Home / Romansa / Obsesi Liar Mantan Bosku / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Obsesi Liar Mantan Bosku: Chapter 121 - Chapter 130

199 Chapters

Bab 121. Persiapan Perjalanan

Cindy masuk kantor seperti biasa. Ia akan membacakan jadwal pekerjaan Sebastian lalu kemudian membuatkan kopi.“Kamu sudah sarapan?” tanya Sebastian dengan sikap cuek pada Cindy yang baru saja membuatkan kopi untuknya. Cindy sedikit tersenyum lalu menggeleng.“Saya bisa makan sesuatu nanti ....” Sebastian langsung berdiri lalu berjalan ke arah Cindy. Ia menarik tangan Cindy untuk masuk ke ruang pribadinya. Cindy menurut saja. Ia sudah tidak lagi memberontak seperti dulu.Mata Cindy membesar kala melihat meja makan kecil penuh dengan menu untuk sarapan. Entah kapan, Sebastian menyiapkannya.“Temani aku makan.” Sebastian langsung duduk dan melepaskan tangan Cindy. Cindy mengangguk lalu mendekat untuk menyiapkan piring serta menu untuk Sebastian. Sebastian menunggu dengan tenang sampai Cindy meletakkan semua peralatan makan dan menu yang ia butuhkan.“Kamu juga makan.” Sebastian memerintahkan singkat pad
Read more

Bab 122. Tak Berhenti Berbohong

Edward melepaskan napas panjang seraya mendekat pada Sebastian. Ia baru paham jika Sebastian cemburu karena Cindy sedang bekerja di ruangannya. Meski sesungguhnya konyol, tetapi Edward mencoba mengalah dengan menjelaskan.“Bapak salah paham. Cindy aku panggil kemari karena ada pekerjaan yang harus dilakukan. Kami ... hanya membahas soal pembangunan pabrik aja kok,” ujar Edward menjelaskan. Ia ikut menoleh pada Cindy yang tampak bingung sekaligus cemas. Matanya menatap Sebastian yang masih menggeram kesal.“Oh ya? Ngapain dekat-dekat kalau hanya membahas pekerjaan? Apa kalian yang bisa duduk terpisah?” sahut Sebastian menyindir keras. Cindy yang masih bengong lalu menoleh ke arah kursi yang semula ia duduki lalu kursi Edward di sebelahnya. Rasanya tidak ada yang janggal dengan posisi duduk mereka.“Bukan begitu, Pak,” jawab Edward masih sabar mencoba menjelaskan.“Cindy, kembali ke ruangan kamu sekarang! aku sudah
Read more

Bab 123. Salah Spekulasi

Cindy dijemput oleh mobil yang dikirimkan oleh Sebastian menuju bandara. Melvin hanya mengantarkan sampai di depan pintu bersama Keyla yang ikut menengok dari arah belakang. Ia hanya membawa satu koper kecil berisi pakaian ganti tanpa berniat untuk berbelanja atau jalan-jalan sama sekali.Kening Cindy sedikit mengernyit saat mobil tersebut masuk ke area parkir pribadi yang disediakan. Sepertinya ia tidak akan naik pesawat komersial.“Kok kita ke sini?” tanya Cindy pada sopir sekaligus salah satu pengawal Sebastian yang tengah menyetir.“Sesuai perintah Tuan Sebastian, Nona.” Cindy hanya bisa menghela napas panjang dan tak lagi bicara. Setelah tiba, seorang pengawal membukakan pintu untuk Cindy. Ia diarahkan ke ruang tunggu VIP yang diperuntukkan untuk penumpang pesawat pribadi. Sebastian dan Lefrant tampak berdiri saling berhadapan dan bicara saat Cindy melangkah masuk. Cindy membawa koper di tangannya lalu mendekat perlahan.&ldqu
Read more

