All Chapters of Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar: Chapter 131 - Chapter 140
300 Chapters
Bab 131: Bukan Pengalih Perhatian
“Nyonya, dengarkan aku! Anak dalam gendongan Anda, dia putraku!” geram El menahan amarah.Bukan tanpa alasan, sebab wanita itu tampak tidak normal, atau mungkin hanya perasaan El—seakan memiliki gangguan mental.Sekarang El dan Ed dikelilingi oleh penjaga villa yang berdatangan—melindungi sang nyonya. Sebagian dari mereka mengacungkan benda berbahan logam, digunakan untuk melontarkan proyektil melalui laras ke arah sasaran.Seketika kakak beradik ini terdiam, mereka mengangkat tangan, sembari fokus pada wanita di depan. Teriakan itu mampu mendatangkan penjaga lain dari ruang istirahat.“Bukan! Dia anakku, bukan anakmu! Aku mendapatkannya hari ini, jadi … jangan sembarangan mengaku!” kilah wanita itu mendekap Al sangat erat hingga bayi mungil merasa kesakitan.“Nyonya, aku mohon. Lepaskan anakku, mereka sengaja menjualnya pada Anda,” tutur El seraya menggeser maju kedua tungkai.Tiba-tiba suara bariton menggema dari ruangan lain. Derap langkah kian mendekat ke area ini, ekor mata El mel
Read more
Bab 132: Pria Arogan dan Pelit
“Kenapa bisa begini. Kak, bangun,” lirih Livy, tak sekalipun beranjak dari sisi suaminya.Tampaknya Dewi Fortuna masih menaungi El, tadi beberapa petugas segera datang membantu, membawa pria ini ke ruang pemeriksaan. Bukan hanya itu, karena dilanda cemas, Livy meminta Alonso agar menyatukan kamar mereka. Ia tidak mungkin bolak-balik dari satu kamar ke kamar lain. Kondisi El membuatnya tidak bisa menjauh.“Terima kasih telah menyelamatkan aku dan Al. Kamu … pria terhebat yang pernah aku temui,” gumam wanita berparas ayu seraya menggenggam jemari El. Tetesan hangat pun berjatuhan, membasahi punggung tangan berhias urat. Livy juga menolak saran mertua untuk istirahat di atas ranjang, karena terdapat ruang diantara brankar.“Hu’um, sama-sama Sayang. Akhirnya cita-citaku tercapai,” kelakar El dengan mata tertutup tetapi seringai jahil terukir pada bibirnya.Alis Livy tertaut, ia menajamkan telinga, memastikan pendengarannya masih sehat. “Cita-cita?”“Iya, menjadi superhero, setidaknya ber
Read more
Bab 133: Aku Ada Di Sini
“Kak El, pikirkan masalah itu besok lagi. Sekarang Kakak tidur, lihat!” Ar menunjuk tepat pada jam di digital. “Kamu di sini menemaniku, bukan memerintahku! Laporannya harus aku dapatkan Ar!” tegas El lalu memijat pelipis karena merasa tidak masuk akal membaca surel yang dikirim dari Alonso.Akibatnya ia sulit tidur hingga pagi hari, El hanya memandangi laporan serta beberapa bukti pengalihan kepemilikan saham. Ia merutuki kebodohannya karena bergerak lamban dibanding wanita itu, sangat cepat, tak terduga.Bahkan saat dokter dan perawat masuk, El masih duduk di depan laptop. Hanya Eberardo yang terlelap di atas sofa lebar sembari mendengkur halus.“Tuan, siang ini kami akan melakukan prosedur pemeriksaan. Supaya kaki Anda bisa berjalan normal.” Dokter menyingkap selimut, memeriksa gips.“Apa tidak bisa dilakukan sekarang juga? Aku tidak bisa berlama-lama di rumah sakit!”“Tidak bisa Tuan.”El berdecak karena dirinya terhalang oleh keadaan yang menyulitkan. Ia benar-benar ingin menemui
Read more
Bab 134: I-bu?
