Share

008

Penulis: Alma Varda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Topik pembicaraanku dengan Deo akhirnya berkembang ke berbagai macam hal. Mulai dari hal yang paling sepele dan receh, sampai ke hal yang sifatnya lebih filosofis, dan juga ke beberapa hal tentang kehidupan kita masing-masing. Kita membicarakan beberapa topik yang sifatnya serius, namun kita juga masih bisa bercanda dan tertawa bersama. Komunikasi yang terjadi di antara kita berdua, bisa mengalir dari satu topik, ke topik lainnya dengan begitu lancar. Dan tidak ada kesan seperti sedang dipaksakan sedikit pun.

Selain itu, hal baru yang bisa aku tangkap lagi dari Deo adalah, dia memanfaatkan dan mengembangkan hobi, sekaligus potensi yang dimilikinya dengan sangat maksimal. Berawal dari ketertarikannya dengan dunia game dan teknologi, kini dia sedang berusaha untuk menggabungkannya dengan dunia pendidikan.

“Anak-anak sekarang itu, tumbuh di era, di mana teknologi sudah semakin canggih. Menurut riset yang aku dan tim pernah teliti, kebanyakan mereka lebih pilih main game daripada baca b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Beda Usia, Beda Usaha   008b

    “Makasih ya…” Kata Deo kemudian setelah aku selesai meneguk minumanku.“Makasih untuk?” Tanyaku bingung.“Karena kamu udah bikin aku seneng.”Aku mendengus geli. “Aku bahkan nggak ngerasa udah ngelakuin sesuatu buat kamu.”“Pertanyaan kamu barusan bikin aku seneng. Aku ngerasa udah didengerin, dimengerti, dan dapet feedback yang priceless dari kamu… Kamu…” Mendadak angin berhembus lebih kencang di sekitar kita, dan kata-kata Deo terhenti sementara. Dia fokus merapikan sisi samping rambutku terlebih dahulu, karena helaiannya lumayan menutupi mataku yang sebelah kiri.Aroma maskulin dari tubuh Deo semakin tercium jelas. Mungkin karena hembusan angin, atau mungkin juga karena lengan kanannya yang sedikit terangkat. Kemeja putih yang ia kenakan, dengan dasi yang sedikit mengendur di lehernya, entah mengapa menjadi hal yang sangat menarik untuk kupandangi saat ini.Jantungku mendadak berdegup semakin kencang ketika jari-jemari Deo menyentuh helaian rambutku. Di dalam hatiku, aku berusaha m

  • Beda Usia, Beda Usaha   009

    Getaran ponselku menimbulkan suara yang sebenarnya tidak terlalu kencang, namun cukup menganggu tidur nyenyakku. Mataku masih terpejam dan tangan kiriku meraba permukaan nakas untuk mengambil ponselku. Belum sempat kusentuh ponselku, getarannya mendadak berhenti, dan tanganku kembali ke tempat tidur seperti semula.Mataku sebenarnya belum terbuka sama sekali, tapi pikiranku sudah terbangun dan aku tidak bisa melanjutkan tidurku lagi, meskipun aku sudah mencobanya beberapa kali. Akhirnya perlahan kubuka kedua mataku, sambil kuraba lagi permukaan nakas dengan tangan kiriku.Jam sembilan, lewat tiga puluh enam menit. Begitulah yang tertera di layar ponselku ketika kunyalakan. Mataku masih terasa sedikit pedih ketika aku mengecek notifikasi di ponselku, yang dipenuhi dengan bombardir chat dan panggilan telepon dari Rangga. Dia memintaku untuk segera menghubunginya, karena ada hal penting dan mendesak yang ingin dia sampaikan.Aku terdiam sejenak. Bingung dan tidak mengerti dengan hal pent

