“Kan faktanya enggak. Kenapa aku harus khawatir atau takut? Dania aja yang negatif thinking terus,” balas Karra.Endra menghembuskan napas kasar. “Oke. lo memang nggak seharusnya panik atau takut karena kenyataannya kita memang nggak ngelakuin apa-apa dan nggak ada apa-apa. Tapi gue minta tolong banget jelasin ke Dania kalo kita memang nggak ngapa-ngapain,” katanya.Karra tersenyum masam. “Pak Endra ... Pak Endra, kadang aku heran deh kenapa cowok sebaik dan sesopan Pak Endra masih aja dicurigain yang enggak-enggak,” katanya, “You don’t deserve.”“Thanks,” sahut Endra, “boleh tolong kamu jelasin ke Dania sekarang?”“Mana hape Pak Endra,” kata Karra.Endra mengambil ponselnya lalu menyerahkannya pada Karra.Karra melakukan panggilan telepon pada Dania sebanyak enam kali dan tak kunjung mendapatkan respon. Dia lalu menggeleng-gelengkan kepala, tanda menyerah.“Kalo aku jadi Pak Endra bakalan setres sih kalo punya pacar ambekan kayak dia,” sahut Karra.“Kar, coba lagi. Sekali aja. Kalo i
Dalam hitungan detik, Dania tertegun. Dia takjub melihat Zevan tertawa. Betapa tidak, selama hampir lima bulan dia bekerja dengan Evolution, baru sekali itu dia melihat Zevan tertawa selepas dan seringan itu. Selama ini, dia hanya melihat tampang angkuh dan songongnya Zevan saja.***Saat Endra berkata laki-laki itu akan datang menemuinya, Dania pikir dia berbohong. Dania pikir, Endra hanya ingin menenangkannya saja. Tapi ternyata laki-laki itu benar-benar menemuinya. Endra menunggunya tak jauh dari venue setelah konser Evolution selesai.Mereka berdua sempat canggung saat Endra baru turun dari mobil. Dania merasa aneh, orang yang habis dia marahi dan nyaris dia benci berdiri di depan matanya hanya dalam jarak kurang dari satu meter.Kecanggungan itu berakhir ketika Endra memulai obrolan. “Kamu udah makan?” tanyanya.“Udah tadi sore sebelum konser,” jawab Dania.“Kamu nggak laper lagi? Pesen makan yuk? Kita drive thru aja tapi. Entar kita makan di hotel,” kata Endra.Dania hanya menga
Dania terbangun pagi-pagi sekali. Di sampingnya Endra masih terlelap. Dia tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya yang terasa polos. Dia lalu mengambil pakaiannya yang berserakan dan berlari-lari kecil menuju kamar mandi.Setelah menutup pintu kamar mandi, Dania lalu mengguyur tubuhnya di bawah shower. Selama itu, kepingan-kepingan hal yang terjadi antara dirinya dan Endra semalam terekam lagi. Dalam hitungan detik, air matanya lalu jatuh membasahi pipi.Tangis Dania itu bukan tangis penyesalan. Dia mencintai Endra dan laki-laki itu berhak memilikinya. Hanya saja dia merasa kosong. Merasa berbeda. Dan juga merasa ada yang hilang. Dia merasa dia yang sekarang bukan dia yang kemarin lagi. Dia tak percaya kalau akhirnya komitmen yang selama ini dia pertahankan terlanggar juga.Dania mematikan shower karena kedinginan. Dia lalu berjalan menuju wastafel. Dia tertegun ketika melihat beberapa bercak merah kebiruan di leher dan dadanya. Matanya dipenuhi cairan lagi ketika dia menatap tubuhnya da
Dania refleks menoleh ke pintu yang rupanya telah terbuka. Dia lalu membelalakkan mata. “Lo dari tadi di situ?” tanyanya.“Baru sih,” sahut Sisil, “lo kenapa deh kayak panik banget gitu?”“Nggak kenapa-kenapa,” sahut Dania.***Endra menghilang dari kantor selama dua hari. Selama dia bekerja bersama Endra, baru kali ini laki-laki itu pergi sampai tidak masuk kerja dan tidak memberi tahunya. Sebenarnya memang tidak masalah Endra mau pergi ke mana dan berapa lama juga. Dia bosnya. Dia berhak melakukan apa saja tanpa izin siapa pun. Yang membuat hati Karra dongkol adalah fakta bahwa Endra pergi untuk menemui kekasihnya. Sesuatu yang baru dia ketahui beberapa menit yang lalu dari postingan instagram Endra.Karra merasa sesak saat melihat foto yang diunggah Endra. Foto itu adalah foto Dania yang diambil dari belakang. Dari background-nya, gadis itu seperti sedang terbaring menyamping di atas ranjang. Dan dari pundaknya yang terlihat polos, Karra tak terlalu bodoh untuk menyimpulkan kalau D