Dilanda rasa penasaran berlebih, Livy tidak dapat menahannya. Sekarang, pelan-pelan Livy mendorong pintu besar dan lebar ini, lalu berjalan mendekati suaminya. Tubuhnya gemetaran, ia tidak sabar mendengar kebenaran itu dari mulut El.Beruntung, ia sempat berpapasan dengan Mom Pamela. Sehingga menitipkan Al sebentar pada Ibu mertua, kebetulan berencana membawa Al ke kamarnya.“Sayang?” El tersentak melihat wanitanya ada di depan mata. “Kamu—“ tunjuk El terhenti karena Livy menganggukkan kepala.“Aku mendengarnya, maaf tidak sengaja,” cicit ibu muda, lalu menatap Ar dan Alonso.El mengerti maksud dari pandangan sang istri, tanpa basi basi, pria ini mengibaskan tangan pada adiknya lalu melirik Alonso.“Baiklah kami permisi,” ujar dua pria berbeda usia itu.Setelah Ar dan Alonso pergi, Livy meletakkan segelas jus di atas meja. Netra coklatnya melirik tab serta kertas yang berserakan. Ia menyipitkan kelopak, karena di layar pipih itu banyak foto mendiang ibunya.“Siapa yang memiliki foto i
Read more
Bab 135: Membawa Kabur
“Aku mencarimu ke mana-mana, kata mereka kamu meninggal sesaat setelah dilahirkan.” Wajah Kakek tampak muram diiringi tatapan sendu.“Tidak Kek, itu salah. Ini aku Livy, ada di sini … banyak foto ibu,” lirih Livy, pandangannya mengitari ruangan sempit tak memiliki perabotan, hanya alas karpet tebal.Pemandangan yang sama seperti beberapa hari lalu, ia melihatnya di dalam layar pipih El. Bukan hanya gambar sang ibu, di sini juga ada beberapa foto mendiang neneknya.Bahkan, foto saat perut mendiang ibunya membuncit masih terjaga dengan rapi. Livy berpikir, hanya itu kenang-kenangan kebersamaan diri dengan ibunya.Semua kenangan yang tak bisa dilupakan, tetapi sakit dikenang, ia hanya menjadikannya pembelajaran hidup. Semula Livy memang marah pada kedua orang tuanya, tetapi ia memaksa diri untuk mengerti keadaan pada masa itu.Di saat Livy sibuk memandangi foto, El mulai berucap, “Kakek, sebenarnya kami memiliki tujuan lain, aku harap berkenan membantu.”Tanpa mengetahui alasan lainnya
Read more
Bab 136: Sayang, Tenang Ada Aku
“Sayang, tenang, jangan takut ya. Ada aku.” El segera menghampiri Livy dan memeluknya.Tidak ada riak kemarahan pada wajah semua orang, mereka mengerti apa yang menimpa Livy bukanlah masalah ringan hingga menimbulkan jejak trauma. Livy terus menggeleng, kejadian hari itu benar-benar menyiksanya. Ia pun mendekap Al, menciumi puncak kepala putranya.“Ini teman Dad Leon, berkunjung sebentar, beliau merasa gemas pada Al, jadi … menggendongnya,” jelas Mom Pamela tidak menjadikan hati Livy tenang. Ia tetap gelisah dan ketakutan seseorang merebut putra tercinta. Livy mendongak, menatap kedua iris biru safir, ia menghela napas.“Kak? Aku mau ke kamar sekarang,” pintanya dengan suara parau.“Ayo Sayang, Al biar aku yang gendong. Kamu gemetaran gini, bahaya.”Di dalam kamar, Livy membaringkan putranya di atas ranjang, atas bujuk rayu sang suami, ia bersedia mandi lebih dulu. Kentara sekali enggan meninggalkan bayi sedetik pun.Tidak lama, Livy selesai, gantian El yang membersihkan raga. Di ba
Read more
Bab 137: Lihat Besok!
“Apa mereka membuka suara?” tanya El pada adiknya melalui pesan singkat.Paska sesi konsultasi berikut terapi, keadaan Livy sedikit membaik. Bahkan ia berencana membuka toko roti untuk menghilangkan penat, meskipun belum sepenuhnya mempercayakan Al pada orang lain.El menaruh ponselnya di dalam saku, ia takut sang istri tidak sengaja melihat isi pesan balasan Ar. Ia mendekati dua orang di atas karpet, sangat menyenangkan bercanda bersama anak dan istri.Namun, tak lama, telepon genggam kembali bergetar, kali ini beberapa kali. El merogoh saku celana, melihat sekilas balasan dari Eberardo.[Parah Kak, buang saja mereka ke laut, sama sekali tidak berguna.] Tangan El terkepal karena harapan satu-satunya enggan memberi petunjuk. Kemudian ia melirik isi surel dikirim oleh Alonso.Seketika air muka El berubah total, menegang, rahangnya mengetat. Pria ini mengalihkan perhatian pada Livy, ragu untuk menyampaikan kabar buruk.“Kenapa Kak? Ada yang mau dibicarakan?” Sejenak, Livy menghentikan a
Read more
Bab 138: Pewaris Sahnya Bukan Kamu!
