“Sayang, tenang, jangan takut ya. Ada aku.” El segera menghampiri Livy dan memeluknya.Tidak ada riak kemarahan pada wajah semua orang, mereka mengerti apa yang menimpa Livy bukanlah masalah ringan hingga menimbulkan jejak trauma. Livy terus menggeleng, kejadian hari itu benar-benar menyiksanya. Ia pun mendekap Al, menciumi puncak kepala putranya.“Ini teman Dad Leon, berkunjung sebentar, beliau merasa gemas pada Al, jadi … menggendongnya,” jelas Mom Pamela tidak menjadikan hati Livy tenang. Ia tetap gelisah dan ketakutan seseorang merebut putra tercinta. Livy mendongak, menatap kedua iris biru safir, ia menghela napas.“Kak? Aku mau ke kamar sekarang,” pintanya dengan suara parau.“Ayo Sayang, Al biar aku yang gendong. Kamu gemetaran gini, bahaya.”Di dalam kamar, Livy membaringkan putranya di atas ranjang, atas bujuk rayu sang suami, ia bersedia mandi lebih dulu. Kentara sekali enggan meninggalkan bayi sedetik pun.Tidak lama, Livy selesai, gantian El yang membersihkan raga. Di ba
Terakhir Diperbarui : 2024-01-24 Baca selengkapnya