Semua Bab Kakak Iparku Mencintaiku: Bab 91 - Bab 100

108 Bab

Bab 91 - Pertemuan Ibu Dan Anak

Ernest yang sekarang sudah berbeda dengan Ernest yang dulu dari segi penampilan fisiknya.Dia sedang memandangi pantulan dirinya sendiri di cermin besar kamar tamu Albert. Dia benci pada penampilannya yang sekarang ini. Pakaian yang dipakainya bukan model terbaru atau dari merk ternama. Matanya terlihat cekung dan kehitaman di bagian bawahnya karena terlalu banyak bergadang. Rambut bagian depannya juga mulai menipis, tak pernah terpikir untuk perawatan sama sekali karena uangnya sudah habis. Kulit wajahnya kering dan kasar. Berat tubuhnya yang terus menyusut membuat pipinya terlihat cekung. Ini semua karena pola hidupnya yang tidak benar.Wajah tampannya kini tampak jauh lebih tua dari usianya yang sesungguhnya. Bergadang dengan ditemani obat dan alkohol sudah melekat erat di hari - harinya. Masih bisa hidup dan tidak overdosis saja sudah bagus.Ernest benar - benar kehilangan kepercayaan diri. Dia tak berani bertemu dengan orang lain apalagi Harvey. Kakaknya itu tentu semakin gagah d
Baca selengkapnya

Bab 92 - Kabar Baik

Sementara itu di tempat lain, Richard tergesa - gesa dengan langkah lebar menyusuri koridor kantor Harvey menuju ruangan Harvey untuk mengambil berkas sambil menelepon Harvey."Har!?" sapanya dengan napas sedikit terengah.Di belakangnya, Mariana berusaha mengikuti langkah Harvey dengan cepat. Mereka baru saja membahas kecelakaan yang terjadi salah satu proyek mereka."Ada apa?" balas Harvey. Dia ada di rumahnya, baru saja selesai membaca laporan hasil penjualan bulan ini."Ada kecelakaan kerja di Phoenix City. Kita harus datang kesana."Harvey tertegun, tidak bisa memutuskan dengan cepat. Dia masih trauma kasus penculikan Lillian, sedikit saja Ernest sembrono bisa saja nyawa bayinya melayang. Atau lebih parah, mungkin Lillian sudah tidak bersamanya lagi saat ini."Har, bagaimana? Kamu pimpinan, sudah seharusnya menunjukkan simpati pada korban," desak Richard lagi.Richard benar. Kepala Harvey pusing seketika. Dia menghembuskan napasnya. "Lillian di rumah sendirian sekarang. Aku kha
Baca selengkapnya

Bab 93 - Mengganggu Pikiran

Harvey sengaja tidak memberitahukan soal kedatangan Amara pada Lillian, terlebih lagi soal rencana pernikahan Amara dan Richard. Dia ingin memberi kejutan pada istrinya dan membiarkan Amara menyampaikan sendiri kabar gembira itu.Tapi Marcia menggagalkan semua rencana. Pagi - pagi usai Harvey berpamitan, wanita itu menelepon Harvey hingga membuat sepasang suami istri ini kepikiran."Har, Harvey!" Nada suara Marcia yang terdengar panik membuat Lillian ikut penasaran pada pembicaraan Harvey dan Mamanya."Ya, Ma?" sahut Harvey sambil berjalan keluar rumah, sebentar lagi Richard tiba dan mereka akan berangkat ke airport.Lillian berjalan perlahan disamping Harvey, ikut mendengarkan."Mama mau kasih tau kamu kalau mama sedang dalam perjalanan.... ""Hah? Kemana?" tanya Harvey, matanya otomatis melirik ke langit yang masih gelap."Mama mau menginap di rumah teman mama di St. Moritz. Nanti mama kasih tau alamatnya, dekat kok sama kantor kamu." Suara Marcia terdengar agak jauh hingga Harvey h
Baca selengkapnya