  • Beda Usia, Beda Usaha   010

    “Halo, Ngga, sori. Gue tadi masih tidur. Gimana? Ada apa?” Tanyaku pada Rangga, ketika aku baru saja duduk di kursi belakang, dan meminta supir taksi untuk mengantarkanku ke alamat gedung apartemenku.“Lo nggak kebanyakan minum atau mabuk kan semalem?” Tanya Rangga dengan intonasi yang sangat serius.“Nggak. Kenapa? Ada tes urin?”“Ada yang lebih menegangkan dari tes urin.” Jawab Rangga dengan intonasi suara yang dramatis. “Lo tau Sang Chul Kim nggak?”Aku mengeryitkan keningku karena nama yang disebutkan Rangga barusan sangat tidak familiar di telingaku. “Nggak tau. Kim siapa itu?”“Dia salah satu fotografer dari Seoul yang ada di bagian casting. Orangnya mendadak dateng dan ngubah-ubah jadwal sesuka hati dia. Jadi, lo mesti dateng ke kantor jam satu ini paling lambat. Soalnya jam tiga kita bakalan mulai. Jadwalnya sih barusan gue tau, seharusnya itu minggu depan baru mulai, tapi gue juga nggak tau kenapa Pak Kim mendadak minta langsung tes kamera sama seleksi hari ini.”“Ini yang lo

  • Beda Usia, Beda Usaha   011

    *** Miranda Rineke: Kenapa bingung? === Gw semalem ketemu cowok dan end up with sex immediately. Trs skg, gw nggak tau dia single atau ada pacar. Gmn kl dia malah udh punya anak & istri? Mana gw baru kepikirannya td pas udh bangun pula… === Kan blm tentu juga, Dinda… Knp nggak lo coba tanya langsung ke orgnya? === Kan nggak ngejamin dia bakalan jujur sama gw, Mira… Duh, gmn ya? Gw khawatir tau… Gmn kl tanpa gw sadari, gw udah nyakitin orang lain? Gw bakalan ngerasa bersalah bgt sih ini… === Kl ternyata dia single gmn? === Ya, oke. At least gw nggak nyakitin pihak lain yg gw nggak tau… Tapi gw bakalan tetep ngerasa bersalah sih. Jujur aja… Biarpun nggak sebanyak kl dia udah ada gandengan. === Kenapa ngerasa bersalah? === Gw td ninggalin dia di hotel gt aja. Sumpah, gw nggak maksud kurang ajar ya... Tdnya gw mikir mau bangunin dia. Tp nggak jd. Jd gw akhirnya buru2 kabur sebelum dia bangun. === Knp nggak jd lo bangunin? === Itu dia. Gw jg bingung. Gw pan

  • Beda Usia, Beda Usaha   012 - Aldeo

    Kopi hangat yang kuresap di kamar hotel, sama pahitnya dengan kenyataan bahwa Dinda sudah menghilang ketika aku membuka mataku lagi. Situasi mendadak menjadi tidak menentu. Perginya Dinda tanpa sepengetahuanku adalah ambigu.Setelah apa yang terjadi di antara kita, rasanya seperti mustahil untuk dia pergi meninggalkanku begitu saja. Apalagi, tanpa penjelasan. Memang, aku baru muncul di hadapannya tadi malam. Tapi aku bisa melihat dan merasakan dengan sangat jelas, bagaimana dia yang awalnya jaga jarak, perlahan mendekat, lalu membuka dirinya padaku. Bahkan, lebih dari yang aku pernah bayangkan sebelumnya.Dengan segala upaya, aku sudah berusaha untuk bisa mengendalikan hasratku. Tapi, jika aku harus jujur, itu bukan hal yang mudah. Kedua matanya yang indah dan sorotnya yang lembut, seakan mengatakan kebaikan. Mengatakan kalau hatinya tidak suka pertikaian. Ditambah, kilau rambut hitamnya, lengkungan senyumnya yang menggoda, lekuk tubuhnya dengan bagian dada dan pinggul yang cukup beri

