Semua Bab Kakak Iparku Mencintaiku: Bab 71 - Bab 80

108 Bab

Bab 71 - Gagal Membuktikan

Ekspresi kepala operasional yang tidak bisa dibaca ketika memandang Lillian dan Reinhart secara bergantian."Sekarang anda bisa saksikan sendiri kalau saya hanya dijadikan kambing hitam. Ini bukan pertama kalinya dia menuduhku," ucap Reinhart pura - pura tak bersalah."Kamu memasuki bilik Lillian pada jam istirahat. Biasanya jam - jam segitu bilik sedang kosong, ruangan juga sepi. Bagiku, hal ini mencurigakan," ucap Sandra sambil melihat ke arah Reinhart. Sesaat dia diam, lalu menoleh kepada Lillian."Tapi, Lillian... aku juga tidak bisa memutuskan kalau Reinhart bersalah. Tanpa bukti, aku tidak bisa percaya begitu saja pada ceritamu. Aku tidak mau salah mengambil keputusan nantinya."Lillian sedikit lega. Setidaknya Sandra mencoba tidak memihak siapa pun. Dan sekarang saatnya dia sendiri yang membuktikan kalau Reinhart memang mesum."Saya bisa tunjukkan bukti yang lain, Bu Sandra. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Reinhart masuk ke bilik saya. Itulah sebabnya saya memasang cctv mi
Baca selengkapnya

Bab 72 - Menyenangkan Suami

Lillian mengerucutkan bibirnya, menimbang mulai dari mana bercerita. Dia tahu sebaik apa pun susunan kalimat yang dia sampaikan, Harvey tetap akan marah. "Kamu pernah berjanji kalau tidak akan menutupi apa pun dariku," tuntut Harvey lagi.Lillian terdiam. Dia tidak suka Harvey yang seperti ini. "Ada sedikit masalah di kantor.""Masalah apa yang membuatmu langsung mengundurkan diri?"Nah, benar kan? Harvey sudah tahu kalau Lillian mengundurkan diri."Xanders yang memberitahumu?"Harvey tidak menjawab. Matanya memindai tubuh Lillian dari kepala hingga ke kaki, mengamati dengan seksama tubuh dan pakaian yang dipakai oleh istrinya."Kamu baik - baik saja? Apa yang sudah dilakukan oleh laki - laki brengsek itu?""Aku baik - baik saja tapi aku sedang sangat marah hingga tidak berpikir jernih dan langsung mengajukan pengunduran diri," jawab Lillian menjelaskan keadaan dirinya saat ini.Harvey menatap Lillian sesaat."Aku melihatmu sibuk dengan pekerjaan dan masalah Carina, jadi aku putuskan
Baca selengkapnya

Bab 73 - Hasutan

Suara teredam terdengar sayup - sayup dari balik pintu ruang besuk panti rehabilitasi. Suara seorang wanita bernada tinggi sedang berbicara, terdengar terus mendesak.Di dalam ruangan Ernest yang sedang berjuang mengatasi kecanduannya itu berusaha tidak peduli terhadap ocehan Gloria.Posisi mereka sedang duduk berhadapan dengan meja kayu sebagai pembatas. Ernest terus menunduk sambil berhitung dalam hati, berusaha mengatur emosinya. Setelah beberapa waktu tinggal di panti, dia tahu bagaimana caranya mengendalikan diri dan menyortir hal - hal yang menyakitkan hati. Membuang racun - racun dalam pikiran dan mengisinya dengan hal - hal positif."HONEY!" seru Gloria dengan ekspresi marah. "Apa kamu tidak mendengarkan aku?"Ernest menghentikan sesi berhitung yang diucapkan dalam hati.Dia mendongak. "Apa?"Wajahnya yang seolah tanpa dosa membuat Gloria semakin panas dingin saking kesalnya. Dia melemparkan secarik kertas ke atas meja"Ini! Lihat saja sendiri. Apa maksudnya dengan semua ini?"
Baca selengkapnya

