Semua Bab Obsesi Liar Mantan Bosku: Bab 31 - Bab 40

199 Bab

Bab 31. Mata Yang Terhalang

“Jangan sakiti Naomi,” ucap Cindy dengan nada rendah seperti sedang berbisik memohon. Ujung bibir Sebastian naik dan menyeringai. Sebelah tangannya lalu pindah ke bagian belakang punggung Cindy dan ia pun mendengus sinis seraya mendekati wajahnya.“Aku akan berusaha gak membunuh Naomi, tapi kalau kamu seperti ini lagi. Kamu akan merasa sangat berdosa gak bisa menyelamatkan dia. Mengerti?” gumam Sebastian di depan wajah Cindy yang hanya bisa pasrah. Cindy tak menjawab ancaman itu dan kembali menundukkan matanya. Sedangkan Sebastian malah merasa panas saat menatap bibir Cindy. Ia memiringkan kepala lalu mencumbu bibir Cindy. Cindy yang sadar lalu menolak dengan mendorong Sebastian.Sebastian masih menyeringai nakal tanpa melepaskan lingkaran lengannya pada pundak Cindy. Cindy mencoba menjauh tapi tangan Sebastian terus menerus menyentuhnya.“Nanti kamu sendiri yang gak akan mau lepas dariku, liat aja.” Cindy menoleh cepat pada p
Baca selengkapnya

Bab 32. Kecurigaan Beralasan

Naomi masih belum percaya dengan apa yang ia dengar. Rasanya polisi sudah mengeluarkan pernyataan tentang penyebab kebakaran dan sekarang seorang reporter senior seperti Madelo malah mencurigai seseorang telah membuat kebakaran tersebut.“Apa itu artinya, Mas Delo menuduh ada orang yang sengaja mau membakar rumah itu?” Naomi bertanya lagi dengan raut wajah sangat serius. Madelo pun mendekatkan dirinya pada Naomi. Mata Madelo yang tajam menatap tajam pada Naomi membuat jantung gadis itu melompat-lompat jadinya.“Rumah sebesar itu butuh lebih banyak usaha untuk terbakar. Jika hanya korsleting listrik mungkin tidak akan terbakar sepenuhnya karena posisinya pasti jauh dari ruangan utama.” Madelo menjelaskan dengan raut yang sangat serius. Naomi memperhatikan tetapi ia separuh berkonsentrasi karena wajah Madelo yang sangat menarik. Naomi sampai harus menelan ludah beberapa kali.“Jadi jika memang ada kecurigaan seperti itu, seharusnya ka
Baca selengkapnya

Bab 33. Gengsi Dan Kemarahan

“Gak perlu berteriak, toh gak akan ada berani menolong kamu,” bisik Sebastian di dekat telinga Cindy. Ia kemudian menghirup sejenak wangi tubuh Cindy sebelum akhirnya mencium ujung daun telinganya dan itu malah membuat Cindy tidak nyaman. Ia terus melawan dan mencoba melepaskan diri.“Jangan terlalu banyak bergerak Cindy, gak ada gunanya,” tambah Sebastian lagi lalu melanjutkan aksinya. Ia menyeringai jahat dan mulai hendak ingin mencium leher Cindy.“Tolong berhenti, jangan ganggu saya, Pak,” ujar Cindy sambil berusaha melepaskan pegangan Sebastian di pinggangnya. Tapi Sebastian makin mengeratkan pelukannya bahkan mendesak ke depan sehingga Cindy terus menunduk.“Kenapa aku harus berhenti, aku bisa melakukan apa pun sama kamu selama kamu jadi sekretarisku, aku bebas ngelakuin apa pun.” Sebastian mulai mencium leher Cindy lagi. Apa yang sudah terjadi padaku, apa yang sudah Cindy lakukan padaku, kenapa aku sanga
Baca selengkapnya

