Semua Bab Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa: Bab 101 - Bab 110

117 Bab

101. Posesif

“Masih perih?” tanya Lutfan sesaat setelah mereka selesai salat Zuhur berjamaah.Alula mengangguk. “Iya. Apalagi kalo dibuat pipis. Rasanya nggak nyaman.”“Maaf, ya? Tapi lama-lama pasti terbiasa. Sering digarap, nanti juga enak.”“Mas Lutfan, iih!” Alula mencubit pelan perut suaminya.Lutfan merentangkan tangan. Pria yang memakai baju koko putih itu meminta istrinya mendekat. Pelan, Alula pun masuk. Direngkuhnya tubuh ramping itu erat.“Terima kasih, Sayang. Sudah menjaga semuanya untuk Mas.”“Aku juga makasih. Mas mau menerimaku apa adanya. Mas tadi juga memperlakukan dengan lembut. Tapi tetep aja sakit.”“Mas sangat-sangat sayang sama kamu.” Lutfan menciumi pucuk kepala istrinya.Alula seperti dejavu dengan semua ini. Ia mencoba mengingat-ingat moment yang sepertinya sudah pernah dialami. Wanita itu menggali ingatannya dan pada satu titik, ia teringat. Sontak ia melepaskan diri dari suaminya.“Mas, aku pernah mengalami hal ini sebelumnya. Dipeluk pria berbaju koko putih, sarung put
Baca selengkapnya

102. Camping

“Seminarnya berapa hari, Mas?” tanya Alula ketika membantu sang suami mengemas barang yang akan dibawa.Lutfan mendapat kehormatan mengisi sebuah seminar di sebuah kampus negeri di kota Surabaya.“Tiga hari, Sayang. Jum’at besok berangkat, Minggu pagi pulang.”“Aku boleh ikut?” Alula memasang wajah memelas. Ia melipat beberapa pakaian, lalu memasukkan pada koper kecil.Lutfan terkekeh, lalu mencubit pelan bibir istrinya. “Di rumah saja. Ini perjalanan dinas. Mas takut malah nanti kamu bosan karena Mas tinggal-tinggal. Beda kalau memang niatnya liburan, waktu Mas semua buat kamu.”“Bilang aja mau tebar pesona, nyari cewek lain.”Tawa Lutfan pecah. “Nggak ada yang mau sama Mas. Karena nanti, Mas bakal jadi dosen culun kayak biasanya. Tenang, Alula Sayang. Nggak usah cemburu. Suamimu aman.”“Beneran?”“Iya. Masalah resepsi, kita tinggal nunggu beres. Semua sudah diatur WO. Jadi, cukup duduk manis di rumah. Undang April buat datang ke sini kalo kamu bosan. Kalau mau, ikut Ibu ke toko juga
Baca selengkapnya

103. Hadiah

“Sayang, ini Mas,” bisik suara itu ketika Alula terus berontak.“Akan Mas lepaskan, tapi jangan teriak. Oke?”Alula mengangguk. Pelan, pria itu melepaskan bekapan. Alula memutar tubuh. Dalam keadaan gelap dan hanya diterangi sedikit cahaya rembulan, Alula bisa melihat suami yang masih berpenampilan buruk rupa tersenyum ke arahnya.“Mas, kangen!” Alula menghambur ke pelukan Lutfan. Pria itu membalas dengan mendekapnya erat.“Katanya pulang besok? Kenapa nggak ngasih tahu kalo pulang hari ini?” gumam Alula sambil mengeratkan pelukan.Lutfan tertawa kecil. “Sengaja. Udah nggak kuat pisah sama kamu terlalu lama.”Alula mengurai pelukan, lalu menatap sekeliling. Aman, tidak ada orang.“Mas juga, main nyerobot nyulik aku bawa ke sini. Gimana kalau ada yang lihat?”“Mas berani kayak gini juga lihat sikon, Sayang. Kamu ini kalo ke kamar mandi bangunin April, jangan sendiri kayak gini. Kalo ada setan gimana?” Lutfan memasukkan anak rambut Alula yang keluar dari hijab.“Setannya Mas Lutfan.” Al
Baca selengkapnya

104. Undangan

Acara tanam pohon di sekitaran gunung Kelud pun dimulai. Ada beberapa macam pohon dan bunga yang ditanam.Alula dan Aprilia begitu antusias. Keduanya menanam pohon sambil sesekali bercanda. Lutfan senantiasa mengawal di belakang dengan menjaga jarak.“Sumpah, La. Aku penasaran apa isi hadiah dari suamimu,” ucap Aprilia di sela-sela kegiatan.“Nggak usah kepo. Ini urusan orang dewasa. Anak di bawah umur kayak kamu nggak boleh tahu.”“Dih, kita seumuran!”Alula hanya tertawa.Alula mulai mencangkul tanah untuk membuat lubang. Kemudian, membuka plastik yang membungkus tanah dan akar pohon.“Pril, tolong ambilkan gunting atau apalah. Susah banget ini dibuka plastiknya,” keluh Alula.Aprilia pun bangkit dan mencari apa yang diminta sahabatnya.“Padahal mudah ini. Kamunya aja yang kurang kekuatan.” Lutfan menghampiri, ikut jongkok di samping Alula. Dengan mudah, pria itu menyobek plastik hitam itu.“Mas, apa coba maksudnya ngasih hadiah itu? Gimana kalo tadi ketuker?” bisik Alula.Lutfan me
Baca selengkapnya

105. Cerai

“Oh, Mas salah bicara, ya? Maaf.” Lutfan merengkuh kepala Alula dalam dekapan.“Ih, Mas Lutfan bau asem pake acara meluk-meluk! Sana jauh-jauh,” protes Alula.Bukannya melepaskan dekapan, pria yang hanya memakai kaus singlet tersebut justru kian merapatkan diri dengan istrinya.“Nih, hukuman ngatain suami bau asem.” Kepala Alula diletakkan di ketiaknya, membuat wanita itu menjerit-jerit.Nur yang kebetulan lewat, hanya menggeleng kecil. Ia sangat bersyukur dan bahagia dengan pemandangan di hadapannya itu.“Ibu! Mas jahil!” Teriakan Alula membuat langkah Nur terhenti. Ia kembali ke ruang tengah di mana pengantin baru itu berada. Namun, Lutfan sudah memondong sang istri masuk kamar.“Kerjaannya teriak mulu. Kudu dihukum.”Alula tertawa dengan keras.Lagi-lagi Nur tersenyum. Ia sudah sering meminta Lutfan menempati rumahnya agar bisa lebih bebas berduaan. Sebagai wanita yang sudah pernah menikah, Nur paham jika pengantin baru butuh banyak waktu untuk berdua. Namun, ucapannya tidak diinda
Baca selengkapnya

106. Kecelakaan

Sepulang dari Lapas, Lutfan jadi lebih banyak diam. Alula yang melihat gelagat tidak biasanya dari sang suami merasa heran.“Tumben diem? Kesambet setan dari Lapas?” goda Alula.Lutfan hanya menatap sekilas.“Ada apa, sih, Mas?”Lutfan masih diam.“Mas, ngomong!”“Kamu masih cinta nggak sama Yongki?”Alula manggut-manggut. Sekarang ia tahu alasan diamnya sang suami. Apalagi kalau bukan cemburu.“Ish, pertanyaan yang sebenarnya Mas udah tahu jawabannya. Enggak, Mas. Alula sekarang cintanya sama Mas Lutfan.”Alula menyambar tangan kiri Lutfan, lalu bergelayut di sana. “Masa belum percaya, sih? Padahal semua udah kukasihkan untuk Mas.”“Mas takut dia merebutmu dari Mas, Sayang.”“Ketakutanmu nggak beralasan, Mas. Kita udah menikah, jadi apa yang harus dirisaukan? Insyaallah hanya maut yang mampu memisahkan kita.”Lutfan mengembuskan napas panjang. “Entahlah, hanya takut saja. Sayang, kamu itu wanita pertama di hidup Mas. Mas belum pernah merasakan hal meletup-letup indah di dada seperti
Baca selengkapnya

107. Tes DNA

“A-apa?” pekik Alula.“Tadi Ibu pas pulang, di jalan ada rame-rame. Ibu suruh Faqih turun, lihat. Ternyata ada kecelakaan. Dan itu Pak Jasman dan keluarganya.” Jannah menjelaskan.“Sekarang mereka masih di tempat apa sudah dibawa ke rumah sakit, Bu?” tanya Lutfan seraya merangkul sang istri, menenangkan.“Ibu juga belum tahu. Tapi Risti masih di sana terus memantau dan mengabari. Ini tadi Ibu balik ke sini memberi tahu kalian diantar Faqih.”“Mas, kita lihat ke sana, ya?” pinta Alula.“Katanya kamu capek?”“Nggak jadi capek. Us, maaf aku pergi nemui mereka dulu, ya. Terima kasih karena sudah berkenan datang malam ini,” ujar Alula seraya menatap Fauzi dengan pandangan tidak enak.“Iya, nggak apa-apa. Semoga mereka baik-baik saja.”“Aamiin.” Alula mengangguk. Ia menggandeng lengan Lutfan turun dari pelaminan.“Tepatnya di mana, Bu?”“Pertigaan jembatan Brawijaya arah ke utara. Selatannya kantor pos itu loh.”Suara itu masih bisa didengar Fauzi yang terpaku di tempat.Sebenarnya, Fauzi t
Baca selengkapnya

