Home / Romansa / Obsesi Liar Mantan Bosku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Obsesi Liar Mantan Bosku: Chapter 111 - Chapter 120

199 Chapters

Bab 111. Jangan Malu Padaku

Saat akan naik ke helikopter, Cindy makin gelisah. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi. Sebastian yang akan segera naik menoleh ke belakang dan melihat ekspresi Cindy yang menahan sesuatu seperti kesakitan.“Kenapa kamu?” tanya Sebastian separuh berteriak karena harus bersaing dengan suara helikopter yang menderu. Cindy menggigit keras bibir bawahnya lalu tanpa ijin berjalan cepat ke arah Sebastian sambil menahan desakan ingin buang air kecil yang sangat besar.“Pak, saya gak bisa ....”“Apa!” Sebastian mengeraskan suaranya. Tanpa pikir panjang, Cindy berjinjit dan berbisik pada Sebastian. Sikap itu membuat banyak orang termasuk para pejabat yang ada di sana jadi kaget. Ada yang senyum-senyum sendiri bahkan ada yang membuang muka.“Aku ingin banget pipis, Mas. Uda gak tahan lagi.” Cindy membisikkan yang terjadi padanya. Sebastian melongo tak percaya. Ia menoleh kaget pada Cindy yang meringis dengan wajah san
Read more

Bab 112. Bukan Jebakan Cinta

[Ini teman kamu kan? Ini Cindy kan?] Pesan dari Madelo berdenting masuk ke ponsel Naomi. Naomi yang menerima pesan tersebut mengernyitkan keningnya kala melihat foto Cindy bersama Sebastian Arson sedang makan malam berdua di restoran. Naomi segera mengetikkan balasannya pada Madelo.[Kamu lagi di mana, Mas? Bagaimana kamu bisa ketemu Cindy?] Naomi langsung mengirimkannya dan Madelo segera membalas chat tersebut.[Aku lagi di hotel Syline. Ada keperluan keluarga dan ketemu mereka sedang makan malam di restoran hotel.]Naomi tertegun lalu menghela napas panjang. Ia memperhatikan lagi foto tersebut. Tidak ada yang aneh dengan foto tersebut karena sikap tubuh keduanya yang biasa saja.[Mas, Cindy sedang bekerja kurasa. Tolong jangan ganggu dia][Kenapa kamu berpikir aku akan mengganggu dia?] Naomi sedikit menarik napas panjang mendapatkan jawaban seperti itu dari Madelo. Mungkin saja dia tersinggung.[Maaf, Mas. aku gak bermaksud me
Read more

Bab 113. Tak Akan Melepasmu

Madelo berhasil mengekori Sebastian dengan naik ke lantai 16. Ia langsung keluar dari lift segera mencari Sebastian yang kemudian menghilang di balik koridor. Keningnya mengernyit keheranan.“Ke mana mereka?” gumam Madelo terus berjalan tapi malah menemui dinding dan jalan buntu. Ia makin keheranan lalu kembali ke lift, tetapi di tengah jalan seseorang muncul. Edward Harsa menatap tajam pada Madelo yang menatapnya dengan raut kebingungan. Madelo hendak melewati tapi Edward terus menerus menghalanginya.“Anda siapa? Tolong minggir!” hardik Madelo kesal. Edward malah makin mendekat dengan sikap tubuh  mengancam. Madelo tak gentar dan tak beringsut sama sekali dari posisinya.“Sedang apa di sini? Sedang mengekori Sebastian Arson? Apa kamu lawan atau wartawan?” selidik Edward langsung memberikan berbagai pertanyaan. Kening Madelo mengernyit makin curiga. Edward juga memasang sikap tubuh yang tak menyukai Madelo sama sekali. I
Read more