  • Beda Usia, Beda Usaha   013- Adinda

    Rangga benar. Tentang fotografer senior yang bernama Sang Chul Kim, yang juga merupakan salah satu orang penting di dalam proses casting kali ini. Bahkan menurutku, beliau lebih menyebalkan daripada penjelasan Rangga sebelumnya. Karena dua belas perempuan cantik yang menggunakan lingerie, berdiri sejajar di satu ruangan, dan hal pertama yang Pak Kim lakukan adalah, menatap sekilas ke arah kita semua dengan tatapan yang menghina dan kecewa. Seolah tidak ada satu pun di antara kita yang terlihat sesuai seperti ekspektasinya.+Stay calm, Dinda… Nggak apa-apa.Ini bukan pertama kalinya lo ketemu orang yang sok banget lagaknya kayak dia.Jangan terpengaruh. Keep your posture right. Lo pasti bisa!+Kata-kata positif aku ucapkan secara berulang kali di dalam hati, sambil menunggu Pak Kim yang sedang sibuk memeriksa portofolio milikku dan sebelas model lainnya. Secara hati-hati, aku memperhatikan beliau yang sedang berdiskusi dengan seorang pria, dan menggunakan bahasa yang aku tidak pahami

  • Beda Usia, Beda Usaha   013b

    Rangga lalu menyebutkan enam nama yang kemudian diarahkan untuk bersiap ke tahapan selanjutnya. Namaku termasuk ke dalam kelompok yang harus mempersiapkan diri karena sebentar lagi casting akan segera dimulai. Dan tanpa bertanya pun, aku sudah bisa membaca situasinya sekarang seperti apa. Enam model yang namanya tidak disebut oleh Rangga, langsung masuk ke dalam kategori tidak lolos.Proses seleksi kali ini, tidak seperti proses seleksi pada umumnya. Atau minimal, tidak sama dengan yang sudah pernah aku jalani sebelumnya. Biasanya para model yang berhadapan dengan casting team atau casting directors, mereka masih harus melakukan beberapa gerakan jalan atau pose foto terlebih dahulu, sebelum dicoret dari daftar kandidat. Tapi, jika kuingat lagi kata-kata Rangga sebelumnya mengenai Pak Kim, sekaligus berdasarkan perangai Pak Kim sejak awal kemunculannya, mungkin saja fast selection adalah hal yang sifatnya biasa dan sering dilakukan oleh beliau.“Nggak bisa gitu dong!” Mendadak teriakan

  • Beda Usia, Beda Usaha   013c

    “Henny, clear your mess and get out!” Bentak Pak Kim sambil menatap Bu Henny dengan penuh amarah.+Buset dah, nih cewek bener-bener ya…Pak Kim yang tadi aja udah nyeremin... Ini mau mulai, ehh malah ditambahin emosinya jadi tingkat tinggi…Tapi kalo Pak Kim dari tadi kayak singa yang mau cabik-cabik Bu Henny, kemungkinan dia juga tau deh ini, ada permainan jalur orang dalem yang dilakuin sama Bu Henny…+Aku benar-benar tidak habis pikir lagi dengan keegoisan perempuan yang berwajah eurasia tersebut. Dia telah membuat suasana menjadi semakin tidak nyaman bagi kita semua yang ada di dalam ruangan. Tingkahnya benar-benar menyebalkan, dan tidak memikirkan orang lain yang juga terkena imbas dari perbuatannya.+Sebenernya kalo dipikir-pikir lagi nih ya, Pak Kim sama tuh cewek ada mirip-miripnya sih…Sebelas, dua belas…Semacam serupa tapi tak sama…+Bu Henny dan Rangga tidak menyerah begitu saja. Mereka masih berusaha membujuk perempuan itu untuk tetap tenang dan segera pergi ke luar d

