Semua Bab Melahirkan Keturunan Untuk CEO: Bab 11 - Bab 20

220 Bab

Bab 11. Psychopath

Pagi-pagi begini Kinara dibuat bingung untuk memilih baju yang akan ia pakai hari ini. Karena selain pakaian baju gamis Kinara juga hanya dipenuhi dengan pakaian yang itu-itu saja. Tidak ada yang aneh, terlihat kumuh dan yah ... seperti orangnya. Kinara sebelumnya memang membawa sebagian barang-barang yang tersimpan di rumahnya dulu. Rumah itu masih haknya, soalnya yah ... dia membelinya dengan harga yang lumayan mahal. Tentu semua itu karena pemilik kontrakan menawarkan untuk dijual saja. Dan sekarang yang ia bawa hanya sebagian pakaian milik Lusi dan sebagian kecil miliknya. Sekarang ia bingung mau memakai baju yang mana, pasalnya semua baju ini sering ia gunakan. "Kenapa tidak sekolah, Lusi?" Suara bariton Aarav membuat fokus Kinara teralihkan. Dia menoleh ke belakang di mana Aarav duduk di tepi ranjang. Melihat sang adik yang terbaring dengan selimut. "Dia sedang sakit, Pak," jawab Kinara langsung. Kedua mata itu akhirnya bertemu, namun sedetik kemudian Aarav membuang mukanya
Baca selengkapnya

Bab 12. Kecantikan Kinara Yang Sebenarnya

"Kita harus bisa lari dari sini, Kak," ucap Lusi. Keduanya menatap Aarav yang masih setia tersenyum miring. Kinara mengangguk, menggenggam erat pegangan tangannya pada lengan Lusi. Bersiap untuk lari dari pria gila itu. "Sekarang, Lus. Satu ... dua ... tiga ....""Lariiii!""Aaaaaa!""Kau kenapa?" Deg! Nyali Kinara langsung menciut kala ia mendengar sebuah seruan suara. Melirik pada Aarav yang sudah duduk manis di kursi kemudi. Dia menyimpan terlebih dahulu sebuah barang yang tadi dia bawa. Kinara mengedipkan mata untuk beberapa saat. "Bapak dari mana? Dan itu," tunjuk Kinara pada benda berbentuk panjang yang masih setia di dalam sarungnya. "Oh itu, itu buat Kakek saya. Dia nitip untuk bawa alat ini ke rumahnya," jawab Aarav menatap Kinara yang nampak berkeringat. "Kau baik-baik saja? Kenapa berkeringat seperti itu?" tanya Aarav merasa heran. Kinara menghela nafas lega. 'Hah, ku kira hidupku tidak akan lama lagi. Ternyata itu cuman bayanganku saja,' ucap Kinara di dalam hati
Baca selengkapnya

Bab 13. Gugup Vs Grogi

Kini mobil itu kembali melaju membelah jalan. Melewati kendaraan lain dengan cepat. Sampai di sebuah belokan, Aarav membelokkan mobil tersebut untuk masuk ke jalan sana. "Kinar?""Iya, Pak?" jawab Kinara langsung. Dia menoleh pada Aarav yang fokus mengemudi. "Nanti kalau sudah di rumah, kau panggil saya Mas, ya? Jangan Bapak," ucapnya membuat kening Kinara mengernyit. "Kenapa, Pak? Saya belum terbiasa memanggil Bapak dengan sebutan selain, Pak!""Turuti saja perintahku! Lagian saya masih muda, sangat tidak pantas kau panggil Bapak," tutur Aarav tanpa mengalihkan fokusnya. Sekali saja lihat wajah Kinara, maka fokus Aarav akan terbuyarkan karenanya. "Tapi Bapak kan atasan saya, dan---""Kau ingin ngebantah saya?""Eh tidak, tidak Pak! Maksud saya, saya belum terbiasa, jadi ... paling saya bakal pelan-pelan untuk belajar manggil Bapak dengan nama 'Mas?"Aarav terdiam saat Kinara mengatakan Mas padanya. Ingin sekali tersenyum namun ia harus tetap berdiri dalam pendiriannya. Sebenarn
Baca selengkapnya

Bab 14. Diterima Dengan Baik

"Jadi, perempuan ini yang kamu nikahi, Aarav?" Suara penuh tegas nan intimidasi membuat Aarav mengangguk yakin. Sedang Kinara menunduk takut.Selepas Kinara puas menertawakan Aarav yang sama groginya, kini pasangan itu harus di hadapkan dengan sang Kakek. Kakek dari Aarav. Dan keduanya kini benar-benar grogi. Ah tidak, mungkin hanya Kinara yang merasakan kecanggungan, berbeda dengan Aarav yang hanya menampilkan raut datarnya. "Kenapa kalian harus menyembunyikan pernikahan ini, ha?""Kami tidak menyembunyikannya, Kek. Bukankah aku sekarang ada di hadapan kakek?" jawab Aarav membalas tatapan Vanzo. "Dalam keadaan seperti ini kau masih merasa tidak takut?" tanya Vanzo melihat Aarav yang hanya duduk tenang saja. Padahal ia sudah menunjukkan raut marahnya akan informasi mendadak ini. "Untuk apa aku takut, Kek. Untuk menikah apa harus takut?" jawab kembali Aarav membuat Vanzo kehabisan sabar nya. "Bukan seperti itu, Aarav! Tapi, jika saja kau memberitahukan pernikahan ini sejak awal pa
Baca selengkapnya

Bab 15. Kejujuran Lusi

"Kalian harus makan yang banyak, biar kalian cepat besar dan tentu sehat," ujar Vanzo menatap kedua perempuan bawaan Aarav. Mereka tak lain Kinara dan Lusi. Mereka duduk di samping sedang Vanzo duduk di kursi paling ujung, tepat di kursi utama kepala keluarga. Kinara merasakan canggung saja. Vanzo—kakek Aarav begitu baik padanya, sampai-sampai apapun dia perlihatkan untuknya dan untuk sang adik. "Terima kasih Kakek, tapi, ini terlalu kebanyakan kek. Saya enggak bakal bisa menampungnya," ujar Kinara dengan sopan. Begitu banyak menu yang di sajikam di atas meja ini, berjejer dari ujung kiri sampai ke ujung kanan. Huh, padahal yang makan hanya tiga orang saja. Tapi makanan begitu banyak dihidangkan. Sekelebat akan orang-orang yang kurang mampu membuat Kinara merasa kasihan. Begitu banyak di luar sana yang tidak pernah mendapatkan makanan seenak dan semewah ini. Termasuk dirinya sendiri. Ya, bagi Kinara yang biasanya hanya bermakan lauk-pauk biasa tentu menjadi sebuah kesyukuran kala
Baca selengkapnya

Bab 16. Pertengkaran Kecil

"Ck, sebenarnya apa rencana Kakek dalam hal ini? Kenapa dia harus mengeluarkan ku dari rumahku sendiri?" tanya Aarav yang kini dibuat mondar-mandir tidak jelas. Setelah pengusiran yang dilakukan Vanzo padanya membuat Aarav berdiri tetap di depan pintu. Berharap kakeknya membuka pintu. Namun, menunggu hanyalah menunggu. Pintu itu sama sekali tidak dibuka. Sudah hampir satu jam Aarav menunggu, dan setengah jam berikutnya masih sama saja. Jangan bertanya kenapa tidak jalan lain? Bisa saja, hanya saja jika sudah mendapat perintah sang kepala keluarga dapat dipastikan semuanya akan mengusirnya. Tidak ada bedanya! Namun didetik berikutnya Aarav langsung menoleh kala suara pintu terdengar diputar. Yang mana sang Kakek sudah berdiri. Tersenyum dengan senyuman mengejek. Aarav mendengus, menatap sang pelaku dengan kesal. "Awas Kek, Aarav pengen lihat Kinar," sergah Aarav menyerobot untuk masuk ke dalam. "Eitsss, tidak bisa. Apa-apaan kamu? Tidak, tidak." Vanzo menahan Aarav yang ingin m
Baca selengkapnya

Bab 17. Hendak Dilecehkan

"Kak?"Tok Tok TokSuara ketukan pintu terdengar dari luar membuat Kinara melirik pada pintu tersebut. "Kak Kinar, ini Lusi," ujar Lusi membuat Kinara dengan sigap bangun dari baringan. Berjalan menuju pintu untuk ia buka. "Apa Lus?""Kak, kakak bisa antar aku tidak?""Ke mana?""Ke rumah temen, mau minjam tugas buat ujian sekolah Lusi," ucapnya dengan memohon. "Kamu kan lagi sakit, Lusi. Mana ada orang sakit keluar-keluar dulu," ucap Kinara. "Tapi ini juga penting, dua hari lalu Lusi enggak masuk, sekarang pun Lusi enggak masuk. Sedangkan ujian kenaikan untuk masuk SMA butuh nilai yang bagus kan, kak? Dan lagian, Lusi gak punya HP merek android, jadi susah buat minta sama temen."Perkataan Lusi membuat Kinara tersentil. Terasa hatinya tengah dicubit.Benar juga. Lusi kelas tiga SMP, yang mana ia lebih difokuskan ke ujian-ujian akhir. Tidak boleh bolos, tugas harus terpenuhi, dan tentu semakin diperketat dalam pembelajaran. Selain itu pula, Lusi memang tidak Kinara beri HP melai
Baca selengkapnya