Bab 124. Prasangka

“Kita harus segera menemui Cindy, Nao. Kamu kan bisa bawa dia janjian di mana, nanti biar aku yang bicara,” bujuk Madelo masih tak menyerah. Naomi mengatupkan bibirnya rapat-rapat seraya menatap Madelo dengan kening mengernyit cemas.“Terus apa kita akan paksa dia bicara? Kalau dia mengaku gak ada kejahatan sama sekali gimana?” Naomi balik bertanya.“Aku yakin kita pasti bisa membujuk dia untuk bercerita. Kalo enggak untuk apa dia sampai masuk ke kamar sama Sebastian? Apa mereka punya hubungan?” Madelo semakin terdengar seperti menuding. Suaranya semakin dikecilkan dan Naomi mulai terpengaruh.“Gak mungkin, Mas. Cindy itu setia banget sama suaminya. Bahkan keluarga suaminya gak memperlakukan dia dengan baik, dia masih setia kok!” sahut Naomi protes serta keceplosan. Kedua alis Madelo sama-sama naik dan pandangan yang makin serius pada Naomi. Naomi sedikit membuka mulutnya karena keceplosan. Madelo ikut menaikkan ce
Read more

Bab 125. Trauma Rasa Bersalah

Dion Juliandra masih mengumpulkan informasi soal keberadaan Sebastian dan Cindy. Dari laporan Peter Dumanuw, mantan calon suami Cindy dulunya, ternyata Cindy dan Melvin sudah kehilangan rumah. Dion kehilangan banyak informasi soal adiknya. Ayu juga sudah kembali ke Jakarta untuk mencari tahu kabar adiknya.“Rumahnya kebakaran, Dan. Sudah pernah masuk berita lalu diturunkan tiba-tiba,”ujar Peter pada Dion melalui sambungan panggilan video. Dion masih diam menyimak serta membaca berita tentang rumah Melvin tersebut.“Lalu sekarang mereka pindah ke mana?” Dion balas bertanya.“Itu yang harus kita cari tahu. Masalahnya semua kontak atas nama Melvin Hadinata hilang.” Dion mengeraskan rahang seraya memalingkan wajahnya ke samping kiri. Ia sangat kesal dengan Melvin yang ternyata tidak bisa menjaga Cindy dengan baik.“Apa yang dilakukan Melvin sekarang? apa dia melakukan pekerjaannya?”“Ini yang jadi m
Read more

Bab 126. Yang Tertinggal

“Sayang lihat aku! lihat aku!” perintah Sebastian terus memegang wajah Cindy yang tampak ketakutan sangat berlebihan. Cindy yang terengah kelelahan. ia baru membuka mata beberapa saat kemudian. Sebastian mulai cemas jika terjadi sesuatu pada Cindy. Cindy pun memeluk Sebastian dengan erat penuh ketakutan. “Aku takut, Mas. tolong jangan tinggalin aku.” Cindy memohon sambil menangis. Sebastian mengeraskan rahangnya lalu ikut memeluk Cindy lebih erat. Ia terus mengecup kepala Cindy beberapa kali. “Aku gak akan ninggalin kamu sayang. Kamu kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu selama ini?” gumam Sebastian terus memeluk Cindy. Cindy masih terus memeluk Sebastian sampai ia seperti tersadar dengan yang sedang dilakukannya. Ia melepaskan pelukan dari Sebastian yang terus menatapnya. Wajah Cindy memerah dengan pipi basah karena air mata. Sebastian terus menatap Cindy dengan perasaan cemas. Lefrant yang sempat melihat kemudian mendekat pada Sebastian dan Cindy. I
Read more

Bab 127. Ciuman Di Atas Awan

“Lef, cari tahu apa yang terjadi dengan Cindy setelah aku masuk penjara. Aku yakin ada hubungannya dengan traumanya sekarang,” ujar Sebastian memerintah dengan suara sedikit mengecil serta mendekat pada Lefrant. Lefrant tampak sedikit mengernyitkan keningnya. Ia tidak yakin jika Cindy memang sedang kehilangan ingatannya.“Apa Bapak percaya jika Nona Cindy memang kehilangan ingatan?” Lefrant balas bertanya. Sebastian sedikit mendelik pada Lefrant meski sesungguhnya ia ikut memikirkan hal tersebut.“Suruh saja orang kamu untuk cari tahu. Pasti ada yang terjadi.” Sebastian kembali menekankan. Lefrant pun akhirnya mengangguk paham. Ia kembali berbisik pada Sebastian.“Sebaiknya kita gak terlalu lama di New York. Setelah urusan dengan Nona Cindy selesai, kita langsung pergi. Sebelum Tuan Micheal menyadari kalau Bapak sudah pulang,” ujar Lefrant mengungkapkan kekhawatirannya. Sebastian mengangguk lalu ikut berbisik.“Jessica di mana?”“Kabar terakhir dia sedang di Majorca. Ada pesta selebri
Read more

