Home / Romansa / Istri Tebusan Paman Mantanku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Tebusan Paman Mantanku: Chapter 11 - Chapter 20

260 Chapters

11. Bulan Madu

Setelah mengatakan hal itu, Kian pun tersenyum. Ini merupakan pengalaman pertama bagi Kian menghadapi wanita yang usianya masih sangat muda. Sekarang ia tahu cara membujuk Laureta. Wanita itu suka makan.Harus Kian akui jika Laureta sangat perhatian padanya. Tidak pernah ada wanita lain yang peduli jika ia sudah makan atau belum. Bagi mantan-mantannya, yang terpenting adalah uang, uang, dan uang.Jika Kian sudah memanjakan mantannya dengan uang yang banyak, barulah mereka bahagia. Ada untungnya juga ia menikah dengan wanita yang polos dan sederhana seperti Laureta. Wanita itu tidak pernah meminta apa pun dari Kian.Pakaian yang ia belikan untuk Laureta tidak bermerk mahal, tapi wanita itu memakainya dengan senang hati. Tasnya hanya tas buatan lokal. Meski begitu, ia meminta Clara memilih produk lokal yang terbaik. Ada baiknya juga ia memajukan produk lokal untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.Sejak kapan Kian peduli? Mungkin sejak ia bertemu dengan Laureta. Ia hanya ingin meminim
Read more

12. Jangan Takut

Debar jantung Laureta semakin bertalu-talu tatkala ia masuk ke dalam kamar mandi. Awalnya ia pikir kamar ini benar-benar spektakuler. Harganya sudah pasti berjuta-juta semalam. Namun, ia tak pernah menyangka jika ia harus berhadapan dengan kamar mandi transparan.“Aduh, kenapa kamar mandinya seperti ini?” keluh Laureta saat menatap kaca besar transparan yang terpampang di hadapannya.Tidak ada tirai penutup sama sekali. Pancuran airnya berada di dekat jendela tersebut. Jadi, sudah pasti siapa saja bisa melihatnya mandi. Kacau. Apalah gunanya pintu kamar mandi jika kacanya saja tidak ada penutupnya.Laureta meremas pakaiannya dan memutuskan untuk tidak mandi. Ia bisa membasuh wajah, mencuci tangan, dan ketiaknya dengan sabun. Itu sudah cukup untuk seperti mandi. Ia tidak perlu membuka baju sama sekali.Hal itu terdengar seperti ide yang bagus. Laureta pun bergegas membuka blazernya yang terasa agak panas. Ia harus bergerak cepat sebelum Kian tiba-tiba mengintipnya. Apakah pria itu tipi
Read more

13. Sesuatu Yang Basah

Rasa geli menjalar dari atas hingga ke bawah. Lidah Laureta terasa kebas hingga ia tak sanggup untuk berkata-kata. Yang keluar dari mulutnya hanya suara erangan serta rintihan yang tidak terdengar seperti suaranya.Kian mengusap bahunya, lalu menyentuh bekas luka di lengannya. Ia berhenti mencium Laureta. Hal itu membuat Laureta membuka matanya. Ternyata Kian sedang menatap bekas lukanya. Matanya tampak sendu.“Aku belum sempat mengatakan maaf,” ucap Kian.Laureta pun terkejut mendengarnya. “Maaf?”“Ya. Maafkan aku karena telah menabrakmu. Apa luka ini masih terasa sakit?”Laureta mengatur bibirnya agar tidak terlalu bergetar. “I-iya, sedikit. Kalau ditekan masih terasa sakit, tapi tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.”Kian pun menarik tangan Laureta dari dada dan bagian bawah tubuhnya, lalu menaruh keduanya di pinggang Kian. Perlahan pria itu menunduk dan mencium bibir Laureta.Seketika lutut Laureta semakin lemas hingga ia pikir ia bisa pingsan kapan saja. Bibir Kian menciuminya denga
Read more

