Semua Bab Obsesi Liar Mantan Bosku: Bab 41 - Bab 50

199 Bab

Bab 41. Terpaksa Patuh

Cindy dibawa ke kantor polisi dengan pengawalan ketat dari orang-orang Sebastian Arson. Bahkan Sebastian sendiri ikut datang mendampingi Cindy yang akan memberikan kesaksiannya. Lefrant Emir bertindak sebagai kuasa hukum Cindy. Ia tidak sempat menerima surat kuasa dan langsung ditunjuk oleh Sebastian. Sebastian menjamin agar tidak ada wartawan yang datang. Namun ternyata Naomi bersama Madelo menunggu di kantor polisi. Dengan cepat, salah seorang pengawal Sebastian menyembunyikan bosnya tersebut. “Ngapain reporter ke sini? Kamu gak bersihin tempat ini? Aku bilang jangan ada wartawan!” tukas Sebastian marah. “Maaf, Tuan. Kami gak tahu. Kita ke belakang aja.” Sebastian mendengkus kesal. Ia memang tidak memiliki pilihan dan terpaksa meninggalkan Cindy sementara di ruang pemeriksaan. Sebastian bisa masuk ke salah satu ruangan petinggi kepolisian yang membantunya. “Ibu Cindy tidak bersalah karena di saat kejadian, beliau sedang sakit. Saya bisa membuktikan rekam medisnya,” ujar Lefrant
Baca selengkapnya

Bab 42. Membaca Pikiran

“Naomi!” Cindy kaget sekaligus memekik. Naomi pun langsung memanggil Cindy bahkan melambai padanya. Hanya pintu kaca yang memisahkan keduanya. Cindy seakan ingin menghampiri Naomi di balik pintu kaca tersebut tapi tangannya dengan cepat ditarik Sebastian.“Kamu mau ke mana?” hardik Sebastian memarahi Cindy. Cindy tertegun dan melihat ke arah Naomi.“Itu ... temanku ....”“Ikut aku pulang!” Sebastian menggeram lalu melirik lagi ke arah wartawan. Reporter mulai mengerubungi dan beberapa petugas polisi menghalangi mereka. Namun demikian, sosok Sebastian dan Cindy berhasil ditangkap kamera.“Siapa laki-laki itu?” ujar Naomi dengan rasa penasaran yang luar biasa. Cindy pergi bersama Sebastian lewat jalan belakang dan langsung masuk ke mobil mewah Sebastian.. begitu pula dengan Lefrant Emir. Mobil meluncur pergi meninggalkan kantor polisi segera meninggalkan kerumunan wartawan yang dengan cepat datang.
Baca selengkapnya

Bab 43. Menu Makan Malam

Tanpa mengganti pakaian setelah tiba, Cindy langsung masuk ke dapur. Ia bahkan tidak sempat melihat seluruh interior griya tawang mewah milik Sebastian. Lefrant langsung mengarahkan Cindy ke dapur yang mewah dan sepi. Namun demikian, isi kulkasnya sangat rapi dan lengkap. Kening Cindy sempat mengernyit. Memangnya Sebastian sempat makan di rumah selama ini?Cindy menepis segala pikirannya soal Sebastian. Ia bersiap memasak dengan beberapa bahan yang dikeluarkannya dari kulkas. Setidaknya untuk sementara Cindy bisa tenang karena Sebastian tidak mengganggunya.“Apa Nona Cindy akan tinggal di sini?” tanya Lefrant begitu Sebastian tiba di depan kamarnya.“Iya. Dia harus tinggal di sini. Rumahnya sudah kubakar, ke mana lagi dia mau tinggal,” sahut Sebastian melepaskan dasi sebelum membuka pintunya. Lefrant mengekori Sebastian sementara Cindy masih di dapur dan dijaga oleh beberapa pengawal.“Cari tahu siapa reporter wanita yang tad
Baca selengkapnya

