Aroma maskulin dari tubuh Deo semakin tercium jelas. Mungkin karena hembusan angin, atau mungkin juga karena lengan kanannya yang sedikit terangkat. Kemeja putih yang ia kenakan, dengan dasi yang sedikit mengendur di lehernya, entah mengapa menjadi hal yang sangat menarik untuk kupandangi saat ini.Jantungku mendadak berdegup semakin kencang ketika jari-jemari Deo menyentuh helaian rambutku. Di dalam hatiku, aku berusaha m
Baca selengkapnya

009

Getaran ponselku menimbulkan suara yang sebenarnya tidak terlalu kencang, namun cukup menganggu tidur nyenyakku. Mataku masih terpejam dan tangan kiriku meraba permukaan nakas untuk mengambil ponselku. Belum sempat kusentuh ponselku, getarannya mendadak berhenti, dan tanganku kembali ke tempat tidur seperti semula.Mataku sebenarnya belum terbuka sama sekali, tapi pikiranku sudah terbangun dan aku tidak bisa melanjutkan tidurku lagi, meskipun aku sudah mencobanya beberapa kali. Akhirnya perlahan kubuka kedua mataku, sambil kuraba lagi permukaan nakas dengan tangan kiriku.Jam sembilan, lewat tiga puluh enam menit. Begitulah yang tertera di layar ponselku ketika kunyalakan. Mataku masih terasa sedikit pedih ketika aku mengecek notifikasi di ponselku, yang dipenuhi dengan bombardir chat dan panggilan telepon dari Rangga. Dia memintaku untuk segera menghubunginya, karena ada hal penting dan mendesak yang ingin dia sampaikan.Aku terdiam sejenak. Bingung dan tidak mengerti dengan hal pent
Baca selengkapnya

010

“Halo, Ngga, sori. Gue tadi masih tidur. Gimana? Ada apa?” Tanyaku pada Rangga, ketika aku baru saja duduk di kursi belakang, dan meminta supir taksi untuk mengantarkanku ke alamat gedung apartemenku.“Lo nggak kebanyakan minum atau mabuk kan semalem?” Tanya Rangga dengan intonasi yang sangat serius.“Nggak. Kenapa? Ada tes urin?”“Ada yang lebih menegangkan dari tes urin.” Jawab Rangga dengan intonasi suara yang dramatis. “Lo tau Sang Chul Kim nggak?”Aku mengeryitkan keningku karena nama yang disebutkan Rangga barusan sangat tidak familiar di telingaku. “Nggak tau. Kim siapa itu?”“Dia salah satu fotografer dari Seoul yang ada di bagian casting. Orangnya mendadak dateng dan ngubah-ubah jadwal sesuka hati dia. Jadi, lo mesti dateng ke kantor jam satu ini paling lambat. Soalnya jam tiga kita bakalan mulai. Jadwalnya sih barusan gue tau, seharusnya itu minggu depan baru mulai, tapi gue juga nggak tau kenapa Pak Kim mendadak minta langsung tes kamera sama seleksi hari ini.”“Ini yang lo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status