Beranda / Romansa / Crash Melody / Crash Melody 46

Share

Crash Melody 46

Penulis: Rani Giza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Menyadari perubahan raut wajah Dania, Endra lantas menoleh ke belakang. Dia berdecak saat melihat sosok Zevan berjalan ke arahnya.

“Ngapain sih tuh anak,” gumam Endra. Dia refleks berdiri ketika Zevan semakin dekat.

“Ngapain lo?!” kata Endra saat Zevan menghentikan langkahnya.

Zevan tak menyahut. Dia menatap Endra dan Dania bergantian. “Wow, kalian pacaran,” katanya. Dia lalu tertawa sinis, “keren.”

“Lo kalo ke sini cuma mau ngeledekin gue doang mending pergi deh,” kata Endra.

Zevan menghela napas panjang. Tadinya dia mencari Endra untuk meminjam laptop karena laptopnya lowbat dan dia butuh untuk mengedit beberapa lagu. Dia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. Sepertinya dia dan Endra memang ditakdirkan untuk selalu bertengkar.

Zevan tertawa hambar. “Lo ngusir gue?” katanya, “seinget gue, ini rumah Mama deh. tanah dan rumahnya semua diatasnamakan nama Mama sama Papa bukan atas nama lo. Jadi apa hak lo ngusir gue?!”

Endra kesal. Dia muak melihat Zevan yang selalu saja mencari mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Crash Melody   Crash Melody 47

    Sisil berjalan cepat menuju studio musik. Wanita itu berjalan sambil membawa tabletnya di tangan kanan. Setelah memanggil semua personel Evolution, dia lalu mengajak mereka duduk di kursi panjang yang ada di dekat satu set drum.“Ada apa, Sil?” tanya Endra.“Rencananya buat konser Evolution kan kita mau bawain lima belas lagu,” kata Sisil, “nah gue kan udah ngadain poling kemaren. Dan hasilnya lagu yang terpilih adalah ini.”Sisil menyodorkan tabletnya kepada Zevan. Setelah puas melihat, Zevan lalu mengoper tablet Sisil ke Jojo, Raden dan Okan.“Gimana kalian sepakat nggak buat bawain lagu itu di konser?” tanya Sisil.Zevan mengangguk. “Gue sepakat sih,” katanya.“Yang lain gimana?” tanya Sisil, “barangkali ada lagu lain selain yang ada di list itu yang pengen kalian masukin, nggak apa-apa loh diganti.”“Gue pengen nambahin satu lagu sih sebenernya,” kata Raden.“Lagu apa?” tanya Sisil.“Lagu di album pertama Evolution,” sahut Raden, “yang judulnya Hancur Oleh Cintamu.”Sisil mengangg

  • Crash Melody   Crash Melody 48

    Bukannya menjawab pertanyaan Dania, Fathan malah tertawa.Dania mengambil centong yang ada di meja. Dia melemparkan centong itu ke Fathan, tapi meleset. “Lo ditanyain bukannya jawab malah ngetawain. Maksud lo apa?”Fathan malah tertawa lebih keras. Dia sampai memukul-mukul meja. “Gue nggak nyangka ya Dania yang selalu jutek dan jahat ternyata bisa luluh juga sama cowok,” katanya dengan masih ada sisa tawa.Dania tak menyahuti Fathan. Dia malu sekali.“Mana muka lo pas ciuman sama cowok lo kayak orang sange banget lagi,” Fatha melanjutkan meledek Dania.“Fathan! Bisa diem nggak,” omel Dania, “atau kamu aku usir!”“Cie ngancem,” kata Fathan. Dia lalu mengambil sepotong roti lagi, “ini rumah Bude sama Pakde, bukan rumah kamu. Berani-beraninya ngusir-ngusir.” Dia lalu berjalan meninggalkan dapur.***Dania menyiapkan satu demi satu kostum personel Evolutioner yang akan dipakai untuk pemotretan. Dia menggantung kostum itu di ruang ganti, memastikan tak ada satu pun yang kusut. Setelah tuga