Bab 94 - Dua Sahabat

"Hai."Lillian ternganga melihat wanita yang berdiri di ruang keluarga sambil tersenyum padanya. Beberapa kali matanya berkedip, seakan tak percaya pada penglihatannya sendiri.Dia memandangi wanita itu. Ada sedikit perubahan yang tampak dari penampilan luarnya. Terlihat lebih kalem dengan rambut yang lebih panjang dari sebelumnya. Pipinya tirus dengan make up flawless, membuatnya terlihat makin cantik dan segar. Hari ini dia mengenakan dress terusan warna pink pastel lembut, berbeda dengan sebelumnya yang selalu berpenampilan ala wanita karir dengan blazer, kemeja kerja dan celana panjang kain.Lillian baru sadar ternyata mereka sudah lama sekali tak bertemu."Lili?" panggil Amara sambil melambaikan tangannya, "Jangan kaget gitu dong. Lama tak jumpa. Ini aku, Amara.""Amara, kok tidak bilang - bilang kalau mau datang? Harvey dan Richard juga sama sekali tidak menyebut namamu pagi tadi." Lillian mengerjapkan mata seakan tak percaya.Senyum Amara makin lebar, melihat Lillian yang sewot
Baca selengkapnya

Bab 95 - Disini Selamanya

"Jadi Aunty Marcia telpon kamu pagi ini?" tanya Amara setelah mendengarkan cerita Lillian soal keanehan mertuanya pagi ini."Bukan telpon aku, tapi Harvey."Lillian terlihat berpikir di sofa ruang keluarga, saat ini mereka sudah berpindah dari kamar bayi ke ruang keluarga. Wanita hamil itu tadi sudah sarapan dan menemani Amara sarapan sekaligus makan siang, tapi Anna masih saja menyodori berbagai macam makanan kecil dan potongan buah untuknya.Meski pun sedang khawatir terhadap mertuanya, nafsu makan Lillian sama sekali tidak berkurang. Sambil berpikir tangannya mencomot beberapa potong buah segar dan mengunyahnya. Amara maklum saja, sahabatnya ini makan untuk dua orang."Apa aku coba telepon saja ya?" usul Amara penasaran."Ponselnya sekarang mati," sahut Lillian dengan mata menerawang. Harvey sempat mengirimi Lillian pesan untuk memberitahu kalau ponsel mamanya mati tapi belum mengirimkan lokasi yang dijanjikan."Baterenya habis mungkin...," Amara mencoba untuk berpikir lebih positif
Baca selengkapnya

Bab 96 - Hadiah Special

Amara baru saja selesai mandi dan mengenakan rok terusan yang nyaman. Dia sedang berdandan di depan cermin. "Amara," panggil Lillian langsung nyelonong setelah mengetuk pintu."Ya?" Amara menoleh dari cermin."Harvey bilang kalau Mama sudah menghubunginya dan mengirimkan alamat tempat tinggalnya. Tapi pesannya masih sama, beliau berpesan supaya tidak memberitahu siapa pun.""Aunty Marcia? Dia sudah ada kabar?""Ya. Tadi pagi dia kirim pesan ke Harvey.""Dimana?""Di rumah temannya. Katanya dari kemarin Mama berpindah - pindah dan banyak acara, makanya baru sempat memberi kabar. Harvey berencana akan mengunjunginya begitu dia pulang. Apa kamu mau ikut?""Tentu saja. Tinggal atur jadwalnya saja atau mungkin nanti saat Aunty Marcia ulang tahun, kita bisa mengunjunginya. Hari ini aku ada janji sama orang dari event organizer di cafe dekat sini. Cuma sebentar kok, nanti aku langsung kembali.""Oke. Tidak apa - apa. Aku juga punya acara sendiri setelah ini," jawab Lillian sambil mengedipka
Baca selengkapnya

Bab 97 - Hari Yang Menyenangkan

Ini hari yang ceria buat Lillian.Dia lupa dengan sakit pinggangnya, perutnya yang berat dan kandung kemihnya yang setiap lima menit sekali terasa penuh dan minta untuk dikosongkan.Seharian penuh dia menghabiskan waktu di 'istananya', menonton cara memasak hingga mempersiapkan bahan - bahan yang dibutuhkan.Rencananya, besok malam Lillian dan Amara akan datang diam - diam ke tempat tinggal Marcia dan memberinya surprise ulang tahun dengan membawa kue ini.Untuk pertama kalinya, Lillian menggunakan alat - alat canggih di dapurnya demi sebuah kue impian. Awalnya dia bahkan hanya tahu satu nama alat, yaitu mixer. Tapi demi niat mulia, Lillian bersedia mempelajari satu per satu cara memakai barang - barang tadi. Selama ini alat - alat itu menjadi tanggung jawab Anna, kini beralih ke tangan ke pemilik yang sesungguhnya."Anna, apa kamu yakin kalau gulanya sudah cukup segini?" tanya Lillian sambil memegang mangkuk berisi gula pasir, di depannya ada standing mixer yang sudah diputar."Iya,
Baca selengkapnya

