Home / Romansa / Istri Tebusan Paman Mantanku / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Istri Tebusan Paman Mantanku: Chapter 241 - Chapter 250

260 Chapters

241. Malam Pertama

Helga si wanita angkuh mengangkat dagunya dengan sikap menantang. “Siapa itu Ivan? Aku tidak mengenalnya!”“Tidak usah berbohong!” bentak Kian. “Aku yakin sekali kalau kalian saling kenal! Dia meninjuku hanya untuk membelamu. Kenapa? Apa kalian berpacaran?”“Itu tidak benar! Sudah kubilang kalau aku tidak mengenalnya! Kenapa kamu masih menuduhku? Apa kamu punya bukti kalau aku dan dia berpacaran? Jangan sembarangan menuduh! Kamu itu yang sudah jelas-jelas berpacaran dengan wanita PSK! Mana pantas kamu menuduhku sembarangan seperti ini? Dasar pria tidak tahu malu!”Kian mengerjapkan matanya. Ia tak menyangka jika Helga akan menyerangnya atas perbuatannya waktu itu di Bali dengan Miya. Padahal semua itu hanyalah sandiwara belaka. Sekarang semuanya seolah berbalik menyerangnya.“Kenapa? Kamu baru sadar atas kelakuanmu itu? Kamu itu adalah pria yang licik dan jahat! Kamu bisa seenaknya berselingkuh dengan
Read more

242. Ivan Sang Kakak

Ivan tampak terkesima mendengar penuturan dari ibu sambungnya yang juga adalah ibu kandungnya Laureta. Ia menatap Laureta dengan wajah tersenyum.“Itu artinya kita adalah saudara,” ungkap Ivan. “Tak salah jika kita memang berjodoh. Kalau bukan karena aku menolongmu waktu itu, kita tidak akan pernah tahu kalau ternyata mamaku adalah mamamu juga.”Laureta mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Ivan. Aku sungguh tak menyangka kalau ternyata aku malah dipertemukan denganmu. Semua ini pasti sudah rencana Tuhan. Ternyata aku masih punya harapan. Aku tidak sendiri.”Ibunya langsung memeluk Laureta. “Kamu tidak sendiri, Sayang. Ada Mama di sini.”“Aku juga,” ucap Ivan yang ikut memeluknya.Laureta dipeluk dari kiri kanan oleh orang-orang yang ternyata adalah keluarganya yang selama ini telah terpisah jauh darinya. Seandainya Laureta bertemu dengan mereka lebih awal, ia mungkin bisa mencari solusi untu
Read more

243. Kisah Laureta

Ivan tampak ragu sejenak sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Laureta.“Di dalam tubuhnya sekarang mengandung anakku,” aku Ivan dengan berat hati.Laureta terkesiap. “Ya ampun! Ivan kamu sudah menghamilinya, tapi dia malah menikah dengan pria lain?”“Sssstt! Jangan keras-keras!” Ivan menaruh jarinya di depan bibirnya. “Aku tidak ingin mama sampai tahu hal ini. Aku tahu kalau aku memang bersalah. Aku bermaksud untuk bertanggung jawab, tapi dia tidak mau menikah denganku. Dia bahkan tidak ingin hamil anakku.”“Lalu kamu akan membiarkan dia menikah dengan pria itu sementara dia malah hamil anakmu?”Ivan mendesah. “Lalu apa lagi yang bisa kulakukan? Dia sudah menikah dengan pria itu.”“Kamu tidak langsung memberitahu suaminya? Kamu malah meninju wajahnya. Seharusnya langsung saja kamu katakan kalau istrinya sedang mengandung anakmu, lalu kamu bawa istrinya kabur dar
Read more