Bab 114. Kesepakatan Cinta

“Tapi kamu harus ikut denganku ke New York,” imbuh Sebastian lagi. Sontak Cindy menggelengkan kepalanya.“Ke New York? Untuk apa?” sahut Cindy menolak.“Ya untuk jalan-jalan dan kencan kita. Menurut kamu kenapa kita ke New York? Sekalian kamu ingin membuktikan kalau kamu gak bersalah, kan?” Cindy terdiam menatap Sebastian yang serius dengan penawarannya. Ia sampai mengulum bibirnya menatap Sebastian yang menarik napas beberapa kali.“Tapi kenapa harus ke New York, Mas?” Cindy masih mempertanyakan.“Ya karena kamu dan aku ketemu di sana. Di sana juga kamu bekerja untukku, di sana kita pacaran sampai kamu masukin aku ke penjara,” sahut Sebastian cepat menyelipkan sedikit kegeraman di ujung kalimatnya. Ia masih menatap tajam pada Cindy dan tidak mau memberikan peluang apa pun. Cindy terdesak untuk menerima semua syarat yang diberikan oleh Sebastian. Sementara Cindy berusaha ikut menempatkan keinginannya agar kepentingannya juga terpenuhi.“Aku gak mungkin pergi ke sana, Mas,” tolak Cindy
Read more

Bab 115. Racun Cinta

Keyla buru-buru berdiri dan tampak pucat. Sedangkan Cindy masih terperangah dengan yang dilihatnya. Rasanya memang seperti ada yang aneh dan ia tidak bisa tidak curiga.“Maaf, Bu. Aku sedang menemani Pak Melvin menonton.” Keyla langsung melapor tanpa diminta. Cindy terpaku diam tak menjawab. Rautnya tampak tak enak. Melvin berusaha berdiri berbalik pada Cindy dengan tongkat di tangannya.“K-Kapan kamu pulang?” Melvin bertanya dengan gugup. Cindy menunjuk pada pintu dengan sikap bingung menjawab.“Baru ... saja.” Cindy berujar pelan. Keyla tersenyum sinis lalu berusaha pergi. Ia tidak mau menanggung kemarahan Cindy yang mungkin cemburu dengan kehadirannya. Meskipun dirinya dan Melvin memiliki hubungan, tetapi Cindy tidak mengetahuinya sama sekali.“Kalau begitu karena Ibu Cindy udah pulang, sebaiknya aku pulang dulu. Sampai jumpa besok, Pak Melvin. Permisi Bu Cindy.” Keyla mengambil tasnya sambil menarik sedi
Read more

Bab 116. Dibalik Rencana Bulan Madu

Melvin menarik pelan Cindy ke dalam pelukannya dan Cindy tidak menolak. Entah mengapa kali ini hati Cindy dipenuhi keraguan pada kesetiaan Melvin. Pernikahan mereka seperti tidak lagi memiliki tujuan yang jelas. Cindy merasa kosong dan hampa tapi terus berusaha menepis jika semuanya akan baik-baik saja.“Aku tahu kamu pasti capek dan stres dengan pekerjaan kamu. Tapi kamu harus percaya saat semuanya selesai, utang-utang kita terbayar, semuanya akan kembali seperti dulu,” gumam Melvin lalu mengecup kening Cindy dan memeluknya lagi. Cindy masih diam terpaku, pikirannya terus bercabang untuk semua hal. Rasa bersalah, serta ketertarikan pada penawaran Sebastian membuat Cindy bingung.“Oh Bapa di Surga. Apa yang sudah aku lakukan? Aku berdosa sebagai istri, aku sudah berlaku jahat.” Cindy berujar dalam hatinya. Akhirnya kedua tangannya memeluk Melvin yang perlahan tersenyum melihat reaksi yang diberikan Cindy pada akhirnya.Melvin terus memelu
Read more

Bab 117. Rencana Di Masa Lalu

Beberapa tahun sebelumnya ....Dengan tangan terborgol, Sebastian dikawal keluar oleh seorang sipir penjara menuju sebuah ruangan yang diperuntukkan untuk kunjungan keluarga. Namun karena koneksi, Sebastian memiliki keistimewaan, ia akan dimasukkan ke dalam ruangan khusus dan tidak perlu dibatasi dinding kaca tebal anti peluru untuk berbicara dengan seseorang yang mengunjunginya.“Waktumu hanya 30 menit, Tuan Arson,” ujar sipir tersebut pada Michael Arson. Michael mengangguk saja dengan sikap angkuhnya seperti biasa. Sementara sang putra kedua duduk di salah satu kursi dengan pandangan tertunduk. Ia tidak terlalu bersemangat bertemu sang ayah. Sebastian memang tidak memiliki hubungan yang baik dengan sang ayah. Michael memperlakukan sangat berbeda di antara Samuel dan Sebastian. Michael kemudian duduk di depan Sebastian berbatas sebuah meja. Tangan Sebastian masih terborgol harus diletakkan di atas meja. seorang petugas mengawasi mereka dari balik dinding kaca.“Papa datang kemari unt
Read more

