Ciuman Kian benar-benar memabukkan. Pria itu sudah beberapa kali mencium bibirnya. Tubuhnya mulai merespon dengan baik. Ada sesuatu dalam dadanya yang menanti Kian menciumnya lagi, menyentuhnya, membuatnya mabuk meski tanpa minuman alkohol.Ketika Laureta mulai membalas ciuman Kian, pria itu melepaskannya. Ia mengusap rambut Laureta, merapikan poninya yang berantakan. Lalu ia berkata, “Kamu tidak tahu apa yang sudah kulewati tadi malam. Anggap saja, aku kembali demi dirimu.”“A-apa maksudnya?” tanya Laureta, masih kesulitan mengendalikan gemetar di suaranya.“Tidak ada maksud apa-apa. Sudahlah, kamu tidak perlu tahu.” Kian mengacak-ngacak rambut Laureta, lalu membalikan badannya dengan cepat. Ia mengambil gelas jusnya, lalu menghabiskannya. “Jangan lupa, kamu sudah kalah push up. Kamu harus mengikuti keinginanku hari ini.”Laureta masih bergeming di tempatnya. Otaknya berputar, masih belum memahami perkataan Kian. Pria itu malah bicara aneh setelah mencium Laureta. Kesadarannya masih
Read more