  • Crash Melody   Crash Melody 49

    Setelah Endra meninggalkan ruangannya, Karra menghembuskan napas panjang. Dia lalu duduk termenung. Dia sedikit kesal karena perubahan penampilannya tak membuat Endra tertarik. Padahal, dia berencana membuat Endra kagum padanya. Atau minimal setidaknya sekali saja lai-laki itu tidak memandangnya sebagai sekertaris melainkan seorang wanita dewasa yang menaruh perasaan padanya.Karra lantas mengambil ponselnya yang dia taruh di saku blus. Dia lalu membuka aplikasi Instagramnya. Sejak Endra memberitahu kalau laki-laki itu mempunyai hubungan spesial dengan Dania, Karra selalu menstalking akun Instagram gadis itu. Sekarang pun dia melakukan hal yang sama.Karra melihat satu demi satu foto Dania yang ada di Instagram. Kalau dipikir-pikir, dania memang cantik. Body gadis itu juga bagus. Tapi, gadis itu terlihat cuek dengan penampilannya. Beda dengan Karra yang merasa ada yang kurang kalau tak menggunakan riasan meski hanya untuk pergi ke minimarket yang jaraknya seratus meter dari rumah.Mem

  • Crash Melody   Crash Melody 50

    “Kenapa nunduk?” tanya Endra, dia lalu mengangkat dagu Dania.Dania tertawa. “Jangan liatin kayak gitu!” kata Dania.Endra tersenyum geli. “Kenapa?” tanyanya. Dia tak juga mengalihkan pandangannya dari wajah Dania meski tahu gadis itu salah tingkah.“Ih, pokonya gak suka,” kata Dania. Dia lalu mengalihkan wajah Endra dengan kedua tangannya.Endra tertawa. “Yaudah ... yaudah, “katanya, “aku pulang dulu. Ini udah malem kayaknya.”Dania mengangguk.“Gitu doang?” tanya Endra.“Terus apa dong?” tanya Dania. Dia tertawa.Endra menunjuk bibirnya dengan jari telunjuk.Dania tersenyum. Dia lalu berjinjit. Dia mencoba memberikan apa yang Endra minta. Namun, tepat saat bibir mereka akan bersentuhan, pintu rumah Dania dibuka. Refleks, Dania segera menarik kepalanya.“Eh, Ibuk, Dania kira udah tidur tadi,” kata Dania.“Sebenarnya sudah mau tidur, tapi Ibu kepikiran kamu yang nggak masuk-masuk rumah padahal sudah malem,” kata Talia. Wanita itu lalu beralih memandang Endra, “Nak Endra masih di sini?

  • Crash Melody   Crash Melody 51

    Dania berpindah duduk di dekat Rita.“Emangnya Fathan ngomong apa sih?” tanya Dania, “gue masih belum jelas tadi dengerin cerita lo di telfon soalnya lo ngomongnya sambil nangis.”Rita menghembuskan napas panjang. “Awalnya Fathan itu ngelihat anak dari desainer yang bajunya gue pakai foto sama gue,” kata Rita, “terus dia marah-marah.”“Bentar deh, berarti dia dateng ke lokasi pemotretan lo?” potong Dania.Rita menggeleng. “Enggak,” katanya, “Dia lihat di Instagram gue karena gue ditag sama anaknya desainer itu.”Dania mengerutkan kening. “Oh iya sih, si Fathan minta password Instagram lo ya,” katanya setelah ingat.“Pas Fathan nelfon itu padahal gue udah jelasin ke dia kalo itu anaknya desainer dan dia masih bocah pula. Tapi Fathan nggak mau tahu. Dia tetap marah sama gue. Dan dia bilang mau nyamperin ke apartemen gue.”“Tunggu, masih bocah?” ulang Dania, “maksud lo masih anak kecil? Masih SD gitu. Kok bisa sih Fathan cemburu?”“Enggak SD juga, Dan,” sahut Rita, “SMA dia.”Dania menga