Bab 34. Bos Yang Aneh

Cindy langsung menghentikan jalannya dan menoleh kembali ke belakang. Ia mengerutkan kening mendengar bagaimana Sebastian malah memarahi pegawainya yang sudah mempersiapkan materi rapat tersebut. Terlebih yang terjadi, para manajer tersebut disalahkan karena Cindy. Hal ini akan membuat reputasi Cindy makin jelek di mata banyak orang.“Kalau kalian tidak bisa mempersiapkan materi dengan benar, jangan harap aku mau menghadiri meeting ini. Bahkan sekelas sekretarisku saja tidak mau menghadiri meeting ini,” tambahnya makin berteriak sekaligus menyindir Cindy.Dengan marah, Sebastian membuang seluruh peralatan menulis, kertas sampai sebuah proyektor kecil ke lantai. Proyektor itu hancur seketika dan menjadikan ruang rapat itu makin berserakan.Cindy terpaksa kembali mendekat pada Sebastian. Sebastian lalu menoleh dan melihatnya dengan wajah kesal dan marah. Ia sebenarnya marah karena Cindy tidak mau menemaninya dalam rapat tersebut sekalipun sesungguhnya kehadirannya tidak diperlukan, teta
Baca selengkapnya

Bab 35. Keberadaan Cindy

Naomi dan Madelo menerima penjelasan dari polisi soal laporan keluarga Hadinata untuk istri Melvin yang bernama Cindy Andriana Halim. Polisi sudah berusaha mencari keberadaan Cindy tapi belum ditemukan.“Belum ada laporan tentang keberadaan ibu Cindy. Kami sudah menanyakan pada Pak Pratama dan Ibu Meisya, mereka tidak mengetahui keberadaan ibu Cindy,” ujar polisi tersebut menjelaskan.“Sebenarnya saya juga baru bertemu lagi dengan Cindy setelah sekian lama, Pak. Cindy pernah menginap di rumah saya satu hari setelah kejadian kebakaran itu. Dia gak punya tempat tinggal dan saya membawanya menginap.” Naomi pun memberikan penjelasan. Polisi itu mengangguk paham.“Ke mana dia terakhir pergi?” tanya polisi itu lagi.“Ke rumah sakit menjenguk suaminya. Tapi terus dia menghilang.”Naomi sempat menoleh pada Madelo yang juga sedang menyimak pernyataan tentang Cindy. Sekarang Madelo ikut penasaran dengan sosok C
Baca selengkapnya

Bab 36. Monster Yang Sesungguhnya

Setelah memperoleh laporan untuk Cindy, Polisi kembali ke rumah sakit untuk menginterogasi Melvin. Semula Melvin mengaku jika rumahnya terbakar tiba-tiba karena korsleting listrik. Namun begitu ada laporan soal keterlibatan Cindy dari Pratama dan Meisya, polisi kembali menanyai Melvin.“Sudah pasti dia yang melakukannya, Pak. Sekarang saja dia udah kabur dan gak berani datang ke rumah sakit lagi. padahal suaminya baru saja selesai operasi, tapi dia malah gak ada. Apa lagi kalau bukan karena dia memang bersalah!” pungkas Meisya makin menggebu-gebu menuduh Cindy sebagai dalang dari kebakaran tersebut.“Saya gak melihat langsung soal itu, Pak.” Melvin akhirnya bicara. Ia sudah merasa tertekan dengan tindakan orang tuanya yang malah melaporkan Cindy. Sekalipun Melvin mengetahui jika Cindy tidak bersalah, tetapi Cindy adalah penyebab dari Sebastian yang datang membakar rumah tersebut.“Lalu apa Bapak tidak curiga dengan Ibu Cindy? Atau s
Baca selengkapnya

Bab 37. Cookies Dan Kopi

Penampilan cookies itu memang biasa saja tapi sesungguhnya Sebastian penasaran bagaimana rasanya. Terlebih ia sebenarnya suka coklat meski tidak terlalu gemar.“Ya sudah kalo Bapak gak suka. Biar saya bawa kembali ke pantri ....” tangan Cindy sudah akan membawa piring berisi cookies tapi dengan cepat mulut tajam Sebastian melarangnya.“No, stay ... udah dikasih gak boleh diambil lagi. Kamu gak tahu aku ga suka sesuatu yang sudah dikasih ke aku malah diambil kembali,” sahut Sebastian cepat. Cindy yang sudah hendak mengambil piring itu terpaksa menarik kembali tangannya setelah dipelototi oleh Sebastian. Cindy harus banyak bersabar dengan sikap Sebastian yang sangat menyebalkan.“Kalau begitu, saya permisi keluar dulu, Pak. Selamat menikmati.” Cindy berbalik hendak pergi.“Tunggu, kamu harus tanggung jawab udah kasih aku makanan ini,” sahut Sebastian menghalangi Cindy yang hendak keluar. Cindy kembali berbalik
Baca selengkapnya

