Home / Romansa / Obsesi Liar Mantan Bosku / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Obsesi Liar Mantan Bosku: Chapter 141 - Chapter 150

199 Chapters

Bab 141. Potongan Ingatan Yang Mengambang

Michael Arson langsung menuju Moulson Enterprise begitu mendengar putra keduanya tiba dari Indonesia. Ia tidak mendapatkan kabar dari Sebastian sama sekali setelah ia menikah. Sebastian bahkan hanya menandatangani surat pernikahannya secara jarak jauh. Kali ini, Michael juga mendengar kabar bahwa Sebastian tidak pulang sendirian.Dengan langkah angkuh, Michael merapikan jasnya saat keluar dari kendaraannya. Seorang pengawalnya menutup kembali pintu mobilnya. Michael berjalan diiringi oleh para pengawalnya. Staf yang melihat langsung melaporkan pada staf yang berada di lantai tempat CEO berada. Lefrant yang menerima panggilan tersebut langsung melaporkannya pada Sebastian.“Ngapain Papa kemari!” desis Sebastian kesal pada Lefrant. Lefrant mendengus lalu menggelengkan kepalanya.“Aku gak tahu, Pak ....”“Siapa yang kasih tahu aku di sini?” Sebastian masih menahan desis suaranya pada Lefrant. Matanya melirik pada Cindy yang masih duduk di kursi dengan kepala tertunduk.“Itu gak penting s
Read more

Bab 142. Bagian Yang Tak Kembali

Kening Sebastian langsung mengernyit tak percaya mendengar kalimat Michael yang bicara soal Jessica. Sebastian bahkan tidak pernah mengingat Jessica sama sekali. Ia selalu melupakan jika dirinya adalah seorang suami dari seorang wanita yang tidak dikenalnya.“Ngapain dia mencariku? Apa urusannya?”“Kalian kan belum pernah bertemu. Jadi Jessica baru pulang dari studinya di Paris. Dia ingin bertemu dengan suaminya,” jawab Michael dengan angkuh. Sebastian langsung mencebik dan menggeleng tak percaya.“Dia? studi di Paris? Haha ... yang bener saja!” Sebastian mengolok dengan menertawakan ayahnya. Michael tidak suka dengan sikap Sebastian yang mengoloknya.“Kamu gak sopan sekali sama, Papa, Seb! Memangnya kamu pikir siapa kamu?!” sahut Michael mulai membuka ruang perdebatan dengan Sebastian lagi. Sebastian makin bersikap sinis. Ia mendengus kesal, membuang muka dan menggelengkan kepalanya.“Sejak kap
Read more

Bab 143. Mendadak Cemburu

Lefrant terlambat mencegah Cindy masuk ke ruangan CEO. Ia harus menyaksikan Michael berjalan mendekat pada Cindy yang diam tertegun tak tahu apa pun. Ia tidak mengenal Michael dan kebingungan berada di tengah ruangan.“Siapa kamu?” pungkas Michael bertanya dengan nada tak suka. Jika memang Cindy adalah pegawai Moulson, ia ingin wanita itu dipecat.“Aku?”“Pa!” Sebastian memanggil ayahnya. Ia keluar dari mejanya seperti hendak bicara sesuatu. Cindy sampai terperangah kaget mendengar panggilan Sebastian pada pria asing tersebut. Mereka bahkan tidak mirip secara fisik.“Pa ....” sebut Cindy bergumam tak percaya.“Sebaiknya Papa pergi dari ini!” ujar Sebastian lagi melanjutkan mengusir ayahnya dari Moulson. Kening Michael langsung berubah tak suka. Ia tidak mau Sebastian mengusirnya pergi.“Apa? kamu mau mengusir, Papa!?” Sebastian mengangguk. ia harus menyembunyikan identit
Read more