Bab terbaru

  • Beda Usia, Beda Usaha   088 - Aldeo

    Segala cara aku lakukan untukku bisa mengalihkan perhatianku dari perasaan gelisah yang sejak kemarin menghantuiku. Mendadak selera makanku hilang begitu saja. Aku mencoba untuk bekerja pun juga malah berakhir dengan melamun. Lagu-lagu yang aku dengarkan untuk membuat perasaan cemasku lebih tenang juga sama sekali tidak bekerja. Dinda masih belum pulang, dan belum memberiku kabar, dan rasanya waktu sedang berjalan dengan sangat lambat. + Gue tiduran di kamar aja apa ya? Kali aja gue bisa beneran ketiduran dan berhenti overthinking? + Mencoba untuk tidur adalah cara yang saat ini sedang aku coba untuk membunuh perasaan cemasku. Tubuhku berbaring lurus, kedua mataku terpejam, akan tetapi pikiranku masih saja terus berjalan. Aku lalu mengambil ponselku yang terletak di atas nakas. + Dinda kok lama? Lagi apa ya dia? Gue dengerin lagu lagi aja deh… Gue sambungin speaker aja… Biar kencengnya satu ruangan dan bisa ngalahin kencengnya pikiran gue… + Aku kembali memejamkan kedua m

  • Beda Usia, Beda Usaha   087 - Adinda

    “Sori ya, aku telat. Macet banget tadi.” Kata Gani yang terdengar seperti habis berlari. “It’s okay. Aku juga baru aja nyampe kok.” Kataku dengan intonasi suara yang santai. “Kita pesen dulu aja ya? Kamu mau makan apa?” “Kamu aja yang pesen, aku nggak usah.” “Yah, jangan kayak gitu dong… Masa aku makan sendiri sih?” “Aku buru-buru soalnya. Tapi kalo kamu mau makan, pesen aja nggak apa-apa.” “Ya udah, aku pesenin makanan sama cemilan buat kita ngobrol dulu ya? Kamu mau apa?” “Es Americano aja.” + Gue bales chat Deo nanti aja deh, kalo udah selesai… Biar gue fokus dulu ngobrolnya sama Gani… Toh, Deo udah gue kasih tau kalo gue udah di kafe… Gila, gue padahal nggak ngapa-ngapain dan Cuma mau nyelesaiin masalah gue sama Gani aja, tapi rasanya kok aneh ya? Berasa kayak gue jahat banget dan udah nyelingkuhin Deo secara halus… Tapi, nggak lah. Gue kan cuma mau ngobrol doang sama Gani. Bukan ngajakin dia balikan… Ini gue yang bayar apa Gani yang bayar ya? Dia sih bilangnya mau

  • Beda Usia, Beda Usaha   086

    Di saat Gagas, Desi, dan Fatima sedang sibuk membicarakan kemenangan kita di pengadilan tadi pagi, aku sibuk memikirkan Dinda yang malam ini akan bertemu dengan Gani. Sejujurnya aku merasa sangat gelisah sekali dan rasanya aku ingin mempercepat waktu supaya pikiranku bergerak menjadi lebih tenang. “Kevin di mana sih ini? Kok lama bener.” Tanya Fatima sambil mengamati jam tangannya. “Masih bimbingan dia.” Jawab Gagas. “Kita tunggu lima menit lagi aja. Kalo dia nggak dateng, kita pesen dulu berarti.” Kata Desi. “Pesen sekarang aja gimana? Buat makanannya lumayan lama soalnya. Sambil nunggu Kevin, sambil nunggu makanan dateng. Perut gue udah nggak kuat nih.” “Ya udah. Kevin gimana tapi?” Tanya Fatima. “Kita pesenin, atau dia nanti aja pesennya pas udah dateng?” “Pesenin aja. Kan kuahnya dipisah, jadi nggak akan medhok mienya.” “Gue nggak tau ya Kevin sukanya apa…” Kata Desi. “Dia mah apa aja suka. Pesenin komplit aja, kan kita juga belum pada makan dari tadi.” Kata Gagas. “Ya, u