“Kak ini sudah siang, kenapa masih bermalas-malasan?” gerutu Livy.Bukan tanpa sebab, setelah sarapan, El melih bergelung di atas ranjang bersama Al. Sedangkan Livy telah rapi dan harum seperti biasanya.“Kamu cemburu ya? Kemarilah Sayang!” El melebarkan tangan menyambut Livy.Akan tetapi, dering pada ponsel mengalihkan atensi dua insan, tak terkecuali Al—mulai peka pada suara. Dengan cepat, El meraih benda tipis itu dari atas nakas, sebelah sudut bibirnya membentuk sudut mengerikan.Jujur, Livy dibuat merinding, bahkan mengusap tengkuk karena merasa horor. Wanita ini juga penasaran dengan laporan yang disampaikan seseorang.“Ayo kita berangkat sekarang!” ajak El menyingkap selimut tipis dan berdiri di sisi ranjang sembari mengulurkan tangan.“Ke mana? Kakak mau ke kantor pakai celana bokser gini?” Livy geleng-geleng kepala karena tingkah suaminya.“Kalau begitu bantu aku siapkan baju kerja, kita tidak boleh terlambat menyambut orang penting,” ujar El, berjalan ke walk in closet seray
Read more
Bab 139: Menjadi Milik Livyta Ervina Fabregas
“Jauhkan tangan kalian dari kulitku!” berang Sonia menepis tangan beberapa petugas. “Kalian tidak bisa menangkap orang sembarang, aku bisa menuntut balik, paham?!“Anda, harus ikut kami sekarang juga! Anda bisa jelaskan di kantor polisi, bukan di sini!” tegas seorang pertugas menyeret paksa Sonia.Mantan model cantik itu masih menolehkan kepala, menatap bengis pada Livy dan El. Buku jari-jarinya masih memutih kendati kedua tangan telah terkunci.Sonia berdecak sebal, sebab termakan umpan yang diberikan mantan suami. Seharusnya ia tetap bersembunyi hingga keadaan sedikit aman, bukan tersulut emosi karena tidak terima Livy mengumumankan status sebagai pewaris tunggal keluarga Fabregas.Sesampainya di kantor polisi, Sonia tetap bersikap angkuh, menatap hina pada petugas. Wanita itu mengabaikan sejumlah pertanyaan yang ditujukan padanya. “Aku mau menghubungi pengacaraku! Bukankah aku punya hak untuk itu?” sentaknya tak takut.Tentu saja, wanita cantik itu merasa memiliki seseorang yang b
Read more
Bab 140: Hukuman Untuk Sonia
“Aw, ini sakit!” desis Sonia memegangi pelipis serta pipi yang membengkak.Bola mata coklatnya mengedar memperhatikan ruangan dominasi cat putih, serta ranjang yang tak asing. Ia mengerang geram, mengepal kedua tangan lalu memukul kasur dengan kuat.Namun, saat tubuh bagian atasnya bergerak, Sonia menyadari satu hal. Seketika terbelalak karena kakinya tidak bisa bergerak.Saat kecelakaan terjadi, pihak kepolisian segera menghubungi ambulan untuk mengevakuasi korban. Termasuk sopir truk yang menubruk mobil Sonia, diamati melalui CCTV serta dashcam bukan sopir itu yang salah melainkan Sonia.Wanita itu menerobos rambu lalu lintas, akibat ingin terbebas dari kejaran polisi. Sekarang, di rumah sakit, Sonia berteriak keras, hingga beberapa petugas medis serta keamanan masuk kamar rawat.“Ada apa Sonia?” keluh seorang petugas melihat selimut, bantal serta perabot teronggok di atas lantai.Sonia mendelik pada semua orang yang baru saja masuk. Amarah mencapai ubun-ubun dan meletup-letup, karen
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
30
DMCA.com Protection Status