Home / Pernikahan / Kakak Iparku Mencintaiku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kakak Iparku Mencintaiku: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

Bab 81 - Akar Pahit Di Hati Ernest

Saat Monica tengah bingung dengan nasib bayinya yang kemungkinan besar lahir tanpa ayah, laki - laki yang tengah menghamilinya itu sedang berdiri di sebuah halte bus yang sepi. Lalu lalang orang - orang yang lewat tidak dia hiraukan sama sekali. Teriakan kondektur yang mengajaknya naik tidak dia hiraukan. Dia hanya berdiri menatap jalan dengan pandangan yang kosong.Debu, asap knalpot yang terbawa angin menerpa wajahnya. Tetap tidak dia pedulikan. Dia terbatuk - batuk tapi tidak berpindah tempat, sebaliknya malah menyalakan puntung demi puntung rokok dan menikmatinya dalam diam. Dia menghela napas, lalu menyemburkan asap keluar dari hidung. Gulungan - gulungan asap rokok membumbung ke udara menjadi temannya.Di kantongnya saat ini ada sejumlah uang, dia sudah menggunakan sebagian uang itu untuk bersenang - senang. Tapi, tetap saja hatinya tak tenang. Hatinya kian gelisah. Pelatihan pengendalian pikiran yang dia pernah dipelajarinya selama di panti hilang tak berbekas dalam hitungan ja
Read more

Bab 82 - Sebuah Tugas

Setelah pertemuan dengan Monica, Gloria mencari pekerjaan. Dia harus melakukan sesuatu untuk masa depannya sendiri dan juga puterinya. Dia memutuskan untuk masa bodoh dengan Ernest yang datang dan pergi sesukanya. Suatu hari kalau laki - laki itu berani menginjakkan kaki di rumahnya, Gloria tak akan segan lagi mengusirnya. "Hhh... Kamu harus bersyukur karena Ernest tidak menikahimu. Lebih baik single dari pada menikah dengan laki - laki sepertinya. Sebelum denganmu, dia sudah punya istri. Lalu setelah bersamamu, hari ini, seorang wanita bernama Monica mengaku hamil anak Ernest. Siapa yang bisa menjamin tidak ada wanita lain di masa yang akan datang?"Itu adalah nasehat sekaligus penghiburan terbaik yang bisa diberikan oleh Francess pada sahabatnya.Gloria bisa mengerti maksud baik Francess, yang sudah berusaha keras mencarikan pekerjaan untuknya. Hal - hal yang disampaikan oleh Francess terasa masuk akal. Temannya itu mengatakan kalau uang yang saat ini dipegang oleh Ernest tidak akan
Read more

Bab 83 - Tamu Tak Diundang

Setelah mendapat kepastian akan kehamilan istrinya, Harvey mencari seorang asisten rumah tangga untuk menemani Lillian saat dia tak ada di rumah. Untuk mobilitas Lillian, Harvey juga menyediakan seorang sopir yang bisa mengantarkan Lillian tanpa harus memakai taxi online.Rencana tentang pembukaan rumah makan masih akan dilanjutkan. Saat Harvey sibuk dengan pekerjaannya di kantor, maka Lillian kembali menekuni laptopnya. Dia membuat catatan tugas dan tanggung jawab orang - orang yang akan bekerja di rumah makannya, menetapkan kriteria lalu mulai menyusun iklan lowongan pekerjaan yang akan dia unggah di media sosial.Usai mengunggah lowongan, Lillian memeriksa aplikasi dimana dia memesan barang - barang secara online. Seharusnya pesanannya itu akan tiba hari ini dan bisa segera dibawanya ke rumah makan. Dia tak sabar ingin segera membuka rumah makannya. Senyum mengembang saat membaca kalau pesanannya sedang dalam proses pengiriman oleh kurir menuju ke rumahnya."Permisi, Nyonya.... " pa
Read more