  • Beda Usia, Beda Usaha   085

    Di rumah, aku lumayan heran dengan Dinda yang baru saja pulang kerja, dan langsung terlihat kebingungan mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu. “Kamu nyari apa sih, sayang?” Tanyaku sambil mengamati Dinda yang membuka beberapa laci di ruang tengah. “Ini…” + Ini? Ada apa ya ini? Dinda keliatan nggak kayak biasanya… + “Ini apa?” “Kamu jangan marah ya tapi?” Dinda menatapku dengan sorot mata yang khawatir. “Aku lagi nyari kalung pemberian. Tapi, aku lupa taruh di mana.” + Kalung? Oh, kalung dari Gani nih pasti… + “Kamu duduk dulu sebentar. Aku ambilin kalungnya.” Kataku yang kemudian bergegas menuju ruang kerjaku terlebih dahulu. + Dinda mendadak sadar kehilangan kalungnya, atau ada apa ya? Gue kirain dia udah lupa sama kalungnya… + “Ini bukan yang kamu cari?” Tanyaku sambil menunjukkan kalung yang pada saat itu tidak sengaja aku temukan. “Iya, ini…” Jawab Dinda sambil mengamati kalungnya yang berwarna rosegold itu. “Dari Gani kan itu?” “Iya… Kalungnya kok bisa

  • Beda Usia, Beda Usaha   084 - Aldeo

    “Yo, besok jam sembilan pagi, lo bisa ngeluangin waktu buat hadir di persidangan nggak?” Tanya Kevin yang baru saja duduk di depanku. “Bisa.” Jawabku sambil tetap fokus dengan pekerjaanku sendiri karena aku sudah tidak terlalu kaget dengan berita ini. “Lo bawa surat panggilannya nggak?” “Bawa, nih. Gue memang mau tunjukin ke lo sekalian.” “Gagas sama yang lainnya udah tau?” Tanyaku sambil membuka amplop coklat dan mengeluarkan satu lembar kertas putih yang berisikan undangan untuk menghadiri pengadilan. “Udah. Ini Gagas lagi nemui Fatima sama Desi… Gue sampe tadi mampir ke pos polisi sebentar buat tanya ini logo suratnya asli atau nggak. Menurut lo asli kan ya ini, Yo? Bukan hoax.” “Iya, ini asli.” Jawabku dengan intonasi suara yang penuh keyakikan. “Lo udah siap buat besok?” “Ya, siap. Hadapi aja besok.” Jawab Kevin sambil mengeluarkan laptopnya. “Nanti gue mau nemuin Bu Dinda dulu. Besok gue pagi ada jadwal konsultasi, semoga dia nggak keberatan kalo gue minta jamnya dimunduri

  • Beda Usia, Beda Usaha   083 - Adinda

    “Halo, iya, kenapa, Sal?” Tanyaku yang baru saja bangun tidur dan ke luar dari kamar tidur karena aku tidak ingin menganggu Deo yang sedang tertidur nyenyak. “Dinda! Gue ada kabar baik buat lo!” Kata Salma dengan intonasi suara yang penuh dengan semangat. “Sal, ini masih setengah empat dan lo kenapa bisa sesemangat ini?” “Gue baru mau tidur ini. Dengerin gue baik-baik ya. Lo udah bangun kan?” “Udah… Apa buruan? Gue mau balik tidur lagi…” “Jadi, mahasiswa lo yang begajulan dan anarkis keroyokan itu, semuanya, udah berhasil ditangkep dan diamanin di dalem sel. Surat panggilan buat sidang juga udah selesai dibuat, jadi bilangin ke laki lo, dia sama temen-temennya harus siap. Karena hari ini dikirim, dan lusa kalian maju ke persidangan?” “Lusa? Kok bisa cepet banget sih, Sal? Ini gue nggak ngelindur kan ya ngomong sama lo?” “Nggak, Dinda. Ini beneran. Gue tadinya dapet jadwal buat kalian hari Jumat pagi. Tapi, mendadak gue dikabarin dan tanggalnya dipercepat. Gue sendiri juga sempe