Bab 144. Jangan Lagi Sembunyi

“Cindy! Cindy!” Sebastian mengejar Cindy yang sudah turun ke lobi. Ia berjalan melintasi lobi tapi tangannya keburu ditarik oleh Sebastian.“Tunggu dulu, kamu mau ke mana?”“Kembali ke hotel,” jawab Cindy dengan wajah murung. Sebastian menghela napas panjang lalu kembali menarik tangan Cindy bersamanya. Cindy mencoba protes tapi Sebastian tidak menjawab.“Mas, lepasin!” Sebastian tak peduli dan langsung membuka pintu mobil lalu menarik Cindy ke dalam. Lefrant tampak berlari dari arah lobi dan masuk ke mobil yang berada di belakang mereka.“Kita ke Madison.” Sebastian memberikan perintah.“Baik, Tuan.” Salah satu pengawal Sebastian menjawab. Sebastian masih menggenggam sebelah tangan Cindy dan tidak melepaskannya, tapi ia membuang pandangannya ke arah luar. Cindy pun hanya bisa menerima dan tidak mau bicara. sampai akhirnya mereka tiba di Madison, sebuah restoran mewah.S
Read more

Bab 145. Dinding-Dinding Penghalang

Sebastian memegang kedua pipi Cindy dan mencumbunya pelan serta lembut. Ia memeluk pinggang Cindy yang perlahan juga ikut membalas cumbuannya. Perlahan tapi pasti, rasa suka di hati Cindy semakin membesar. Perasaan dekat dengan Sebastian tidak bisa terelakkan. Mereka memang pernah bersama sebelumnya dan Cindy menyadarinya.“Malam ini aku ingin kamu menungguku di kamar dengan lingerie yang aku belikan. Aku tahu kamu gak membelinya,” gumam Sebastian berbisik pelan di depan bibir Cindy. Cindy tertegun dengan mulut sedikit terbuka menatap mata Sebastian yang tajam.“Kita akan berbulan madu seperti yang aku bayangkan, Sayang. Aku yakin kamu pasti akan menyukainya,” sambungnya lagi. ujung bibir Sebastian terangkat lalu ia kembali mencumbu Cindy bahkan sempat menggigit bibir bawahnya dan menariknya lembut dengan giginya.“Aku akan segera pulang ....”“Kamu mau ke mana?” Sebastian sedikit menjarakkan dirinya dan ter
Read more

Bab 146. Makan Malam Tanpa Gairah

Baru lima menit bertemu, Sebastian sudah merasa bosan. Ia datang untuk makan malam di bawah “ancaman” ayahnya Michael. Michael dan Ramsey adalah teman lama saat di kampus dulu. sekarang mereka mengikat hubungan menjadi lebih dekat dengan menikahkan anak mereka dalam sebuah pernikahan bisnis yang menguntungkan.“Aku minta maaf baru menemui kamu sekarang,” ujar Ramsey tersenyum berhadapan dengan Michael.“Tidak apa-apa. Aku tahu kamu sibuk, haha ....” mata Michael lantas melirik pada Sebastian yang diam saja. Begitu cueknya Sebastian sampai tak menyapa mertuanya sama sekali.“Seb, kenapa kamu tidak ucapkan salam pada mertuamu?” tegur Michael dengan senyuman mengancam. Sebastian melirik sinis dan diam saja dengan wajah dingin. Ramsey turut menaikkan dagunya menatap Sebastian yang memang terkenal dengan sikapnya yang sombong serta sedingin es. Bukannya bersikap ramah, Sebastian kembali membuang muka ke samping tak pedu
Read more

Bab 147. Hasrat Terpendam

Jessica sungguh kesal bukan kepalang. Ia sampai melempar tas tangan mahal yang dibawanya saat makan malam tadi. Selain tampan, Sebastian ternyata memang sangat sombong. Jessica belum pernah bertemu dengan pria yang memiliki gengsi serta sangat jual mahal seperti Sebastian. Pria itu sangat dingin dan tidak bisa digapai.“Jess, sebaiknya kamu tidak menanggapi sikap Sebastian padamu. Aku akan bicara pada Michael untuk menegur anaknya,” ujar Ramsey mencoba membujuk putrinya. Jessica menyeringai lalu berbalik seraya bersedekap ke depan ayahnya.“Tidak usah, Dad. Aku tahu apa yang harus aku lakukan,” balas Jessica dengan cengiran jahatnya. Kening Ramsey mengernyit pelan menatap anaknya.“Kamu? jangan bilang kamu tertarik pada Sebastian.” Jessica membalas dengan terkekeh kecil.“Ah, Daddy. Aku kan ingin menjadi wanita dan istri yang baik. Apa aku salah jika aku berubah?” ujar Jessica seraya sedikit mengerucutkan bi
Read more