Kata orang-orang, dunia kerja itu akan lebih mengerikan dan lebih menyebalkan daripada dunia sekolah atau perkuliahan. Karena di dunia kerja kita bisa jadi bertemu dengan rekan kerja yang toxic atau mungkin atasan yang seenaknya. Tentu saja Karra termakan dengan omongan mereka. Tapi rupanya dia tidak pernah mengalami itu. Selain beberapa omongan pegawai kantor yang lain yang iri dengan kedekatannya dengan Zevan.Karra masih ingat betul pertemuannya dengan Endra sekitar empat tahun yang lalu di hari pertama dia masuk kerja. Dari hari pertama, laki-laki itu selalu bersikap ramah padanya. Dia tak pernah membuat Karra merasa bodoh dan tidak becus karena dia memang baru pertama kali bekerja.Endra memimbing Karra dengan tulus dan sepenuh hati. Dia jarang sekali memarahi Karra. Bahkan seingat Karra, laki-laki itu tidak pernah berbicara dengannya menggunakan nada tinggi.Saat Karra bertanya mengapa Endra begitu sabar menghadapinya yang sama sekali belum berpengalaman, laki-laki itu menjawab
Endra melipat laptopnya. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas lebih lima. Dia lalu berdiri. Seperti biasa, dia hendak mengajak Karra makan siang bersama di restorang dekat kantor.Dengan cepat, Endra lalu berjalan keluar ruangan. Setelah langkahnya terhenti di ruanngan Karra, dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendengar Karra mengucap kata, “ masuk, “pelan, dia lalu membuka pintu ruangan.“Kar, makan siang bareng yuk,” kata Endra.“Pak Endra makan sendiri aja,” sahut Karra.Endra mengerutkan kening saat menyadari wajah Karra yang sayu dan ada kantung mata. Dia tampak kurang sehat. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Padahal dari pagi juga Karra berinteraksi dengannya. Endra merasa sudah keterlaluan.“Lo sakit, Kar?” tanya Endra.Karra yang dari tadi ingin menangis karena memikirkan perasaannya pada Endra, akhirnya mengeluarkan air mata juga.“Astaga, lo kenapa nangis?” kata Endra, “dia berjalan lebih dekat kepada Karra.”“Sa ... saya, diare, Pak. Semale
Sejak ada personel Evolution yang ulang tahun dan ada fans yang memberi kado, hampir setiap konser pasti ada saja Evolutioner yang memberi gift kepada mereka. Walaupun mereka tak sedang berulang tahun. Ada yang memberi jam tangan, sepatu, bucket bunga dan lain-lain.Malam ini, di lagu penutupan, Zevan mendapatkan dua gift. Yang satu sebuah kotak, entah apa isinya. Sementara yang kedua sebuah bucket bunga. Zevan memeluk kotak itu dengan tangan kirinya. Sementara bucket bunganya dia lemparkan ke Sisil yang standby di samping Okan karena dia tak bisa memegang di tangan kanannya yang masih memegang mic.Sampai konser berakhir, semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja. Zevan senang melihat wajah-wajah cerah Evolutioners. Seperti biasa, saat acara makan bersama juga mereka membahas keseruan konser.Namun segalanya berubah hanya dalam waktu satu malam. Saat Zevan baru membuka mata, dia dikagetkan dengan suara ketukan keras di pintu kamarnya. Setelah mendengar suara Sisil yang menyebut nam
Zevan mengangguk. “Oke deh. Kita lihat dulu aja perkembangannya,” katanya.***Endra berjalan cepat menuju ruangan Karra. Dalam hitunagn detik, setelah pintu terbuka, sekertasrisnya itu muncul dari balik pintu.“Masuk, Pak,” kata Karra.“Lo udah enakan?” tanya Endra setelah dia duduk di kursi di seberang meja Karra.Karra mengangguk. “Iya,” katanya.“By the way, meetingnya entar diundur setelah jam dua ya,” kata Endra, “berkas-berkasnya lo simpen dulu aja. Kalo lo kasih sekarang, takutnya entar malah hilang.” Endra lalu berdiri lagi.“Pak Endra ke sini cuma mau ngasih tau itu doang?” tanyanya.Endra mengangguk.“Repot banget sih? Kenapa nggak telfon aja?” tanya Karra.“Gue habis dari toilet tadi. Jadi sekalian,” sahut Endra.Entah mengapa Karra yakin Endra belum sempat melihat berita tentang Zevan. Gadis itu lanta menahan Endra.“Bentar deh, Pak Endra udah tau kabar tentang Zevan belum?” tanya Karra.Endra mengerutkan kening. Dia lalu duduk lagi. “Zevan? Dia lagi konser kan? Kenapa Em
Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah
Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau
Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua
“Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-
Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te
“Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia
“Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b
Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas
Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen