Alula memandang dua gundukan pasir itu bergantian. “Yakin ini isinya aman?”“Isi salah satunya ular!” ujar Fauzi judes.Alula tergelak. “Us, apa ini semacam lamaran? Yakin dengan semua ini? Kamu bercanda, 'kan?”“Astagfirullah, Alula. Aku sampe capek meyakinkan kamu. Kita sudah berteman tahunan, kamu udah beberapa kali ketemu orang tuaku, masih belum percaya kalau aku serius?”“Justru kita berteman tahunan itu, aku nggak yakin sama kamu. Soalnya aku tahu kamu itu buaya, tukang membual, tukang gombal.”“Aku sudah bawa kamu ke orang tuaku, Alula. Mereka sudah setuju, dan nggak mempermasalahkan asal usulmu, kurang percaya apa lagi? Aku hanya main-main cewek di luaran, tapi khusus kamu enggak. Seribu rius! Ya Allah, tolonglah hamba meyakinkan gadis manis dan cantik di hadapan hamba ini kalau hamba sangat mencintainya.”Fauzi mendongak, mengangkat tangan dramatis.Alula terpingkal-pingkal. “Aminin nggak ya?”Lutfan muak dengan drama di hadapannya. Hanya saja, ia menahan diri. Pria itu ingi
Baca selengkapnya