244. Pertolongan Sang Kakak

Laureta tidak begitu setuju dengan ungkapan Ivan. Meski memang Kian adalah pria yang memiliki nafsu yang sangat besar, tapi Laureta tidak mendapati jika Kian pernah memaksanya untuk melayani pria itu.“Tidak juga,” ujar Laureta. “Suamiku itu orangnya dingin dan suka mengatur. Awalnya kami tidak cocok sama sekali. Lalu setelah berjalan lama, aku baru sadar kalau aku ternyata jatuh cinta padanya.”Ivan memutar bola matanya. “Kamu memang jatuh cinta padanya. Hmmm, aku bisa melihatnya di matamu. Waktu kamu membicarakan tentangnya, kamu terlihat seperti yang berbinar-binar.”“Oh ya? Aku tidak begitu!” Laureta mencebik.“Kamu memang begitu!” Ivan terkekeh.“Ya, percuma sajalah. Aku dan dia tidak akan bisa bersama lagi selamanya. Akan lebih baik dia tidak tahu kalau aku sedang hamil anaknya.”Ivan memiringkan badannya ke arah Laureta. “Kalau dia sampai tahu kamu hamil, ap
Read more

245. Meragukan Helga

“Kandungannya sudah jalan empat belas minggu. Bayinya sehat,” ucap sang dokter.Kian terpana menatap layar USG yang tertera di TV. Seorang makhluk mungil berada di dalam perut Helga. Detak jantungnya terdengar sangat cepat dan kencang, tanda anak itu sehat.Wajah Helga tampak berseri-seri. Ia pasti sangat bahagia karena kehamilannya. Berbeda dengan Kian yang terlalu syok dengan semua ini.Selesai dari ruang praktek dokter, mereka sedang menunggu obat di bagian farmasi. Kian diam saja sambil menatap kosong.“Kian, ternyata aku memang hamil. Kamu seharusnya senang karena anak ini adalah anakmu. Bukankah kamu ingin memiliki seorang anak? Aku akan memberikannya untukmu.”“Mustahil,” ujar Kian pelan.“Apa?”“Kamu tidak mungkin hamil anakku.” Kian menoleh pada Helga dengan wajah penuh kebencian. “Aku bahkan tidak pernah menanamkan benih di tubuhmu!”Wajah Helga y
Read more

246. Mencari Jawaban

Kian mulai sadar jika ia sedang membawa wanita yang sedang hamil. Ia harus menguasai emosinya dan tidak boleh mengebut. Terpaksa, ia pun mengurangi kecepatannya hingga delapan puluh dan berbelok ke jalanan yang di tengah. Helga sudah meneteskan air matanya.“Maafkan aku.”“Kalau sudah begini, kamu baru berkata maaf padaku!” Helga memukul tangan Kian. “Kamu sadar tidak apa yang sudah kamu lakukan padaku?! Kamu membuatku terus sakit hati dan menderita! Kamu sengaja bersikap begitu untuk menyingkirkanku! Padahal aku sudah memberimu segala yang kamu mau. Aku tahu, kamu membutuhkan seorang anak laki-laki supaya papamu menuliskan namamu di surat warisnya. Aku sudah hamil, tapi kamu masih mempertanyakan siapa ayah dari anak ini.”“Aku tidak mempertanyakan siapa ayahnya. Aku hanya tidak yakin jika aku telah menghamilimu!”“Sama saja!” teriak Helga. “Kamu ingin anak ini dites DNA. Lalu jika hasilnya
Read more

247. Kondisi Helga

Tidak ada ekspresi terkejut sedikit pun di wajah Ivan. “Aku tidak mungkin mencegah kalian berdua untuk menikah. Helga terlalu mencintaimu.”“Oh ya? Lalu apa hubungannya denganmu? Apa kalian sungguh berpacaran? Apa kamu sudah menghamilinya?’Kali ini, Kian berhasil menorehkan sesuatu di wajah Ivan hingga pria itu tampak skeptis. Ia terdiam sejenak.“Apa Helga yang memberitahumu tentang hal itu?” tanya Ivan pada akhirnya.“Dia menyangkal semuanya. Sudah kubilang, dia mengaku tidak mengenalmu, tapi aku tahu jika dia sedang berbohong. Ada sesuatu di antara kalian dan aku bisa menebaknya.”Ivan menghela napas. “Sebenarnya, aku tidak bisa seratus persen mengakui jika anak itu adalah anakku.”Napas Kian pun tercekat seketika. Ia tahu jika Ivan ini pastilah kekasihnya Helga, tapi tetap saja ia terkejut begitu mendengar kalimat ambigu itu sebagai pernyataan ‘ya’ dari Ivan.
Read more

