Home / Romansa / Obsesi Liar Mantan Bosku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Obsesi Liar Mantan Bosku: Chapter 51 - Chapter 60

199 Chapters

Bab 51. Posesif

“Kamu gak apa-apa?” Naomi langsung melepaskan pelukan bertanya dengan cepat sebelum ia memeluk lagi. Cindy menarik napas lega berkali-kali lalu tersenyum.“Iya, aku gak apa-apa. Tapi ngapain kamu di sini?” tanya Cindy. Naomi pun melepaskan pelukannya lalu berjalan cepat ke pintu untuk mengunci. Ia berbalik lagi pada Cindy lalu menarik tangannya ke sudut kamar mandi untuk bicara.“Aku cari kamu. Kamu gak pulang dan tiba-tiba malah dipanggil polisi.”i Cindy hanya diam memperhatikan sahabatnya. Naomi terus mencerocos dan akhirnya menanyakan tentang apa yang terjadi.“Sebenarnya apa yang sudah terjadi, Cindy? Kenapa kamu bisa dituduh membakar rumah itu?”Cindy menundukkan pandangannya lalu menatap mata Naomi lagi dengan wajah tertekuk. Ia tidak tahu harus memulai dari mana bercerita tentang kemelut hidupnya.“Aku gak tahu. Mertuaku yang melaporkan. Aku bahkan ga ada di tempat kejadian saat itu. Kan
Read more

Bab 52. Terjepit

Meisya langsung mendelik pada Cindy yang baru saja tiba di kamar Melvin. Cindy juga kaget saat melihat mertuanya juga ada di kamar itu.“Dari mana aja kamu? hari gini baru datang!” hardik Meisya pada Cindy yang masih gelagapan tak tahu harus menjawab apa.“Kamu baru datang sekarang, aku nungguin kamu dari tadi!” Melvin jadi ikut-ikutan menghardik. Cindy mendekat lalu tersenyum.“Maaf, Mas. Aku harus ijin ke kantor dulu.” Melvin berbalik lalu mendelik pada Cindy yang berusaha mendekat. Cindy lalu bergeser ingin mendorong kursi roda yang digunakan Melvin.“Biar aku yang bawa kamu keluar, ya?” Cindy menawarkan diri dengan lembut. Melvin tidak menjawab dan hanya mendengus panjang. Cindy pun akhirnya mendorong pelan kursi roda Melvin ke pintu keluar. Melvin sudah boleh pulang dan harus menjalani perawatan jalan dari rumah sakit sampai ia pulih serta bisa berjalan lagi.Meisya dengan sikap galak berjalan me
Read more

Bab 53. Bukan Rumahku

“Bukan, Ma. Aku hanya gak mau merepotkan Mama dan Papa,” jawab Cindy dengan pandangan menunduk. Mata Meisya memicing tak suka. Baginya Cindy hanyalah menantu tak berguna yang seharusnya tidak lagi bersama Melvin. Cindy tidak mau terlalu menanggapi mertuanya itu. Ia segera membantu Melvin yang turun dari kursi penumpang ke kursi roda.Sebelah kakinya masih bisa dipakai dan ia bisa sedikit berdiri dengan sebelah kaki meski masih harus ditopang. Cindy yang terus membantu termasuk mendorong kursi roda Melvin masuk ke rumah.Sementara di luar, sebuah mobil SUV mewah berhenti di depan gerbang lalu membuka kaca jendelanya. Lefrant Emir sedang mengawasi Cindy yang mendorong Melvin masuk ke rumah. Ia mendengus keras lalu menggeleng pelan.“Pak, Pak Sebastian sudah tiba!” salah satu pengawal lalu melapor pada Lefrant. Lefrant menoleh sekilas lalu berdecap. Ia tahu jika Sebastian pasti pulang gara-gara Cindy.“Mana Cindy?” begitu
Read more