Bab 74 - Perubahan Lillian

Months Later, Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Carina untuk merusak hubungan Harvey dan Lillian.Sepasang suami istri itu berusaha keras supaya tidak terprovokasi. Harvey benar - benar menjaga supaya tidak pernah ada kesempatan pergi hanya berdua dengan Carina. Saat mengunjungi proyek, Harvey pergi dengan asisten dan sekretarisnya. Saat meeting dengan vendor atau menemui client, Richard selalu siap menemani.Setiap kali ada undangan makan malam, Harvey akan datang bersama Lillian untuk mendampingi dirinya. Beberapa kali Carina mencoba mengambil kesempatan berdekatan dengan Harvey, tapi Lillian dengan sigap berdiri atau duduk diantara mereka.Kedua orang itu sepakat untuk melanjutkan hidup, dan rencana - rencana mereka."Lapar atau doyan sih, Sayang?!" seru Harvey saat melihat Lillian lagi - lagi mengunyah.Sejak tadi pagi dia melihat mulut Lillian tidak berhenti bergerak. Bahkan, saat ini. Saat mereka hendak berdiskusi soal rumah makan, Lillian masih mengambil sepotong besar kue co
Baca selengkapnya

Bab 75 - Harapan Harvey

Harvey oleng. Kakinya goyah ketika membayangkan kecurigaannya benar. Perasaan gembira yang menggebu - gebu berdesakan di dada. Dia segera mengambil ponsel. Dia menghubungi sekretarisnya untuk menggeser jadwal meeting internal pagi ini. Tak lupa dia mendelegasikan beberapa pekerjaan pada asistennya.Selesai koordinasi dengan asisten dan sekretarisnya, Harvey mengendarai mobilnya dengan cepat menuju ke apotek terdekat. Ada yang lebih urgent dari pekerjaannya saat ini. Mobilnya meliuk - liuk bagai pengendara profesional menembus ramainya jalanan di pagi hari. Di apotek, Harvey langsung membeli alat tes kehamilan. Tidak tanggung - tanggung, dia meminta lima merk yang berbeda sekaligus dengan pemikiran supaya hasilnya lebih akurat.Separuh hatinya sangat yakin kalau Lillian sedang mengandung anaknya, buah cinta mereka. Tapi dia juga tak mau gegabah untuk terlalu berbahagia sebelum melakukan test kehamilan pada istrinya."Ayo! Coba test urine-mu!" perintah Harvey sambil meletakkan kelima ala
Baca selengkapnya

Bab 76 - Mertua Dan Menantu

Setelah dari rumah sakit, Marcia dan Lillian berencana seharian di mall. Mereka akan makan siang, belanja baju hamil, mencari skincare yang aman untuk ibu hamil dan melakukan perawatan tubuh, sementara Harvey kembali ke kantor. Lillian mencium pipi Harvey dan turun dari mobil bersama Marcia. Hal pertama yang akan mereka lakukan adalah window shopping. Ini pertama kalinya mertua dan menantu itu melakukan kegiatan bersama. Dan, hanya berdua.Perlahan - lahan mereka berjalan menyusuri etalase - etalase toko, melihat barang - barang 'new arrival dan sale' di toko - toko barang bermerk. Produk - produk mereka dijamin berkualitas tapi harga selangit. Sesekali mereka masuk untuk mengecek harga barang yang menarik perhatian mereka.Perasaan Lillian terasa sangat ringan untuk dua alasan yang berbeda. Yang pertama, hubungannya bersama Marcia sudah jauh lebih baik. Marcia belajar menjadi mertua yang baik. Alasan keduanya, hari ini adalah pertama kali dalam hidup Lillian merasakan belanja dalam a
Baca selengkapnya

Bab 77 - Katakan Tujuanmu

Alis Harvey naik, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, memperhatikan pelayanan yang diberikan oleh Carina kepada Ernest, tamunya dan di kantornya. Daerah yang jelas - jelas wilayah kekuasaan Harvey. Dia memandang Carina dengan jijik, wanita ini semakin tak tahu malu saja.Mariana merinding. Harvey tidak mengatakan apa pun, tapi kemarahan seakan memancar dari seluruh tubuhnya. Auranya sudah terasa, bahkan dari radius dua meter. Dia berinisiatif menyuruh office girl segera meninggalkan ruangan sebelum situasi semakin tegang.Lift kembali berdenting. Kali ini Richard keluar dari kotak besi dan berjalan menghampiri mereka."Har," sapanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Suasana tegang terasa sekali."Mariana, bawa wanita ini keluar. Setelah ini, dia hanya boleh berkunjung di ruang meeting atau ruang tamu. Bila perlu, kunci pintu ruangan ini saat kamu tidak ada," perintah Harvey terang - terangan menyatakan rasa tidak sukanya pada Carina."Tapi, Har. Aku adalah mitra k
Baca selengkapnya

Bab 78 - Mengabulkan Keinginan Harvey

Mariana melongok ke dalam ruangan Harvey. Setelah Ernest pergi, Harvey tidak kunjung memanggilnya. Sudah dua jam berlalu, meeting internal bahkan sudah berjalan tapi Harvey sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Untung saja, asisten Harvey sangat cekatan sehingga semua bisa ditangani dengan baik tanpa kehadiran pimpinan mereka. Ruangan Harvey yang biasanya terang benderang, kini meredup. Senja sebentar lagi turun. Cahaya matahari tidak mampu lagi menerangi ruangan besar ini. "Sir," panggil Mariana takut - takut. Langkahnya ragu - ragu untuk mendekat pada meja Harvey. Kursi Harvey berputar, tiba - tiba saja dia menghadap ke Mariana. Sekretaris itu sedikit berjengit kaget karena gerakan Harvey yang tiba - tiba. "Tadi saya tulis cek dua milliar untuk adikku. Tolong kamu cek rekening saya yang ini. Aku lupa, dana disitu cukup atau tidak." Harvey memberikan buku cek yang tadi dia pakai untuk Ernest. "Kalau kurang, kabari saja. Aku akan menambahnya dari rekeningku yang lain."
Baca selengkapnya

Bab 79 - Menari Bersamaku

Helaan napas panjang terdengar dari Harvey, dia mendongak memandang langit dan bergumam, "Biasa, masalah pekerjaan yang tiada habisnya.Lillian terkekeh pelan, " Hmmm, iya. Aku juga pernah merasakannya.""Oh, yeah?"Lillian ikut mendongak, memandang langit yang terhampar di atas mereka. "Dulu aku sering merasa kepalaku penuh, dikejar dateline dan masalah pribadi. Rasanya sumpek. Orang - orang di kantor tidak memperhatikannya. Aku terus menyibukkan diri dengan pekerjaan padahal hatiku kacau."Harvey melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Lillian, memeluk istrinya dari belakang dan berkata, "Aku cuma tidak mau merusak mood karena ceritaku tentang Ernest. Kamu sedang hamil muda ini. Aku lihat akhir - akhir ini kamu terlihat kembali ceria seperti Lillianku yang dulu. Aku ingin kamu terus berbahagia."Lillian mengangguk setuju. "Ya, apa pun yang terjadi sudah tidak aku pedulikan lagi. Asalkan ada kamu di sampingku. Bukankah kamu pernah berkata kalau kita akan menghadapi semuanya bersama? Ja
Baca selengkapnya

Bab 80 - Pola Pikir

Gloria sebenarnya sudah berusaha.Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya dia pernah berusaha menjadi kekasih yang baik bagi Ernest. Mereka bertemu di dunia malam dengan masalah masing - masing. Gloria dengan pekerjaannya sebagai 'pelayan' bar, sedangkan Ernest sebagai pelanggan tetap tempat itu.Dia masih ingat benar saat pertama kali bertemu dengan Ernest. Laki - laki itu mengingatkannya pada kakaknya yang meninggal karena over dosis. Dari sana Gloria merasa iba dan bertekad untuk membantunya keluar dari dunia hitam.Selama tahun pertama, semua berjalan lancar. Ernest mulai memberinya banyak hal, termasuk rumah yang dia pakai saat ini. Awalnya, Gloria tidak mempermasalahkan Ernest yang sering keluyuran, atau tidak kembali ke rumah. Puncaknya adalah saat Gloria hamil dan melahirkan. Ernest sering datang dan muncul seenaknya dalam keadaan mabuk. Gloria tahu kalau Ernest kembali ke kebiasaannya. Uang bulanan yang diberikan pun kian menyusut. Saat disinggung soal itu, Ernest malah emosi d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status