Bab 18. Papa Mertua

Kinara memundurkan langkahnya. Menatap wajah suaminya yang ada dua. "Hey, nona manis? Kenapa kau ketakutan seperti itu?" tanya lelaki yang sempat Kinara peluk. Kinara ingin menjawab tapi sebelum itu. "Ada apa? Kenapa kau ketakutan seperti ini?" tanya lelaki berwajah Aarav. Dia menangkup pipi Kinara yang basah karena menangis. Kinara yang mendapat respon tersebut jelas terkejut. "Saya Aarav, yang tadi kamu peluk saudara saya," ucapnya kemudian, menjawab sudah pertanyaan Kinara yang kini tengah kebingungan.Kinara mendongak untuk menatap Aarav, namun kemudian dia memeluknya dengan perasaan bungkah nan takut. Aarav tersentak kala Kinara langsung memeluknya secara tiba-tiba. Jantungnya berdetak kembali dengan cepat. "Den, Aden Aarav ... di dalam, ada Papa aden!" Suara Bi Wawa baru muncul. Dia berlari tergesa menuju kedua kembar itu. "Eh, den Aavar?" seru Bi Wawa kemudian. Dia menatap Aavar yang mana kembaran Aarav. Ya, mereka saudara kembar. Sangat mirip. Saking miripnya kadang k
Baca selengkapnya

Bab 19. Sebuah Pelukan Hangat

"Ikut denganku," ujar Aarav menarik paksa lengan Kinara. "Bi?! bawa Lusi ke kamarnya, jangan sampai pria tua itu menyakiti mereka untuk yang kedua kalinya!" teriak Aarav sebelum dia menarik paksa lengan Kinara agar ikut dengannya. Kinara menoleh terlebih dahulu ke belakang di mana Lusi dibawa oleh Bi Wawa, sedang Darren nampaknya tengah berdebat kembali dengan saudara kembar Aarav. "Pak?"Kinara merasakan sakit kala Aarav mencekal kuat-kuat pergelangan tangannya. Menarik sampai masuk ke dalam lift untuk menuju lantai dua. Keduanya saling terdiam, berkecamuk dengan isi pikiran masing-masing. Kinara menunduk takut, melihat pergelangan tangan yang masih setia di genggam erat oleh sang suami. Merasakan bahwa atmosfer kemarahan itu masih meluap-luap di dalam diri Aarav. Ting! Suara lift terbuka, membuat Aarav kembali menarik lengan Kinara. Kini cekalan itu tidak terlalu kuat, melonggar tatkala ruang kamar keduanya sudah ada di depan mata. Aarav melepaskan cekalan tangan tersebut kala
Baca selengkapnya

Bab 20. Aarav atau Aavar?

Malam ini Kinara tidak bisa tidur, membuat ia uring-uringan di atas kasur besar. Bagaimana tidak uring-uringan? Selepas kejadian tadi suaminya itu pergi lagi yang entah ke mana. Sampai ia harus ditinggal sendiri lagi di ruangan besar ini. Karena bosan Kinara hanya menatap langit-langit atas, terlihat lampu yang menggantung di atasnya. Menghela nafas kemudian menghembuskannya. "Hufft, nasib jadi istri CEO, ya gini. Sering ditinggal sendiri," ucap Kinara berceloteh sendiri. "Padahal di kisah-kisah novel yang sempat aku baca, CEO itu bebas, bisa mengambil cuti kapan saja. Bahkan, lebih dominan menghabiskan waktu bersama sang istri dan anak-anak. Tapi ini? Bahkan untuk tidur pun harus menunggu hingga larut malam tiba."Ya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, lebih malah. Tapi suaminya itu masih saja belum pulang. Membuat jiwanya tiba-tiba merasakan rindu saja. Kinara terbangun dari baringannya. Entah kenapa tenggorokannya tiba-tiba terasa kering, membuat Kinara menol
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status