Home / Romansa / Obsesi Liar Mantan Bosku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Obsesi Liar Mantan Bosku: Chapter 61 - Chapter 70

199 Chapters

Bab 61. Hati Yang Terluka

“Cindy! Cindy!”Cindy terengah dan langsung membuka mata karena kaget. Ia baru saja bermimpi bertemu dengan seorang wanita yang menidurkannya di atas pangkuan dengan lembut. Meskipun, Cindy tidak bisa melihat wajahnya. Ia yakin jika bertemu ibunya dalam mimpi.Saat tersentak kaget, Cindy ternyata berada di kamar mandi. Duduk di lantai yang dingin semalaman dengan tubuh lelah, kesakitan serta luka yang mengering.“Cindy!” ketukan di pintu terdengar lagi. suara Melvin yang memanggil namanya. Cindy perlahan bangun dari posisinya. Ia membuka pintu sedikit demi sedikit. Tampak wajah Melvin yang mengernyit cemas.Melvin menarik napas panjang kala melihat Cindy akhirnya mau keluar. Ia sudah menunggu semalaman bahkan harus mencari kunci cadangan kamar untuk bisa masuk. tetapi ia tidak bisa menemukan Cindy yang bersembunyi di kamar mandi. Bahkan setelah membuka pintu pun, Cindy masih tidak keluar. Ia tetap memegang pintu dengan wajah pucat ketakutan.“Ayo keluar! Ngapain kamu di dalam?” hardik
Read more

Bab 62. Tak Mau Mencari Perlindungan

Cindy sudah menghidangkan sandwich dan kopi untuk Sebastian yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wajah Sebastian kelihatan lelah karena ia bergadang tak bisa tidur semalaman. Sambil menunggu Sebastian selesai sarapan, Cindy berinisiatif membereskan tempat tidur.“Jam berapa kamu datang?” tanya Sebastian berbasa-basi sambil meminum kopinya. Ia menyesap lalu mendesahkan nikmatnya kopi hangat buatan Cindy setelahnya. Cindy menoleh sekilas dengan senyuman kecil.“Saya tiba jam tujuh lewat 10 menit, Pak.” Cindy menjawab lalu berbalik menepuk sedikit bantal dan menyusunnya.“Kamu terlambat 10 menit ya?” Sebastian menyindir kecil. Cindy tidak protes, ia mengangguk saja.“Maaf, Pak. Lain kali saya tidak akan terlambat lagi.”Sebastian sudah mulai makan lalu berhenti saat mendengar nada bicara Cindy. Seperti ada yang salah.“Apa kamu sakit lagi?” Cindy menoleh lagi lalu menggeleng pelan.
Read more

Bab 63. Langkah Di Luar Rencana

Setelah jam makan siang, Cindy ingin memberikan laporan yang sudah ia selesaikan pada Sebastian. Namun kening Cindy mengernyit saat melihat Sebastian tidak berada di ruangannya. Mejanya tidak berubah sama sekali, artinya dari pagi usai sarapan, Sebastian tidak berada di kantornya.“Pak?” Cindy memanggil. Ia memeriksa ruang rahasia, masih rapi seperti semula.“Ke mana dia? Apa dia pulang?” Cindy bertanya pada dirinya sendiri. Ia ragu hendak meletakkan laporan tersebut di atas meja. Jika Sebastian tidak kembali maka tidak ada gunanya meletakkan dokumen tersebut. Cindy pun memutuskan kembali ke ruangannya seraya menunggu Sebastian.Nyatanya Cindy tetap tidak bisa tenang padahal Sebastian tidak sedang mengganggunya seperti sebelumnya. Cindy mengalihkan pikiran dengan mengerjakan pekerjaan yang lain tapi beberapa kali ia melirik ke depan. Dinding kantornya terbuat dari kaca transparan yang membuat mudah bagi Cindy mengenali jika ada yang lewat
Read more