248. ICU

“Dia tidak sadarkan diri. Demamnya masih tetap di empat puluh atau empat puluh satu derajat,” jawab Ivan.Kian mengangguk. Ia menatap Ivan yang masih tampak gelisah.“Apa kamu baik-baik saja?”“Tidak! Aku takut sekali, Kian! Aku …, aku tidak ingin kehilangan dia.”Tak berapa lama kemudian, Marisa datang sambil berlari. Ia menghampiri Kian sambil napasnya terengah-engah.“Helga masuk ICU?” tanyanya.Kian mengangguk. “Ya, dia ada di dalam sana.”“Apa kamu sudah menjenguknya?”“Belum.” Kian menoleh pada Ivan. “Apa kita boleh masuk dan menjenguknya?”“Kita harus minta izin dulu pada dokter,” ucapnya.Marisa menautkan alisnya sambil menatap Ivan. “Siapa dia? Tunggu sebentar! Sepertinya aku pernah melihatnya.”Ivan tampak tegang melihat Marisa. Saat itu juga, Kian berpikir untuk mencerita
Read more

249. Selamat Tinggal

Kian melihat Ivan sedang duduk bersebelahan dengan Marisa. Sepertinya mereka sedang berbincang-bincang sesuatu. Ia pun mendekati mereka. Seketika keduanya mendongak.“Bagaimana?” tanya Marisa. “Helga bicara apa padamu?”Kian mendesah. “Dia meminta maaf padaku karena dia sudah merebutku dari Laura. Dia terdengar seperti yang sedang berpamitan denganku.”Wajah Ivan langsung pucat. Ia berdiri dan kemudian berlari masuk ke dalam ICU. Kian hanya memperhatikannya hingga Ivan menghilang di balik pintu.Kian pun duduk di sebelah Marisa. “Kalian mengobrol apa tadi?”Marisa menyeringai. “Gila! Sungguh kalian gila! Keluarga aneh macam apa kita? Bisa-bisanya kamu menikah dengan wanita yang sedang hamil anak orang lain.”Kian mengangkat alisnya. “Ivan mengakui semua itu padamu?”“Ya, kurang lebih begitu. Ivan bilang kalau Helga itu adalah kekasihnya. Kamu percaya itu? Te
Read more

250. Si Kecil Zion

Suasana rumah sakit terasa begitu menegangkan. Laureta sedang berada di ruang bersalin seorang diri. Sementara Ivan dan ibunya menunggu di luar. Laureta takut sekali karena ia tidak pernah membayangkan seperti apa rasanya melahirkan.Sembilan bulan bayinya berada di dalam perutnya, lalu sebentar lagi bayi itu akan segera berada dalam pelukannya. Laureta pun sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan bayinya meski ia takut.Rasa mulas terus menerus ia rasakan setiap satu menit sekali. Peluh menetes di pelipisnya. Sejak tadi ia berkonsentrasi untuk menarik napas sedalam-dalamnya dan mengembuskannya lewat mulut. Suster mengecek detak jantung bayi. Suaranya begitu kencang dan cepat.Laureta pun semakin bersemangat dan berusaha menahan rasa sakit yang sejak tadi ia rasakan. Kepala bayi seperti yang menekan dari dalam perutnya, lalu ia pun merasakan sesuatu yang hangat keluar dari bawah tubuhnya.Dokter sudah siap di tempat. Pembukaannya sudah lengkap. Ia pun me
Read more
PREV
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status