Bab 38. Harga Diri

Tidak ada hal lain yang dilihat Cindy pada mata Sebastian saat ini kecuali hasrat dan keinginannya untuk menyentuh tubuhnya. Pria itu hanya ingin terus memanfaatkan Cindy untuk kesenangan pribadinya. Sedangkan Sebastian hanya melihat kebencian di mata Cindy. Wanita itu sudah mengurung hatinya dalam penderitaan cinta selama ini. Sebastian terus bertanya mengapa Cindy tidak sedikit pun mau mengakui apa yang sudah terjadi di antara mereka di masa lalu. Sementara Sebastian bahkan tidak bisa melupakan yang telah terjadi lima tahun lalu.Nafas Sebastian masih berhembus menyentuh hidung Cindy. Ia masih memandang wanita itu dengan lekat berharap ia akan menyerah dan tidak lagi melawan. Tapi Cindy bukanlah seperti wanita yang biasa Sebastian temui. Cindy pantang menyerah dan tidak mau pasrah.“Jangan sentuh saya lagi,” ujar Cindy begitu Sebastian melepaskan ciumannya.“Kenapa?” Sebastian balas bertanya dengan suara rendah masih tepat di depan waja
Baca selengkapnya

Bab 39. Menolak Menjadi Simpanan

Sebastian dengan marah menarik kedua lengan Cindy dan menyentakkan ke arahnya. Dengan rahang menggeram dan rasa kesal rasanya dia ingin mengurung Cindy di kamarnya dan tidak boleh keluar selamanya. Cindy selalu pintar mematik amarah di kepala Sebastian selama ini.“Kamu gak berhak menolak aku. Aku selalu dapat yang aku mau, jangan pikir kamu hebat, Cindy!” Sebastian menggeram menggertak dengan marah.“Kalo gitu kenapa Bapak gak cari perempuan lain aja untuk simpanan? Bapak gak usah ganggu saya lagi.” Sebastian makin marah dan menarik Cindy dengan kuat. Pegangannya membuat Cindy mulai meringis kesakitan.“Aku udah bilang beberapa kali. Kalau mau lepas kamu harus bayar utang Melvin sekarang juga. Dan jangan lupa ... kamu punya utang yang jauh lebih besar karena sudah berani menjebakku dulu sampai masuk penjara!”Cindy terperangah mendengar pengakuan Sebastian. Ia tidak pernah mengenal Sebastian sebelumnya. Bahkan sekarang
Baca selengkapnya

Bab 40. Bantuan Dadakan

Mata Sebastian seketika membesar saat Lefrant mencekal Cindy lalu membekap mulutnya. Sekejap, Sebastian cemburu dan menarik Cindy yang meronta didekap Lefrant. Sebastian cepat menarik Cindy ke pelukannya.“Jangan sentuh dia!” Sebastian menunjuk pada Lefrant.“Pak ....” Cindy melihat kesempatan lagi dan berusaha lari tapi Sebastian masih sempat memegangnya dan terpaksa ikut membekap seperti yang dilakukan Lefrant sebelumnya.“Kamu mau ke mana, heh!” Sebastian menggeram serta mengancam. Ia menarik Cindy ke ranjang dan masih mendekap sekaligus membekap mulutnya. Lefrant ikut menenangkan Cindy yang bisa saja membuat polisi curiga.“Dengarkan aku dulu. Di luar ada polisi, mereka mau menahan kamu. Kamu dituduh membakar rumah Melvin,” ujar Lefrant memberikan penjelasan pada Cindy yang sedang dibekap Sebastian. Sebastian ikut mengernyit keheranan.“Apa!” sahut Sebastian sedikit memekik. Cindy pun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status