Bab 64. Sentuhan Nakal

Sebastian mendorong Cindy ke dinding dan dengan cepat menyibakkan rambut panjangnya ke samping. Ia meraba lalu mencium dari tengkuk sampai belakang pundak. Cindy langsung gemetaran dan membeku.“Harum,” gumam Sebastian pelan dan Cindy hanya terengah diam saja tanpa bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya mengepal tapi tak bisa bergerak, Sebastian seperti sedang mengunci Cindy. Sebastian masih terus menjalarkan kecupannya di tengkuk Cindy yang mematung. Ia sampai berhenti bernapas.Tangan kanan Sebastian mulai meraba dan akhirnya membuka kancing kemeja yang dikenakan Cindy lalu menyelipkannya di balik pakaian itu. Tangan itu lantas meremas salah satu dada yang masih terbalut bra. Sebastian menarik ke atas rambut Cindy dengan sebelah tangannya yang lain dan membawa nya ke wajah lalu mengecupi basah tengkuk Cindy bahkan sampai menggigitnya pelan. Cindy seolah reflek hendak melepaskan dirinya tapi Sebastian malah menyusupkan tangannya ke balik bra.“
Read more

Bab 65. Rencana Pembalasan

Cindy bergegas duduk di toilet lalu membuka keran bidet dan menyemprotkan dengan cepat di bagian kewanitaannya yang basah berlendir. Sambil menggigit bibir erat-erat, ia mencoba membersihkan jejak Sebastian dari tubuhnya. Air mata itu menetes begitu saja padahal sudah beberapa kali Sebastian menjamahnya. Hanya saja kali ini, Cindy merasa begitu kotor. Sebastian membuatnya seperti wanita murahan tanpa harga diri. Akhirnya Cindy membungkukkan diri dan menangis terduduk di toilet dengan tangan basah dan semprotan bidet yang masih menyala. Dosa tidak akan bisa dihapuskan dengan air. Milik Sebastian telah mengobrak-abrik perasaan Cindy dan harga dirinya sebagai wanita. Tidak ada yang bisa membantunya. Sementara itu, Sebastian mengenakan kembali vest yang ia lepaskan lalu mengancing pergelangan kemeja satu per satu. Ia menoleh sejenak ke kamar mandi yang dimasuki oleh Cindy beberapa saat lalu dengan kening sedikit cemas. Sebastian tidak ingin Cindy terlalu lama di dalam. I
Read more

Bab 66. Gairah Terindah

Sebastian mendekat pada Cindy lalu meraih sebelah tangannya. Wajah Cindy tampak muram dan tidak sehat. “Saya ....” “Kita rapikan pakaian kamu dulu. Kalau ada yang melihat nanti mereka membicarakan kamu,” ujar Sebastian menarik lembut tangan Cindy. Cindy masih menurut. Fisiknya sangat lelah selama 24 jam belakangan ini. Ia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan di rumah dan kini di kantor malah lebih buruk. Sebastian hendak mengancingkan kemeja Cindy tapi tangan Cindy memegangnya. “Jangan, Pak. Biar saya rapikan pakaian saya di ruangan saja. Permisi.” Cindy berbalik meninggalkan Sebastian yang kali ini hanya diam saja. Sebastian masih berpikir tentang apa yang harus ia lakukan pada Cindy sekarang. Waktu berlalu dan hari mulai malam. Cindy belum pulang dan masih menimbang-nimbang akan ke mana. Ia duduk di ruangannya berpikir untuk pulang tapi bukan ke sana. “Apa aku minta tolong sama Naomi aja?” gumam Cindy pelan. Ia tidak mau pulang ke ru
Read more

Bab 67. Memanfaatkan Cinta

Melvin yang sempat diculik oleh orang-orang Sebastian dikembalikan ke rumahnya dalam keadaan pingsan. Saat sadar, Melvin terbangun di sofa ruang tamu. Seorang pelayan tua yang sudah bekerja di rumah orang tuanya kaget saat Melvin bangun.“Di mana gue! eh, ini ....”“Tuan sudah bangun? Tadi Tuan pingsan,” ujar pembantu itu dengan wajah cemas. Kening Melvin mengernyit kebingungan. Kepalanya pusing dan ia malah tertidur di sofa depan. Apa yang terjadi sebelum ini adalah mimpi?“Kok gue bisa ada di sini?” pungkasnya dengan rasa kesal. Pembantu itu mengernyit lalu mendekat sambil berjongkok.“Tadi ada tukang siomay yang mampir katanya Tuan pingsan di dekat gerbang depan. Jadi dia nolongin bawa masuk kemari. Pas saya ngambil minum, Tuan bangun. Padahal saya mau telepon Nyonya,” lapor pembantu itu menjelaskan.Melvin terperangah sampai kebingungan. Rasa-rasanya tadi ia diculik oleh Sebastian dan dipukuli. La
Read more

