Endra melipat laptopnya. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas lebih lima. Dia lalu berdiri. Seperti biasa, dia hendak mengajak Karra makan siang bersama di restorang dekat kantor.Dengan cepat, Endra lalu berjalan keluar ruangan. Setelah langkahnya terhenti di ruanngan Karra, dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendengar Karra mengucap kata, “ masuk, “pelan, dia lalu membuka pintu ruangan.“Kar, makan siang bareng yuk,” kata Endra.“Pak Endra makan sendiri aja,” sahut Karra.Endra mengerutkan kening saat menyadari wajah Karra yang sayu dan ada kantung mata. Dia tampak kurang sehat. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Padahal dari pagi juga Karra berinteraksi dengannya. Endra merasa sudah keterlaluan.“Lo sakit, Kar?” tanya Endra.Karra yang dari tadi ingin menangis karena memikirkan perasaannya pada Endra, akhirnya mengeluarkan air mata juga.“Astaga, lo kenapa nangis?” kata Endra, “dia berjalan lebih dekat kepada Karra.”“Sa ... saya, diare, Pak. Semale
Read more