  • Crash Melody   Crash Melody 52

    Setibanya Di hotel, Endra segera menemui branch manager. Meski disambut dengan senyum ramah oleh kepala cabang di ruangannya, tetap saja raut wajah Endra tegang. Dia tak bisa mentolerir sebuah kesalahan.“Katakan apa yang sebenarnya terjadi, Tomo?” kata Endra.“Silakan duduk dulu, Pak Endra,” kata laki-laki berkumis tebal itu. Dia tersenyum ramah.“Nggak perlu basa-basi,” kata Endra. Suaranya menebal dan sedikit meninggi, “cepat ceritakan apa yang terjadi!”Karra yang berdiri di belakang Endra memasang raut waspada. Kalau sudah mode pemimpin dan sifat tegasnya keluar, Endra tampak mengagumkan sekaligus menakutkan di saat yang bersamaan.“Saat sarapan, ada tamu yang menemukan sisa potongan plastik di dalam kue,” kata Tomo, “setelah diteliti ternyata itu adalah potongan bungkus vanili bubuk.”Endra membelalakkan mata. “Kok bisa sih?!” katanya, “ceroboh sekali!”“Maaf, Pak Endra,” kata Tomo sambil sedikit membungkuk, “saya juga tidak menyangka akan terjadi musibah seperti ini.”“Maaf dar

  • Crash Melody   Crash Melody 53

    Zevan mendengar suara langkah seseorang mengikuti di belakangnya. Namun, dia tak mau peduli. Dia terus berjalan. Saat dia mendengar Fajar memanggilnya, dia baru berhenti berjalan dan berbalik.“Mamamu bilang dia juga mau datang,” kata Fajar.Zevan tersenyum sinis. “Setelah Papa rayu?” katanya.“Zevan, kamu ini kenapa sih?” katanya, “hargai dong usaha mama kamu untuk memperbaiki hubungannya sama kamu.”“Memperbaiki?” ulang Zevan, “telat banget.”“Daripada nggak sama sekali,” sahut Fajar.Endra menghembuskan napas panjang. Sejujurnya, dia tidak ingin berharap. Karena dulu Hana juga pernah mengatakan hal yang sama tapi dia bohong. Zevan masih ingat sekali. Saat itu, dia kelas dua SMP. Dia menjadi juara satu lomba menyanyi antar sekolah yang diadakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan. Hana berjanji akan datang saat final karena Fajar sedang ada kunjungan bisnis ke luar kota. Sudah ditunggu-tunggu, ternyata wanita itu tidak datang. Wanita itu lebih memilih menemani Endra yang sed

  • Crash Melody   Crash Melody 54

    Seharusnya, Endra tak perlu bertanya mengapa Zevan melupakannya. Tapi rasanya menyesakkan mengetahui fakta itu. Mungkin jarak antara diriny dan Zevan tak akan pernah bis ditepis selamanya. Mungkin mereka akan tetap jadi seperti orang asing walaupun pada kenyataannya mereka adalah saudara sedarah.“Endra ...,” terdengar suara Dania dari seberang, membuyarkan pikiran Endra.“Eh ... iya,” kata Endra.“Kok diem. Kenapa?” tanya Dania.“Nggak kenapa-napa?” sahut Endra, “by the way, kamu nggak kerja?”“Hari ini aku free,” kata Dania, “tapi habis ini mau diajak Sisil buat ngecek lokasi yang mau dipake acara ntar malem sih.”Endra mengangguk. “Yaudah kalo gitu, aku matiin telfonnya ya. Aku mau mandi dan persiapan buat ke bandara.”“Oke,” sahut Dania dari seberang, “see you. Love you.”“Love you too,” sahut Endra. Dia lalu memutus sambungan telepon.***Karra menatap bayangan wajahnya di cermin sambil menyisir rambut. Pikirannya melayang lagi mengingat kejadian semalam saat dia mencium kening E

Bab terbaru

  • Crash Melody   Crash Melody 164

    Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah

  • Crash Melody   Crash Melody 163

    Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau

  • Crash Melody   Crash Melody 162

    Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua

  • Crash Melody   Crash Melody 161

    “Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-

  • Crash Melody   Crash Melody 160

    Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te

  • Crash Melody   Crash Melody 159

    “Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia

  • Crash Melody   Crash Melody 158

    “Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b

  • Crash Melody   Crash Melody 157

    Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas

  • Crash Melody   Crash Melody 156

    Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen

DMCA.com Protection Status