Bab 148. Adikku Malang, Adikku Sayang

Venus Harristian mempersiapkan seluruh kebutuhan suaminya, Dion Juliandra yang akan segera berangkat ke New York. Venus juga akan datang menemani. Mereka akan membawa ketiga anak mereka kembali ke kota asal Venus.Dion mempersiapkan anak-anak mereka yang harus dibawa dini hari menuju bandara. Sebuah pesawat pribadi akan membawa mereka kembali ke New York.“Kita mau ke mana, Papa?” tanya Dallas yang mengucek matanya berkali-kali. Anak tengah itu tampak kesal setelah dibangunkan oleh pengasuhnya.“Kita akan ke New York, kita akan bertemu Grandpa dan Grandma.” Dion menjawab sambil menarik koper Dallas yang sudah disiapkan oleh pengasuhnya.“Aku tidak mau!” rengek Dallas mengambek tidak mau pergi. Dion memanggil si putra tertua, Kalendra untuk segera keluar kamar dan masuk ke dalam mobil.“Sebentar, Pa. Aku pakai jaket dulu,” ujar Kalendra yang penurut. Ia memburu memakai kaos kaki dan jaket tebal sebelum
Read more

Bab 149. Kembalikan Cintaku

“Sebastian tidak mungkin berbuat baik pada Cindy. Sudah pasti dia mungkin sedang menyiksa Cindy di hotel itu,” pungkas Dion dengan nada cemas luar biasa.“Dion, aku mohon jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Sekarang di sini masih malam, jadi kita tidak tahu apa yang terjadi ....” Dion masih mengurut keningnya berpikir keras. Ia tidak bisa menghilangkan rasa gundah dan cemas dari kepalanya. Dion terus memikirkan jika Cindy bisa saja sedang mengalami hal sangat buruk di hotel itu.“Arion, tolong cari tahu apa yang terjadi di sana. Aku benar-benar cemas jika Cindy disiksa oleh Sebastian. Pria itu psikopat!” Dion tampak begitu stres begitu ia menarik kesimpulan seperti itu. Peter yang mendengar jadi ikut cemas berlebihan.“Oke, oke. Aku akan minta anak buahku untuk masuk ke sana. Tapi kamu tidak boleh mengambil tindakan apa pun. Datanglah kemari dan kita kan melihat semua keadaannya, oke?” Dion masih mengusap kepalanya meskipun ia harus mengiyakan.“Baiklah. Beritahukan padaku apa
Read more

Bab 150. Obsesi Cinta Sebastian

“Apa kamu mengingat semuanya?” desah Sebastian dengan sebagian napas tersengal dan masih menindih Cindy. Ia belum bergerak lagi padahal Cindy sudah nyaris meledak sekali lagi. Cindy meneteskan air matanya perlahan. Kedua tangannya masih bermain dengan rambut coklat Sebastian, memilinnya dengan lembut.“Maafkan aku, Mas.” Cindy berujar sekali lagi. Sebastian seperti kehilangan pegangannya. Ia tidak lagi marah melainkan posesif pada Cindy. Bibirnya mengulum kembali dengan penuh keagresivitasan. Dan Cindy membalas sebisanya meski akhirnya ia hanya bisa mendesah di dalam bibir Sebastian. Pinggul Sebastian terus bergerak ke depan menguar seluruh nafsunya yang besar pada sang kekasih. Sedangkan Cindy menerima dan menikmati buah hasrat cinta Sebastian yang tak bertepi. Sekalipun langut runtuh dan keduanya dipisahkan oleh takdir, itu hanyalah masalah waktu sampai keduanya menemukan satu sama lain.“Kamu harus membayar semuanya. Aku gak akan pernah
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status