14. Makan Malam

Sudah banyak wanita yang pernah menjadi kekasih Kian, menghangatkan ranjangnya, menemaninya dalam kesunyian, menghiasi hari-hari sibuknya. Selera Kian cukup tinggi dan para wanita pun dengan rela hati melakukan apa saja untuk terlihat maksimal di hadapan Kian. Namun, baru kali ini Kian melihat ada wanita yang terlihat begitu cantik meski tanpa riasan wajah. Laureta bukanlah wanita tercantik di dunia. Masih banyak yang lebih cantik dari istrinya itu, tapi jelas Laureta telah memberikan kejutan baru untuk Kian. Pipinya terlihat merona alami ketika Kian memujinya cantik. Bibirnya tidak perlu dipoles lipstik sudah terlihat merah muda dan tampak manis. Mungkin Kian berlebihan. Ia baru saja melihat wanita itu tanpa busana. Tubuhnya sangat kekar dan indah dari segala sudut. Bagian yang paling Kian suka selain tangan dan punggungnya yang kekar, perutnya yang six pack, juga paha dan betisnya yang besar dan kokoh. Laureta jelas-jelas wanita yang tangguh dan tidak mudah terguncang oleh apa pu
Read more

15. Mencoba Saling Mengenal

Kian sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran Laureta. Mengapa wanita itu khawatir akan sikap Kian? Apa ia tampak menakutkan di hadapan wanita itu?Laureta pun mendongak. “Ya. Aku takut kalau kamu akan semakin membenciku.”Kian menyipitkan matanya sambil menatap Laureta seperti ia tidak pernah menatap wanita itu. Ia terdiam, menunggu Laureta melanjutkan kalimatnya.“Aku tahu, kamu terpaksa menikah denganku. Kamu bisa saja menikah dengan wanita lain yang lebih baik dariku, tapi kamu malah mengajakku menikah. Ayahku sudah mengambil uang perusahaan banyak—”“Stop! Jangan bahas lagi tentang ayahmu!” potong Kian tegas.Laureta pun melebarkan matanya ketakutan. Ia melipat bibirnya sambil menurunkan pandangannya. Kian jadi merasa bersalah karena telah membentaknya agak keras.“Aku tidak ingin kita membahas lagi tentang ayahmu. Semua itu sudah terlanjur terjadi. Aku tidak akan menikahi wanita yang aku benci,” ucap Kian penuh keyakinan.“Jadi …, kamu tidak membenciku?”“Sejujurnya, aku ingin
Read more

16. Berendam Di Kolam

Laureta membuka mulutnya sambil matanya membola. “A-aku ….”“Ayo kita pulang!” Kian berjalan cepat meninggalkan restoran, lalu menuju ke parkiran.Laureta bergerak cepat untuk mengimbangi langkahnya yang panjang-panjang. Bagaimana bisa pria itu memiliki kaki yang begitu jenjang? Tinggi tubuh Kian mungkin sekitar seratus delapan puluh sentimeter atau lebih. Sementara Laureta selisih dua puluh senti lebih pendek darinya.Langkah kakinya agak kurang leluasa. Salahnya sendiri karena mengenakan rok.Kian sudah hampir tiba di mobil. Laureta masih ketinggalan. Tiba-tiba, ujung sendalnya tersangkut paving block karena ia berjalan sambil menyeret-nyeret kakinya. Laureta menjerit sambil berlari menyeruduk bagai banteng.Untungnya, Kian bergerak cepat. Ia menangkap Laureta sebelum tubuhnya jatuh terjerembab.“Kamu itu ceroboh sekali!” tegur Kian.“Maaf! Maaf!”Laureta berpegangan pada dada Kian, lalu tatapan mereka saling berserobok. Selama sekian detik yang terasa sangat lama, mereka berpandang
Read more

17. Permainan Lidah

Laureta menatap Kian yang sedang balas menatapnya dengan tatapan yang menusuk. Pria itu serius akan melakukannya malam ini juga. Laureta semakin tegang hingga napasnya tercekat.“Santai saja,” ucap Kian dengan suara yang pelan dan dalam.Pria itu mengusap paha Laureta hingga ke selangkangannya. Matanya tak sedikit pun melihat ke yang lain. Laureta merasa dirinya terintimidasi. Ia tak sanggup melawan godaan Kian, padahal ia masih ingin menjaga keperawanannya.Wajah Kian semakin maju. Ia menyentuh milik Laureta, lalu menggeser celananya dan menyentuh kulitnya. Laureta mengerang sambil berusaha menjauhkan tangan Kian dari sana.Pria itu bergerak cepat untuk menarik lepas celananya hingga Laureta hampir tergelincir ke dalam kolam. Tangannya menahan dengan sekuat tenaga. Kian sangat bersemangat. Ia memeluk pinggang Laureta, lalu membenamkan wajahnya tepat di tengah-tengah milik Laureta.Kian memainkan milik Laureta dengan ciuman dan jilatan lidahnya, mencoba merasukinya. Laureta sesak napa
Read more