Bab 44. Tak Terduga

Naomi menarik napas panjang dan kesal. Cindy berhasil pergi tanpa diketahui oleh siapa pun. Namun tak butuh waktu lama bagi para reporter termasuk Cindy untuk mengetahui identitas pria yang datang bersama Cindy. Sekalipun Polisi tak mau bicara tapi akhirnya beberapa jam kemudian, diketahui jika Cindy bekerja di Moulson Corporation. Sebuah perusahaan telekomunikasi asing yang masuk ke Indonesia.“Kok dia gak ngomong kerja di sana ya?” Naomi bergumam pelan. Ia masih belum percaya jika Cindy bekerja di perusahaan besar yang sudah membeli dua bank swasta di Indonesia. Madelo mendekat lalu mengajak Naomi pergi dari kantor polisi.“Sekarang kita pulang dulu. Kamu lapar gak?” Madelo mengajak Naomi sambil membereskan kameranya. Naomi yang sedikit melamun jadi sedikit terkesiap. Ia menoleh pada Madelo dan mengangguk saja. Dengan cueknya, Madelo meninggalkan Naomi yang mengekorinya ke salah satu mobil. Naomi ikut naik dan bersama Madelo mampir ke salah sa
Baca selengkapnya

Bab 45. Kamar Baru

Cindy masih kebingungan ketika berada di kamar Sebastian yang temaram, hangat dengan dekorasi minimalis modern. Sebastian baru saja masuk ke walk in closet lalu keluar tak berapa lama kemudian.“Ayo!” Sebastian menarik tangan Cindy yang kebingungan ke dalam walk in closet. Mata Cindy terbuka lebih lebar melihat isi ruang ganti yang luar biasa mewah. Melvin mungkin suami yang kaya raya tapi Sebastian jauh lebih kaya dari Melvin. Ruang ganti pakaian memiliki ukuran lebih besar dari kamar tidur Cindy di rumahnya yang sudah terbakar.“Ini ruang ganti buat kita berdua. Lemari kamu ada di sini.” Sebastian membuka salah satu lemari untuk menunjukkan pakaian milik Cindy yang sudah ia persiapkan. Cindy terperangah melihat itu semua. Ia tidak pernah menyangka jika Sebastian sudah mempersiapkan satu ruangan dengan banyaknya pakaian wanita dari berbagai merek terkenal. Tidak ketinggalan aksesoris seperti tas, sepatu sampai hal-hal kecil seperti tali pinggang, syal sampai bando serta jam tangan.“
Baca selengkapnya

Bab 46. Milikku Yang Kembali

Cindy langsung membuka mata begitu ada yang memeluknya erat. Wajahnya langsung menoleh dan ujung hidungnya langsung menyentuh sisi wajah Sebastian. Sekali lagi Cindy tercekat dengan tindakan Sebastian padanya. Ia tidak bertindak kasar namun memeluk Cindy dengan lembut. Cindy kembali terjaga dan ingin melepaskan diri.“Bapak sedang apa? Saya ingin tidur,” gumam Sebastian pelan. Sebastian menaikkan pandangannya melihat mata Cindu. Ia mendekatkan hidungnya dan menggesekkannya pada pipi Cindy dengan lembut.“Mas Seb. Panggil aku Mas,” gumamnya berbisik begitu lembut. Tekuk sampai tulang belakang Cindy merasakan desir halus yang menjalar sekaligus rasa panas di seluruh tubuh sampai pangkal paha.“Maksudnya ....”“Aku kangen panggilan kamu yang dulu, Sayang.” Sebastian kembali berbisik. Hangat napas berbau mint di pipi Cindy membuat degup jantung makin tak karuan.“Tolong jangan peluk saya,” pin
Baca selengkapnya

Bab 47. Tembok Rahasia

“Iya, aku juga kangen sama kamu. Kok kamu gak datang sih? Aku bosan di kamar terus,” ujar Melvin berbicara dalam sambungan telepon. Melvin sedikit menggeser posisi berbaring dengan kaki yang masih tergips tak bisa terlalu digerakkan.“Gak mungkin aku datang lagi, Mas. Aku lihat orang tua kamu mondar-mandir di depan kamar kamu. Aku jadi gak bisa mendekat,” sahut si penelepon. Melvin mendengus pelan dengan kesal.“Ya uda, nanti aja kita ketemu kalau aku sudah keluar dari rumah sakit.”“Kapan kamu pulang? Kamu mau tinggal di mana kalau udah pulang?”“Huh, paling di tempat orang tuaku dulu. Nanti aku cari apartemen baru dulu.”“Kamu gak ngurusin asuransi buat rumah kamu itu?” Melvin mendecap bibirnya lalu sedikit melayangkan pandangan ke atas.“Uda, sedang diurus Papa.”Pembicaraan itu kembali terdiam sampai tiba-tiba pintu kamar terbuka. Buru-buru Melvin
Baca selengkapnya