Bab 98 - Memutuskan Menikah

"Yes! Sudah selesai!" seru Lillian sambil menatap dengan puas karya terbaiknya yang baru saja dia hasilkan setelah hampir tiga dekade usianya. Mereka menghabiskan seharian ini untuk membuat kue sesuai dengan yang diinginkan Lillian."Fiuuh... akhirnya... aku bebaaaass," seru Amara sambil merebahkan diri di atas sofa. Baginya, lebih baik menghabiskan waktu dengan mendengarkan orang depresi curhat selama satu hari penuh dari pada berkutat dengan krim dan tepung di dapur."Eeehhh, jangan tidur disitu, Nona! Itu kursi kesayangan tuan," seru Anna panik ketika melihat Amara berbaring di sofa dengan baju penuh terigu dan gula."Arrgh!" erang Amara sambil memaksa diri bangun dari posisi rebahannya yang sudah nyaman. "Bawelnya kamu, Anna. Tega banget sih! Aku baru saja mau relaksasi tulang - tulangku yang rasanya patah semua."Lillian tertawa. Dia sedang asyik memfoto kuenya dari berbagai angle, sedangkan Anna dan pasukannya sibuk membersihkan kembali dapur yang seperti kapal pecah."Amara, ba
Baca selengkapnya

Bab 99 - Pasangan Satu Frekuensi

"Selamat malam, Har" sapanya ceria, euforia atas keberhasilannya membuat kue masih belum hilang dan terbawa saat menerima panggilan dari suaminya. "Hhh...! Lama sekali sih, Sayang? Aku sudah meneleponmu sudah sejak sepuluh menit yang lalu. Hampir saja aku ketiduran gara - gara nunggu kamu." Wajah Harvey terlihat mengantuk, setelan baju tidur sudah terpasang di tubuhnya."Kan aku sudah pamitan kalau mau buat kue untuk mama. Seharian aku sibuk sekali di dapur, trus berendam di jacuzzi sama Amara sambil makan camilan. Sekarang mau makan malam sambil video call kamu. Temani aku makan ya." "Hmm... " Harvey mendesah pasrah, nyonya tak pernah salah, kata - katanya adalah perintah. Harvey menguap lalu mengungkapkan perasaannl rindunya, "I miss you, Sayang." Lillian tertawa, dia memasang ponsel di stand holder HP bertepatan dengan Anna yang datang untuk mengantarkan makan malamnya."Terima kasih, Anna.""Selamat makan, Nyonya," pamit Anna.Beberapa saat tidak ada yang berbicara. Harvey hany
Baca selengkapnya

Bab 100 - Kejutan

"Apa Tuan sudah tau kalau Nyonya akan pergi menemui desainer baju Nona Amara?" tanya Anna sekali lagi untuk memastikan. Masalahnya, setiap pagi Harvey meneleponnya hanya untuk memastikan kegiatan Lillian dan Anna tadi hanya melapor kalau Lillian akan pergi siang nanti menemui Marcia."Aku sudah mengiriminya pesan Kok. Tadi pagi, aku telepon tapi dia tidak mengangkatnya. Sepertinya aku kesiangan. Kemarin aku janji mau telepon dia sebelum jam tujuh. Aku menelepon dia pukul tujuh tepat."Amara sedang menelepin seseorang. Lillian tidak ambil pusing dan kembali menikmati sarapannya. Sup jagung buatan Anna tiada duanya. "Enak banget supnya," pujinya sambil mengacungkan jempol, puas dengan masakan Anna.Tapi ekspresi Anna tidak begitu senang, dia terlihat khawatir. Ada perasaan tak enak untuk melepas majikannya pergi berdua saja hari ini."Nyonya, saya pernah dengar kalau orang hamil tidak boleh banyak keluyuran. Apalagi kalau sudah mendekati hari H. Sebaiknya di rumah saja, biar tuan yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status