Bab 118. Ingatan Yang Tertinggal

Cindy bangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Melvin sudah melepaskan pelukannya dari semalam sehingga Cindy tidur menyamping. Ia hanya sekejap memejamkan mata lalu bangun subuh-subuh dan hanya duduk di dapur tidak tahu harus mengerjakan apa. Ponselnya berdenting tak lama kemudian memberikan sebuah notifikasi. Mata Cindy membesar saat melihat saldo yang masuk ke rekeningnya. Cindy segera mengecek mobile banking dan benar saja, gajinya sebanyak 75 juta masuk ke rekeningnya yang kosong.“Ini ....” Cindy sampai tidak bisa bicara. Ia bahkan tidak tahu harus bagaimana caranya membeli makanan dan sekarang uang gajinya masuk tiba-tiba. Cindy segera menghubungi Sebastian yang ia yakini sudah mengirimkan uang itu.“Mas,” sebut Cindy pelan berbisik.“Kamu sudah terima uangnya?” tanya Sebastian dengan suara dalamnya yang khas. Cindy sedikit menyunggingkan senyuman haru dan menunduk.“Terima kasih, aku sudah menerimanya,&rdquo
Read more

Bab 119. Rasa Bersalah Di Masa Lalu

“Mas, tolong! Cindy kabur ke New York! Dia kembali ke US!” ucap Ayu dari sambungan telepon pada Dion Juliandra. Dion kaget dan langsung keluar dari ruang rapat. Para staf yang sedang mengikuti petunjuk dari Dion langsung berdiri. Asisten Dion, Kyle Madrid langsung mengambil alih ruangan. Ia tahu jika ada hal buruk yang sudah terjadi.“Apa kamu bilang? Gimana ceritanya toh, Yu? Bagaimana ....” sahut Dion dengan suara memekik panik tak percaya.“Mas, aku kan uda cerita. Sikap dan kondisi Cindy jadi aneh habis pulang dari US. Dia gak mau bicara sama siapa pun, Mas.” Ayu sudah terdengar menangis dan sesenggukan. Dion menarik napas berat lalu mengurut kepalanya. Ia tidak pernah menyangka jika Cindy bisa nekat kabur ke New York untuk menyusul Sebastian.“Jadi sekarang dia di mana?” tanya Dion lagi.“Dia uda terbang, Mas. Aku ngejar ke bandara dan gak berhasil. Aku ndak tahu ... Mas, tolong Mas. Adikku iki lh
Read more

Bab 120. Uang Dan Cinta

Seperti janji kemarin, Cindy mengirimkan uang sewa apartemen yang ditagihkan pada manajer. Melvin ikut mengetahui hal tersebut lalu tersenyum. Ia begitu senang saat Cindy mampu melunasi tepat waktu.“Terima kasih ya, Sayang. Nanti kalau asuransi sudah cair, aku akan mengganti uang itu,” ujar Melvin dengan cengiran lebar di wajahnya. Cindy hanya diam lalu menyunggingkan senyuman kecil. Melvin yang bahagia kemudian memeluk Cindy yang sudah siap akan berangkat ke kantor.“Oh iya, kalau rumah sakit, gimana? Apa kamu akan bayar juga?” tanya Melvin kemudian melepaskan pelukannya dari Cindy. Cindy masih tersenyum lalu mengangguk.“Iya. Nanti aku selesaikan, Mas.” Melvin kembali menyunggingkan senyuman lebar lalu memeluk Cindy lagi.“Kamu memang istri yang luar biasa. Makasih sayang.” Cindy hanya diam saja dengan wajah tak lagi tersenyum. Bukannya tidak ikhlas membantu suaminya, tetapi Cindy merasa jika ada yang sal
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status