  • Beda Usia, Beda Usaha   082

    “Kamu kalo belum ngantuk, cerita aja, sayang…” “Kamu memang belum ngantuk?” Tanya Dinda balik. “Belum.” Jawabku sambil memiringkan badanku untuk menatap ke arah Dinda yang berbaring terlentang di sebelahku. “Tadi, sebenernya itu, aku sama Bu Jenny lebih banyak ngobrolin berbagai macam hal di luar kepentingan aku. Terutama kita ngobrolin soal makanan sih, karena Bu Jenny hobi kuliner gitu. Dan untungnya aku bisa masak, dan tau sama masalah dapur, jadi aku bisa cepet nyambung sama dia.” “Kalo soal Pak Henry, ya…” Dinda menghela nafas pelan terlebih dahulu. “Ternyata bener firasat aku. Memang dia yang nggak beres…” Kata Dinda yang kemudian terdiam dan menatap kosong ke arah langit-langit kamar kita. “Kenapa Pak Henry?” “Korupsi.” Jawab Dinda dengan pelan. “Jualan kursi mahasiswa juga.” Aku mengernyitkan dahiku yang bagian tengah. “Maksudnya jualan kursi mahasiswa?” “Ya, jadi kalo ada calon mahasiswa yang mau daftar, Pak Henry bisa jamin buat orang itu bisa diterima tanpa tes, asa

  • Beda Usia, Beda Usaha   081 - Aldeo

    “Gimana tadi, sayang? Lancar kan?” Tanyaku langsung ketika Dinda berjalan menghampiriku. Dia tidak menjawab pertanyaaku barusan dan memilih untuk langsung memeluk tubuhku dengan erat. Aku tersenyum dan membalas pelukannya, sambil menciumi bagian kepalanya. “Aku anggep, pelukan dari kamu ini artinya rencana yang kita susun, akhirnya berjalan dengan lancar.” “Lancar banget.” Jawab Dinda sambil memelukku dan menatap kedua mataku. Kedua matanya berkaca-kaca dan bahkan terlihat seperti hampir menangis. “Thank you.” Katanya yang kemudian mengecup bibirku dengan lembut. “Aku udah beliin kopi pesenan kamu. Mau makan siang bareng nggak?” “Ugh, aku nggak bisa. Tadi aku dapet telepon dari orang HRD, dan aku mesti ketemuan sama mereka dulu.” “Ya udah, kamu habis itu balik ke gedung S1 atau S2.” “S2. Ada yang harus aku urus dulu sebelum resign. Maaf ya?” “Okay, tapi kamu jangan lupa makan ya, sayang?” “Iya…” “Karena urusan pentingnya biar kamu lancar buat resign, ya udah, nggak apa-apa. Se

  • Beda Usia, Beda Usaha   080 - Adinda

    Senin, tepat pukul sepuluh pagi, jantungku mendadak berdegup lebih cepat daripada biasanya karena aku sedang menunggu Bu Jenny untuk pergi ke bakery shop langganan dia. Pikiranku saat ini terbelah menjadi dua antara keselamatan Deo, dan Bu Jenny yang sebentar lagi akan muncul. Aku tau dan aku percaya dengan kemampuan Deo, hanya saja aku benar-benar khawatir dengannya. Dia sudah berani mengambil resiko untuk membantuku dan sekarang aku yang malah takut kehilangannya. + Dinda, tenang ya, Dinda… Semuanya bakalan baik-baik aja… Lo jangan terlalu overthinking dan parno nggak jelas. Tujuan lo kan bukan mau jahatin orang, jadi lo nggak perlu ketakutan berlebihan kayak gini… Inget, Deo udah berusaha banyak, sampe rela ngelakuin hal yang beresiko banget buat dia… Jadi lo mesti bisa fokus, dan kerjain semuanya dengan baik… Jangan bikin usaha yang udah Deo lakuin buat lo, jadi berantakan dan berakhir sia-sia… Pokoknya lo pasti bisa! Lo tinggal pura-pura nggak sengaja ketemu Bu Jenny…

DMCA.com Protection Status