Bab 68. Hanya Kedok

Meisya dan Pratama baru pulang dari rumah sakit dan kantor polisi setelah jam makan malam berlalu. Meisya masih marah dan pasti akan memukul Cindy jika ia melihat menantunya itu di rumah. Begitu melihat ibunya, Melvin langsung datang.“Bagaimana keadaan Mama?” tanya Melvin pada Meisya yang masih menyimpan amarah.“Mama mau bicara sama kamu, Melvin!” Meisya menegaskan. Ia masih meringis kesakitan pada hidungnya diberikan sedikit plester. Pratama juga tak mau membela Melvin kali ini. Biar saja ia menghadapi semuanya sendiri. Melvin masih menurut. Dengan kaki terpincang ia mendekat duduk di sofa lalu meletakkan kedua tongkat di sebelahnya.“Kamu liat kan seperti apa keadaan Mama. Mama harusnya masuk rumah sakit gara-gara kelakuan barbar istri kamu itu!” hardik Meisya langsung mencerocos mengomeli Melvin. Melvin masih belum menjawab. Ia membuang sejenak pandangannya ke arah lain.“Dia itu bukan perempuan bener, Melvin. Sudah seharusnya kamu ceraikan dia!” imbuh Meisya lagi. Melvin langsu
Read more

Bab 69. Yang Tak Bisa Dimiliki

Cindy hanya bisa diam mematung menatap Sebastian yang dengan gampangnya menyebut menikah. Bagaimana caranya menikah sementara dirinya masih terikat pernikahan dengan Melvin?“Bapak ngomong apa?”“Kamu mau status kan? Ya uda kamu jadi istriku. Kita menikah besok, gampang kan?” sahut Sebastian dengan angkuhnya. Cindy dengan cepat menggeleng.“Saya masih istrinya Melvin, Pak ....”“Lalu? Kamu kan bisa ceraikan dia!” Cindy tetap menggeleng. Kali ini ia sampai membuang muka. Sebastian jadi merasa serba salah. Memang paling susah jika harus memaksa Cindy. Wanita itu terus bisa membuat Sebastian kalang kabut.“Pak, tolong ... saya mau pulang ....”“Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu aku akan ikat mulut kamu!” Sebastian mengancam karena tak tahan dengan rengekan Cindy bukan karena keinginannya mau pulang. sikap Cindy membuat gairah Sebastian naik tanpa bisa dikendalikan. Wanita
Read more

Bab 70. Obat Tidur

Cindy sudah berpakaian lebih santai dengan kaos kebesaran dan celana pendek setelah mandi yang nyaman. Tidak hanya itu, Sebastian juga sudah mandi serta berganti pakaian. Sekarang Sebastian sedang mengoleskan obat gel untuk menghilangkan luka pada siku Cindy.“Kamu masih gak mau cerita luka ini karena apa?” tanya Sebastian masih mengoleskan perlahan ointment tersebut. Cindy memindahkan matanya dari memperhatikan luka di sikunya lalu pada mata Sebastian. Ia sedikit mengerucutkan bibirnya dan Sebastian kembali melihat pada luka.“Saya sudah bilang ....”“Ah, itu lagi. kamu pikir berbohong itu bagus?” Sebastian menyindir meski dengan sikap yang masih tergolong lembut. Sebastian sudah sangat kesal tapi tak bisa berbuat apa pun.“Saya gak bohong, Pak,” jawab Cindy sedikit merengek. Ia kembali cemberut dan Sebastian kembali menatap Cindy lebih lekat tanpa senyuman. Ia mulai bosan dengan sikap Cindy yang sangat keras kepala.“Sampai kapan kamu akan seperti ini? Dulu kamu gak pernah berbohong
Read more
PREV
1
...
56789
...
20
DMCA.com Protection Status