Bab 84 - Demi Uang

Mobil terus meluncur. Tiba - tiba ada suara keras datang dari samping badan mobil. Suaranya seperti sebuah pukulan.DUK! DUK!Ernest dan Lillian menoleh berbarengan ke arah asal suara. Sopir melirik dari kaca spion tanpa mengurangi kecepatan. Mereka melihat dua orang laki - laki naik sepeda motor melaju di samping mobil mereka."DUK!" Orang yang duduk di belakang meninju mobil sementara yang satunya lagi berusaha mengendalikan motor supaya tidak oleng. Mereka berusaha mengikuti lajunya mobil."Sialan!" umpat Ernest. "Tambah kecepatan!" perintahnya pada sopir.Sopir bermanuver, dia sengaja menyenggol motor yang berada di sisi kanannya. Motor pun oleng karena menghindari tabrakan. Sopir mobil memakai kesempatan ini untuk menginjak pedal gas dalam - dalam. Meluncur cepat melalui jalan pintas di dekat perumahan yang tidak terlalu padat.Lillian memandang orang yang berusaha mengejar mobil mereka. Dia tahu kalau itu sopirnya bersama satu orang berseragam, satpam perumahan mereka. "Ya Tuhan
Read more

Bab 85 - Menyelamatkan Lillian

Decitan suara rem terdengar memekakkan telinga saat pengemudi menginjak rem dalam - dalam. Tubuh Lillian terasa seperti di dorong ke depan karena rem yang mendadak. Belum pulih dari rasa terkejutnya, Lillian kembali mendengar suara benda keras berbenturan. Arahnya dari sisi depan mobil. Benturannya cukup keras hingga Lillian kembali oleng. Ikatan di tangan membuatnya sulit bergerak."Sialan! Kurang ajari!" umpat Ernest. Dia menyipitkan mata supaya bisa melihat lebih jelas dari kaca jendela. Keningnya sampai terantuk kursi yang ada di depannya. Untung saja dia sempat berpegangan. Moncong mobil mereka menabrak bagian samping sebuah mobil yang tiba - tiba saja menyalip dan menghalangi mobil mereka. "Siapa yang berani menabrak?" Belum sempat sopir menjawab, mereka melihat seseorang keluar dari pintu pengemudi. Disusul, tak lama kemudian, sebuah mobil dan dua sepeda motor berhenti mengelilingi mobil mereka.Ernest dan sopirnya yang ada di dalam mobil celingukan kaget melihat banyak orang
Read more

Bab 86 - Menjauh Untuk Kebaikan

Lillian dirawat di rumah sakit.Marcia bergegas menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah cepat. Ketukan heels-nya bergema di lorong yang sepi itu. Matanya bergerak - gerak membaca nomor - nomor kamar, sampai akhirnya dia melihat seorang laki - laki berjaga di depan sebuah pintu kamar.Marcia berhenti dan bertanya, "Lillian Luther ada di dalam?"Jack berdiri dengan sikap sopan tapi tegas balas bertanya, "Mohon maaf. Apa boleh tau siapa nama anda, Nyonya?""Marcia. Marcia Luther. Saya ibu kandung Harvey dan mertua Lillian," jawab Marcia dengan napas terengah - engah. Dia mendengar dari Harvey kalau Ernest melakukan penculikan pada Lillian.Jack membukakan pintu dan mempersilahkan Marcia. Tanpa ragu, Marcia melangkah masuk ke dalam kamar rawat inap."Lillian... "Tubuh Lillian terkulai lemas di ranjang, menantunya itu menoleh dan sebuah senyum terbit di wajahnya yang pucat, berusaha menampakkan semua baik - baik saja."Astaga! Apa yang terjadi? Harvey menelepon aku, katanya kamu di ru
Read more

Bab 87 - Playing Victim

"BODOH!"PRANGG!Ernest berkelit secepat yang dia bisa, menghindari lemparan gelas kaca yang dilayangkan kepadanya. Carina yang biasanya tampil anggun kini berubah menjadi monster yang siap menghancurkan apa pun dihadapannya.Lantai marmer di apartment mewah milik Carina penuh dengan pecahan kaca dari barang pecah belah yang dilempar tanpa ampun oleh wanita itu."Carina! STOP!" teriak Ernest ngeri. Kepalanya hampir saja kena sambit botol minuman. Dia membelalakkan mata melihat kerusakan disana sini yang diakibatkan oleh amukan Carina."Bodohnya kamu, Ernest!" tuding Carina dengan wajah merah padam. Napasnya tersengal - sengal, tangannya terkepal menggenggam sebuah vas berisi bunga dan air."Satu Milliar. Culik Lillian. Bawa ke tempatku. Tugasmu cuma itu! Begitu saja tidak becus. Bodoh sekali kamu, Ernest. Kapan kamu bisa menggunakan otakmu, hah?" maki Carina lagi.PRANGG!Ernest refleks melompat ke belakang, menghindari hantaman vas bunga. Barang keramik itu kini hancur tak berbentuk d
Read more