Bab 54. Aku Tak Boleh Kalah

Cindy terburu-buru berlari dari lobi ke lift. Sepeda motor yang mengantarkannya tidak diperbolehkan masuk ke area gedung. Sehingga Cindy terpaksa berjalan dari gerbang masuk ke lobi utama dan sekarang ke lift. Ia sudah kehabisan tenaga dan kakinya sakit karena mengenakan sepatu pump heels.“Huff, aduh aku telat.” Cindy melenguh kelelahan bersandar di dinding lift yang sedang membawanya ke lantai paling atas tempat di mana kantornya berada.Cindy segera keluar begitu pintu lift terbuka. Ia harus masuk ke ruangannya sebelum ketahuan oleh Lefrant Emir. Tapi Cindy yang terengah berhenti di depan pintu ruangannya. Sebastian sudah duduk di kursi kerjanya menunggu Cindy yang baru saja datang. Rasanya jantung dan napas Cindy lepas sudah. Matanya membesar melihat Sebastian berdiri dari kursinya.“Dari mana kamu?” Sebastian bertanya dengan wajah datar dan suara dingin tanpa emosi. Cindy tak berani menatap wajah bosnya. Ia sudah ketahuan kabur.
Read more

Bab 55. Masih Dalam Hukuman

Napas Cindy rasanya mau putus. Ternyata Edward dan Lefrant adalah dua orang yang sudah mengetahui tujuan Cindy bisa berada di Moulson. Ia tertegun menatap Edward seperti hilang arwah.“Bagaimana Bapak bisa mengatakan jika Pak Sebastian sudah menyelamatkan saya? Dia sudah menyiksa saya dan Bapak diam saja,” ucap Cindy dengan air mata berlinang dan suara mulai parau karena menahan tangis.“Apa kamu mengira Pak Sebastian yang jahat? Apa kamu gak bisa merasakan apa yang dia rasakan? Untuk apa dia mengangkat kamu menjadi sekretarisnya, dia punya alasan yang kuat ... atau lebih buruk. Dendam yang kuat.” Cindy hanya bisa diam saja.“Kamu kabur hanya untuk menemui pria yang sudah menjerumuskan kamu. Menurut kamu apa itu sebuah kebodohan?” sindir Edward jadi makin kesal.“Mas Melvin adalah suami saya ....”“Suami bodoh yang menggadaikan istrinya di meja judi. Itu bukan suami, itu adalah seorang bajingan.
Read more

Chapter 56. Manja Tapi Gengsi

Para staf cleaning servis menyulap pantri sederhana menjadi tempat yang layak untuk memasak. Mereka juga memesan bahan-bahan makanan termasuk daging sirloin impor kualitas terbaik untuk diolah oleh Cindy. Sesungguhnya Cindy tidak memiliki banyak waktu untuk membuat steak. Namun apa boleh buat, Sebastian tidak memberikannya waktu.“Kira-kira bakalan empuk gak, Bu?” tanya salah satu staf pada Cindy. Cindy tersenyum lalu mengedikkan bahunya.“Harusnya perlu waktu yang lama untuk marinasi daging tapi Pak Sebastian gak mau menunggu.” Cindy menjawab. Ia sedang melakukan marinasi daging dengan beberapa bumbu sebelum memanggangnya dengan oven. Setelahnya Cindy menyiapkan sayuran serta menu yang lain sebelum daging bisa dipanggang. Para staf itu memperhatikan sekaligus membantu Cindy menyiapkan semuanya.Sedangkan Sebastian menunggu di ruang rahasia tanpa bergerak dari kursi makan sama sekali.“Apa Bapak gak mau makan steak di tempat biasa saja?” Lefrant menawarkan. Sebastian melirik lalu memi
Read more

Bab 57. Janji Di Atas Keraguan

Sebastian menarik Cindy keluar dari ruang CEO tanpa peduli jika ia mau protes atau semacamnya. Cindy mencoba bernegosiasi lagi sebelum ia benar-benar tidak bisa lepas dari Sebastian.“Pak, tolong! Saya gak bisa pulang ke sana!” Sebastian yang separuh menyeret Cindy lalu berhenti dan langsung berbalik.“Kenapa?”“Dia masih suami ....”“Ceraikan! Aku bilang ceraikan. Gampang kan?” potong Sebastian cepat. Cindy jadi serba salah. Ia bingung harus bicara seperti apa agar Sebastian mau melepaskannya.“Saya janji saya akan kembali bekerja besok. Pagi-pagi saya akan datang.” Cindy pun membujuk dengan berjanji. Sebastian masih berwajah datar. Ia kembali berbalik menarik Cindy bersamanya. Namun, kakinya berhenti di tengah lobi. parkir depan terlihat banyak orang.“Pak, kita lewat belakang!” ujar salah satu pengawal. Sebastian pun mendelik tak suka.“Ada apa ini?”“Reporter, Pak!”Dengusan keras serta kesal keluar dari mulut Sebastian. Ia pun berbalik dan masih menarik tangan Cindy bersamanya. C
Read more