Bab 48. Pesan Manis

Sebastian menarik napas panjang masih berhadapan dengan Lefrant yang terus memberikannya pendapat pada kenyataan yang terjadi.“Lakukan apa yang kuminta, Lef. Jangan membantah.” Sebastian menggeramkan lagi perintahnya. Lefrant menarik napas seraya mengangguk untuk mengiyakan. Hati Sebastian mulai goyah semenjak bertemu lagi dengan Cindy. Ia seperti membalas kesempatan yang hilang bertahun-tahun sebelumnya.Sebastian lalu berbalik pergi meninggalkan Lefrant yang juga ikut berjalan ke pintu keluar. Ia masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus menyusun rencana untuk menjalankan perintah Sebastian.Lefrant lantas mengecek laptopnya lagi lalu mengambil ponsel hendak menghubungi seseorang. Namun matanya memicing serta keningnya mengernyit.“Apa ini?” Lefrant semakin mendekat pada layar laptopnya. Sebuah berita online dari stasiun berita terkemuka menurunkan berita soal Sebastian Arson dan Cindy Andrana Halim yang sedang bera
Baca selengkapnya

Bab 49. Burung Dalam Sangkar

“Gak kok, Mas. A-aku hanya ketemu dia di kantor aja kok.” Suara Cindy makin kecil saat mengarang alibi pada Melvin. Melvin tidak menanggapi sama sekali.“Ya udah. Kapan kamu mau ke sini? Kayaknya aku pulang hari ini.” Cindy jadi makin membesarkan matanya. Sekarang jadi makin rumit karena Cindy pun tidak seharusnya terjebak di rumah Sebastian.“Aku ... aku akan ke sana, Mas. Sebentar lagi aku ke sana.”“Jangan lama, aku bosan.” Cindy sedikit tersenyum mendengar keluhan Melvin. Mungkin ini kesempatan mereka memperbaiki hubungan.“Iya, Mas. Aku segera ke sana.” Cindy pun mematikan sambungan ponsel tersebut. Ia berbalik lalu berjalan cepat ke walk in closet. Cindy memilih setelan untuk pergi ke kantor. Ia akan beralasan ingin bekerja padahal akan mampir ke rumah sakit.Setelah selesai, Cindy keluar kamar dan hendak berjalan ke ruang makan sebelum akhirnya bertemu dengan Lefrant yang ternyata t
Baca selengkapnya

Bab 50. Negosiasi

Sebastian mengawasi Cindy yang dengan kamera pengawas yang terdapat nyaris di seluruh penthouse mewah tersebut. Ia menarik napas panjang lalu meneruskan pekerjaan setelah mengecek Cindy.“Jangan sampai dia ke rumah sakit!” Sebastian memesan pada Lefrant sebelum ia pergi. Hari ini Sebastian tidak bisa menemani Cindy yang beristirahat di rumahnya. Tak apa jika Cindy tidak bekerja. Yang penting, sekretarisnya itu menunggunya pulang.“Pak, Nona Cindy ingin pergi ke kantor.” Lefrant melapor pada Sebastian yang sedang dalam perjalanan ke luar kota. Keningnya mengernyit lalu menghela napas panjang. Ia nyaris naik pesawat pribadi yang akan segera lepas landas tapi kakinya berhenti di salah satu anak tangga.“Mau ngapain dia ke kantor? Aku kan sedang gak ada di tempat!” Sebastian membalas dengan ketus.“Saya sudah mengatakan tapi Nona Cindy ingin mengambil beberapa dokumen dan mengerjakannya di rumah. Atau dia bisa menungg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status