Sesuai janjinya, Endra menjemput Dania jam empat lebih sepuluh menit. Gadis itu rupanya sudah menunggu di depan lobi.“Maaf ya aku telat jemputnya,” kata Endra saat Dania masuk ke dalam mobil.“Nggak apa-apa kali,” kata Dania, “aku juga baru keluar lima menit yang lalu kok.”Endra lalu menjalankan mobilnya.“Yang, aku boleh tanya sesuatu nggak sama kamu?” kata Endra.“Tanya apa?” tanya Dania, “tanya saja. Selagi aku tahu jawabannya pasti aku jawab kok.”Endra tertawa. “Yaampun, ini bukan soal ujian nasional kali, Yang,” katanya setelah tawanya reda, “kamu jelas tau lah jawabannya. Cuma ya emang agak privasi makanya aku izin dulu.”“Nggak apa-apa sih,” sahut Dania, “tanya apa?”“Kalo aku pengen hubungan kita lanjut ke jenjang pernikahan menurut kamu kejauhan nggak sih?” tanya Endra.“Enggak lah,” sahut Dania, “kenapa kamu bisa kepikiran kayak gitu?”“Soalnya kan kita baru jadian sebulan nih,” kata Endra, “aku takut kamu nganggep aku mikirnya kejauhan kalo punya keninginan ke arah sana.
Read more