18. Mantan

Udara malam itu terasa agak panas. Kemunculan wanita itu membuat hati Kian semakin tidak karuan. Ia tidak menyangka jika wanita itu akan menghampirinya ke Bali. Tadi Clara meneleponnya dan memberitahu semuanya. Clara telah berusaha untuk tidak memberitahu keberadaan Kian. Namun, tetap saja wanita itu bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Sejujurnya, Kian tidak ingin berhubungan lagi dengan wanita itu. Namun, apa boleh buat. Kian bukan pria pengecut. Ia akan menghadapi wanita itu. Segala sesuatu bisa dibicarakan dengan baik-baik. Kian baru saja tiba di beach club. Seorang pelayan restoran menghampirinya. Lalu Kian menyebut nama wanita itu. Pelayan itu segera mengantarkan Kian ke sebuah ruangan terpisah yang berada di lantai dua. Seorang wanita berambut coklat kemerahan membalikan badannya. Ia langsung tersenyum saat melihat kehadiran Kian. Dipandanginya wanita itu dari bawah hingga ke atas. Ia mengenakan atasan berupa crop top putih dengan belahan dada yang spektakuler. Rok panj
Read more

19. Minum-Minum

Seketika Kian terkejut bukan main. Ia melebarkan matanya, membeku. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia tidak bisa membalas ciuman Helga meski sebenarnya dalam hatinya ia ingin sekali menarik wanita itu dalam pelukannya, lalu membaringkannya di ranjang. Mereka kemudian akan bercinta sampai beronde-ronde. Demi apa pun, Kian amat sangat merindukan Helga.Helga terus mendesaknya, menciumnya lebih dalam lagi. Kian pun nyaris luluh. Ia hanya bisa diam, membiarkan Helga menciumnya. Hal itu juga supaya Helga berhenti sendiri karena Kian tidak meresponnya.Wanita itu terlalu lama untuk menyadari jika Kian hanya diam saja mematung, tidak memberi sedikit pun celah bagi Helga untuk mendapatkan kembali hatinya. Helga melepaskan ciumannya dan menatap Kian dengan mata yang masih berkaca-kaca.Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu berkata, “Aku masih mencintaimu, Kian.”Kian tahu jika Helga akan berkata seperti itu. Ia tidak menjawabnya. Kian tidak bisa berbohong, tapi ia juga tidak bisa mengakui p
Read more

20. Tanding Push Up

Laureta melebarkan matanya. Ia kesal bukan main. Kian memang berhak untuk melakukan apa saja yang ia inginkan. Namun, Laureta pun bisa marah.Beruntung, ia sedang sangat kelaparan. Jadi, ia hanya mendelik pada Kian sambil mengunyah sarapannya. Kian si pria menyebalkan, sama sekali tidak merasa bersalah. Ia malah tersenyum geli sambil memandang Laureta.“Laura, Laura. Kamu itu lucu sekali kalau sedang marah. Kamu marah, tapi kamu juga sedang lapar. Tak ada yang bisa mengganggumu jika sedang makan, ya kan?”Laureta tidak mau menjawab Kian. Pria itu sepertinya akan mengejeknya lagi. Kian memotong roti lapisnya dengan pisau, lalu menusuknya dengan garpu. Sikapnya sungguh elegan. Tidak seperti Laureta yang menyantap roti lapisnya dengan tangan, membuka mulut lebar-lebar dan menggigitnya dengan rakus.“Pelan-pelan,” tegur Kian.Pria itu masih terus menerus memperhatikan Laureta hingga ia jadi salah tingkah. Jadi, Laureta mengalihkan pandangannya ke kolam renang. Di tempat itu, ia membuka ka
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status