108. Iri

Alula berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Aku manut Mas aja."“Ayo, Mas ikut kamu. Nanti biar Mas yang ngomong dan ngurus semua.” Lutfan menggandeng istrinya.Tiba di sebuah ruangan, Alula berbaring dan mulai diambil darahnya. Sementara Lutfan mulai mengurus persyaratan tes DNA untuk istrinya dan Jasman. Semua dilakukan lancar tanpa kendala.“Lemas?” tanya Lutfan setelah Alula selesai diambil darahnya. Ia menuntun sang istri dan duduk di kursi.Alula mengangguk.“Mas belikan sari kacang hijau. Tapi jam segini kantin masih buka nggak, ya?” Lutfan bangkit, tetapi ditahan Alula. Pria itu kembali duduk.“Nggak usah, Mas.”“Sayang.”“Mas di sini dulu aja. Aku pengen ditemani, jangan ke mana-mana dulu.”Lutfan mengangguk, lalu merangkul sang istri, membawa kepala Alula dalam dekapan. “Mas yakin kalau Pak Jasman itu bapak biologismu.”“Kenapa gitu?”“Karena golongan darah AB resus negatif itu termasuk darah langka.”“Aku takut kalau dia beneran ayahku, pernikahan kita nggak sah.”“Kata siapa
Baca selengkapnya

109. Hujan Cinta

Jasman, Aruni, dan Adi sikapnya berubah. Tidak sebenci dulu. Mereka merasa bersalah dan jatuhnya malah malu sendiri dengan kelakuan mereka yang pernah dilakukan pada Alula.Alula merawat mereka seperti tidak ada masalah apa-apa sebelumnya. Mereka juga tidak menolak dirawat, tetapi terkesan canggung.“La, aku minta maaf,” ujar Aruni tiba-tiba saat Alula membantunya berganti pakaian di kamar mandi. Aruni mengalami luka lecet lumayan luas di punggung dan lengan. Itu membuatnya kesulitan memakai baju sendiri.“Iya, aku juga minta maaf.”“Sebenarnya, kami pas kecelakaan itu mau mengacaukan resepsi pernikahanmu. Dari pagi kami mencari informasi di mana resepsimu dan baru dapat info malamnya setelah melihat unggahan pernikahanmu yang viral. Kami ingin mengatakan pernikahanmu tidak sah karena tidak memakai wali nasab di hadapan tamu. Tapi Allah menghentikannya.”Gerakan Alula berhenti. Namun, sesaat kemudian kembali meneruskan kegiatannya.“Aku tahu kamu bakalan syok mendengar semua ini. Tapi
Baca selengkapnya

110. Mendadak Artis

“Sayang, ayo skripsinya dilanjut,” ucap Lutfan suatu hari ketika melihat Alula asyik dengan ponsel tengah duduk di ranjang.“Ini juga lagi berusaha lanjutin, Mas.” Alula belum mengalihkan pandang dari ponsel.“Apaan? Hapean gitu.” Lutfan mendekat.“Semua naskah skripsiku emang ada di ponsel. Aku, kan, nggak punya laptop.”“Kenapa nggak bilang dari dulu? Ya udah, sana pakai punya Mas.”“Serius?”“Huum.” Lutfan mengambil paksa ponsel Alula, lalu meletakkan di nakas.“Sini biar Mas kasih sesuatu dulu yang bikin kamu semangat.” Lutfan menatap Alula nakal.“Gini amat nasibku jadi mahasiswi. Harus melayani dosennya dulu. Boleh nggak, aku nyebut Mas itu dosen c*bul?”Lutfan tertawa. “Apa saja sebutanmu, Mas terima.”“Tapi janji kalo aku lanjutin, jangan banyak revisi. Kalaupun ada revisi, tolong Mas perbaiki langsung, trus ACC biar aku lekas sidang.”“Bisa dibicarakan.”Maka terjadilah yang terjadi.“Kapan aku wisuda, Mas. Kalau mau serius dikit aja kamu tubruk,” protes Alula setelah ibadah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status