Bab 58. Gerbang Neraka

Meisya langsung melotot saat Cindy baru masuk ke rumah. Ia berkacak pinggang berjalan pada Cindy yang hendak masuk ke kamar.“Hei, kamu kira ini rumah kamu bisa pulang sembarangan jam berapa pun!” seru Meisya menyalak. Suaranya sampai ke seluruh rumah dan cukup mengagetkan Cindy.“Aku baru pulang kerja, Ma.” Cindy bicara memberikan alasannya.“Mau dari tempat kerja kek, mau dari mana kek. Kamu harus tahu kalau rumah ini ada aturannya!” Meisya berteriak lagi dengan mata melotot. Cindy pun hanya diam saja menundukkan kepalanya. Tidak ada gunanya membantah sekarang.“Sekarang kamu beresin dapur sampai bersih baru kamu masuk kamar. Enak aja tinggal datang, makan, tidur di sini tapi gak kerja sama sekali!”“Tapi, Ma. Aku baru pulang dan ini sudah malam. Besok saja aku akan bereskan ....” Meisya dengan kasarnya mendorong Cindy sampai ia terjatuh di lantai dengan keras.“Ahh!”
Read more

Bab 59. Muslihat Jahat Mertua

“Jangan teriak!” hardik Pratama tertahan dengan mata melotot membekap Cindy. Cindy sangat kaget sampai tidak tahu harus bernapas. Ia menahannya seperti baru saja diterjang sesuatu di kepala. Matanya tak bisa berkedip melihat ayah mertuanya kini mengimpitkan tubuhnya pada Cindy.“Kamu tahu kan? Kalau ini malam Jum’at?” Cindy mengernyit tak mengerti. Pratama makin menyeringai liar. Tengkuk Cindy seketika dingin dan menggigil. Ia jadi takut dan perasaannya langsung berubah tak enak. Hal buruk akan terjadi padanya.“Aku butuh seseorang. Aku yakin kamu pasti mau membantu Papa, kan?” Pratama kembali mendesis. Cindy jadi bingung. Ia tak suka, tak nyaman. Cindy mendorong Pratama. Pratama tak mau melepaskan sehingga Cindy jadi seperti sedang bergelut.“Diam!” Pratama memaksa Cindy dengan memeluknya.“Lepasin, Pa! Lepasin!” Cindy makin ketakutan. Ia tidak menyangka sama sekali dengan sikap Pratama ya
Read more

Bab 60. Siksaan

Sebastian tengah membaca beberapa artikel berita tentang dirinya dan Cindy. Tidak ada yang mencurigai hubungan mereka sama sekali. Berita yang diturunkan juga bukan berita besar. Setidaknya gampang meredamnya.“Naomi Jingga, ini temannya Cindy?” tanya Sebastian membaca nama kontributor berita yang menulis artikel yang sudah ia baca.“Iya, Pak. Dia orang yang sama yang membawa Nona Cindy ke rumahnya saat dia kabur pertama kali.” Sebastian menoleh pada Lefrant yang meletakkan secangkir kopi untuknya. Mata Sebastian pindah dari Lefrant pada kopi yang ia hidangkan.“Ini kopi siapa?”“Kopi Bapak.”“Buatan Cindy?” Lefrant menarik napas panjang.“Bukan.” Sebastian kembali melihat berita dengan bibir yang dimajukan tanda tak suka.“Untuk kamu aja kopinya. Kalau buatan Cindy aku mau.”Lefrant mengangguk pelan lalu mengambil kembali cangkir kopi itu dan m
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status