Bab 128. Diburu Sang Kakak

Seorang pria datang ke kediaman orang tua Melvin Hadinata. Pria itu mengenakan pakaian biasa dan jaket hitam. Ia melihat ke kanan dan kiri mengawasi semuanya. Ia sudah mengawasi rumah itu selama dua hari dan sepertinya salah satu pembantu mengenalinya.“Bapak siapa?” teriak pembantu itu pada pria yang sedang mengawasi rumah tersebut. Pria itu datang mendekat lalu berdiri di depan teras dengan sikap dingin tanpa senyuman sama sekali.“Pak Melvin ada?” tanya pria itu tanpa basa basi. Pembantu itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau sepenuhnya membuka pintu karena sudah sangat curiga pada pria asing tersebut.“Ke mana dia?“Gak tahu!” pembantu itu makin menjawab ketus.“Gak mungkin!”“Bapak ini siapa tanya-tanya Pak Melvin!” pembantu itu tidak gentar menghardik.“Polisi!” pembantu langsung diam. Ia mulai tercengang dan agak mundur karena gentar.“P-Polisi? G-Gak mungkin!” pembantu itu menyahut tak percaya. Pria yang mengaku polisi itu lantas mengeluarkan identitasnya lalu memperlihatka
Read more

Bab 129. Salah Sangka

Melvin jadi kelabakan sekaligus salah tingkah melihat Keyla yang tiba-tiba keluar. Terlebih Melvin tidak lagi terlihat terlalu terluka dengan kakinya. Kedua pria yang berdiri di depan pintu itu pun sedikit mengangkat dagu mereka. Mereka mencari Cindy sesuai dengan foto serta ciri-ciri yang diberikan. Sedangkan wanita yang muncul di rumah Melvin Hadinata ternyata bukan Cindy.“Key, ngapain kamu keluar?!” hardik Melvin dengan nada tertahan. Keyla jadi mengernyit bodoh tak mengerti. Ia pikir jika Melvin mungkin sedang mengerjainya.“Kamu bagaimana sih, Mas? Aku kan cuma tanya. Habisnya kamu lama banget sih!” Keyla membalas dengan ketus serta kesal. Kedua pria tersebut menghela napas panjang dengan raut malas lalu membuang muka. Tinggal Melvin yang kini harus kelabakan mencari alasan yang tepat pada dua orang yang ia kira adalah utusan Sebastian Arson.“Masuk!” Melvin kembali menggeram sekaligus melotot pada Keyla.“Ih, aneh! Siapa sih mereka? Jangan bilang kamu mau nongkrong di luar sama
Read more

Bab 130. Perjalanan Yang Melelahkan

Cindy perlahan membuka matanya lalu sadar tiba-tiba. Ia langsung bangun serta duduk dengan wajah kebingungan. Cindy baru menarik napas lega saat menyadari jika ia masih di kabin kamar pesawat pribadi dalam perjalanan ke New York. Cindy memegang dirinya dan menyadari jika pakaiannya masih utuh. Ia baru ingat kalau Sebastian menciumnya. Cindy bahkan tidak mengetahui waktu karena perjalanan di pesawat yang cukup lama serta panjang. Tiba-tiba pintu terbuka dan Cindy tersentak kaget.“Sudah bangun, Sayang? Kita sudah mau transit sebentar, ayo keluar.” Sebastian mengajak Cindy keluar dari kamar untuk duduk kembali ke kursi mereka. Cindy pun berdiri dan Sebastian memegang tangannya. Ia tersenyum dengan sikapnya yang lembut seraya membelai kepala Cindy. Tangannya menarik Cindy keluar dari kabin.Setelah pesawat turun, Sebastian menggandeng Cindy ke ruang tunggu VIP. Masa transit akan berlangsung sekitar 1-2 jam. Waktu yang cukup untuk makan malam. Sikap Sebastian m
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status