Bab 88 - Menjauhkan Carina

"Ha? Trus mau kemana?" tanya Lillian terlihat tak setuju dengan ide Harvey."Uhm, ada alternatif lain. Aku akan mengatur penjaga keamanan untuk rumah kita, yang pastinya orang - orang pilihan dan terlatih. Penjagaan rumah akan sangat ketat. Aku juga akan menyewa orang untuk mengawalmu kemana - mana hingga Ernest benar - benar tidak mengganggu lagi."Lillian menurunkan pandangannya, dia meremas - remas tangannya dengan gugup. Dia sebenarnya tidak ingin membela Ernest tapi kemana - mana diikuti seorang pengawal pasti tidak nyaman."Har, yang kita hadapi sebenarnya bukan penjahat berbahaya. Ernest hanya seorang pecandu yang berkeliaran."Harvey menarik tangan Lillian dan menggenggamnya erat. "Jadi, kamu maunya bagaimana?""Aku rasa kita tidak perlu mengungsi kemana pun. Sudah ada Jack dan Anna di rumah. Kalau kamu masih khawatir, kamu setuju dengan menambah penjaga keamanan di rumah. Aku rasa itu saja sudah cukup. Tidak perlu pengawal karena aku tidak akan kemana - mana seorang diri."Ha
Read more

Bab 89 - Sebuah Penghinaan

Carina berpura - pura terkejut, padahal dia tahu dengan jelas isi surat yang dibacanya. Sebuah surat tuntutan yang akan diajukan oleh Harvey ke pihak kepolisian. "Sorry, apa maksudmu dengan ini?" "Sudah jelas tertera apa saja isi surat itu. Kamu menyuruh Ernest untuk menculik Lillian. Kalian bekerja sama demi keuntungan masing - masing. Ernest mendapatkan uang dan kamu... dan kamu mendapatkan keinginanmu." "Aku tidak tahu menahu soal penculikan Lillian atau siapa pun itu." "Ernest sudah mengakuinya. Jangan berkelit lagi. Kamu itu dalangnya. Dan si bodoh itu tergiur uangmu." Carina menelan ludah. Matilah dia. Ernest ternyata sebodoh itu. Dia benar - benar tak menyangka. "Siapa lagi yang kamu ajak bekerja sama selain Ernest? Bagaimana dengan laki - laki mesum yang ada di kantor Lillian?" Carina mencoba membantah, "Har, soal orang yang menyentuh Lillian. Aku sama sekali tidak mengenal Reinhard... " "Dari mana kamu tau nama si brengsek mesum itu?" dengus Harvey. Dia benar - benar t
Read more

Bab 90 - Pemulihan Hubungan

Selama beberapa bulan ini Marcia memilih untuk tinggal berpindah - pindah tempat. Rumahnya di San Antonio sudah berpindah tangan, uang juga sudah masuk di rekening. Sebidang tanah warisan orang tuanya juga sudah masuk daftar penjualan di agen property.Urusan di San Antonio benar - benar sudah selesai bagi Marcia. Asisten rumah tangga sudah diberhentikan dan dikembalikan ke yayasan penyalur dengan baik, urusan administrasi dan keuangan juga sudah selesai, sedangkan pekerja perkebunan masih tetap bekerja disana hanya saja berganti pemilik."Mau sampai kapan kamu begini?" Pertanyaan dari kakak kandung Marcia yang bernama Albert, membuat Marcia menghentikan suapan makan siangnya. "Rumah dan perkebunan dijual, tanah masuk daftar lelang. Sekarang malah tidur dari hotel ke hotel. Aku heran apa sih maumu?"Albert, salah seorang profesor di salah satu universitas ternama di Phoenix City, duduk memandang adik kandungnya yang terpaut empat tahun usianya. Perutnya yang semakin membuncit dari har
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status