Semua Bab Melahirkan Keturunan Untuk CEO: Bab 21 - Bab 30

220 Bab

Bab 21. Salah Duga

"Masakan kamu enak juga, enak banget malah," ujar Aavar kembali menarik Mie melalui sumpit, ditunggu sejenak sampai asap yang mengepul keluar sudah. "Ini masakan instant lah, Mas. Jadi ya mudah aja bikinnya," jawab Kinara sembari menyendokkan kembali sosis tersebut, mendinginkannya kemudian siap untuk menyuapi Aavar. "Omong-omong soal ilmu kedokteran, kamu sebelumnya emang sempet punya keinginan pengen jadi dokter ya?" tanya Aavar di sela-sela makannya. "Iya. Sebelumnya itu memang cita-cita saya, Mas." Aavar terdiam sejenak, dia menatap Kinara yang terdiam kembali tanpa melanjutkan. "Kenapa ingin jadi Dokter? Kan banyak tuh profesi lainnya?" tanya Aavar merasa heran. Pasalnya dia wanita baik-baik, barangkali wanita seperti itu ingin jadi seorang Ustazah mungkin? Atau profesi Guru? "Eum, karena apa ya ...?" Kinara tampak berpikir. Mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk. "Mungkin karena saya sering melihat orang-orang yang kesusahan, atau orang yang sakit membuat saya memil
Baca selengkapnya

Bab 22. Bimbang

Kinara menutup pintu setelah masuk ke dalam. Menutupnya dengan ritme pelan, takut bilamana ternyata Aarav sudah tidur. Namun tidak, ternyata Aarav tidak ada di kamar kala mata Kinara menjelajahi seisi ruangan tersebut. "Ke mana dia?" Kinara berjalan menuju ruang ganti. Tidak ada. Kemudian berjalan menuju kamar mandi, juga tidak ada. Ke mana tuh pak suami? Kinara beralih menatap ke arah jendela yang mana gordennya terbuka sudah. Kening Kinara mengernyit sudah, kemudian berjalan menuju jendela sana yang ternyata sebuah balkon.Di sana Kinara melihat Aarav tengah duduk seorang diri. Termenung sembari kepalanya yang tengah mendongak—menatap bulan bintang. Kinara ikut termenung. 'Kenapa dengan Pak Aarav? Kenapa tengah malam begini dia duduk di luar? Apa dia tidak takut bilamana ada makhluk halus?' tanya Kinara di dalam hatinya. Kinara menghela nafas sejenak untuk menetralkan degup jantungnya. Kemudian kakinya melangkah menuju Aarav yang masih sibuk melamun. "Pak?" sahut Kinara. Dia
Baca selengkapnya

Bab 23. Insiden Memalukan

Pagi ini Kinara sudah bangun lebih awal. Jam di atas dinding sana sudah menunjukkan pukul empat pagi, membuatnya harus beringsut untuk ke kamar mandi, mengambil air kemudian melaksanakan salat sembahyang. Jangan katakan bahwa ia seorang alim. Bukan, ia bukan wanita seperti itu. Justru dirinya hanya sedang memperbaiki dirinya saja, tidak lebih tiduk kurang. Sebelum itu Kinara menoleh pada Aarav terlebih dahulu, terlihat raut wajah yang tampak kelelahan, wajahnya sayu, bagaikan bunga yang sudah lama tidak terawat. Ah, pasti karena pekerjaannya yang semakin menumpuk itu membuat suaminya kurang istirahat. Iseng, Kinara beranjak dari duduknya, berjalan menuju tepi Aarav yang tertidur dengan pulas. Kinara terkekeh kecil. Menatap setiap lekukan indah yang dimiliki Aarav. "Bapak kenapa tampan banget sih? Mana Bapak punya kembaran lagi, buat Kinara susah dalam memilih mana Bapak dan mana Mas Aavar," ujar Kinara pelan. Kinara tersenyum, menatap seksama wajah Aarav dari dekat. Seolah ingin
Baca selengkapnya

Bab 24. Godaan Aavar

"Nah, calon pengantin baru datang niehh," seru Vanzo kala melihat Aarav dan Kinara baru turun dari lift yang mereka gunakan.Kinara yang mendapat respon hangat tersebut jelas tersenyum ceria, merasa begitu diterima dirinya di rumah ini. "Wahhh, ayo nona manis, duduk di sini." Suara Aavar tiba-tiba berseru, dia menepuk-nepuk kursi sampingnya agar Kinara duduk dengannya. "Jangan berani menggodanya, Ava!" tegas Aarav mulai membuka mode dingin nan datarnya. Dengan sigap pria itu menarik lengan Kinara agar berjauhan dengan Aavar. Sang empu yang mendapat respon seperti itu jelas merasa heran. "Kau duduk di sini saja, jangan berani dekat atau berbicara dengan dua orang aneh yang kini sedang duduk." Tatapan Aarav menelisik tajam antara Aavar dan Vanzo. Tatapan hunus bak pedang, siapapun akan Aarav tebas jika sampai menggoda istrinya seperti kemarin-kemarin. "Dua orang yang duduk ya? Itu berarti kakek enggak," ujar Vanzo dengan tampang binar. Dengan muka berseri-seri pria berumur 60-an itu
Baca selengkapnya

Bab 25. Marahnya Aarav

"Kelas berapa Dek?" tanya Aavar pada Lusi. Pria itu kini tengah berbincang dengan Lusi. Yah, niatnya ingin mengenal lebih jauh kedua perempuan manis itu. "Kelas tiga, Kak," jawab Lusi dengan canggung. "Baru kelas tiga aja udah cantik, apalagi kalau sudah besar ya?" Tampaknya mode buaya Aavar tengah kumat, membuat dia senang dalam menggombal. "Mau Abang halalin gak?" Pertanyaan berikutnya berhasil membuat Aavar kena pukulan. Bukan dari Lusi, melainkan dari Aarav yang baru datang diantara perbincangan tersebut. "Jangan gila Ava! Dia masih kelas tiga, masih sekolah!" sergah Aarav dengan wajah tegasnya. Aavar yang mendapatkan hal tersebut tentu mencebik. "Untuk jatuh cinta tidak melihat umur, Rav. Oh, kalau tidak dengan adiknya, bisa dong dengan Kakaknya?" tanya Aavar menaik-turunkan alisnya. "Sekali kau menggombal dengan mulut busukmu itu, ku pastikan kau tidak akan bisa berbicara lagi, Ava. Tidak perduli jika kau saudaraku sendiri.""Kalau yang kukatakan bukan gombalan, bagaimana?
Baca selengkapnya

Bab 26. Makan Siang

"Katakan, kau sudah mengajak makan siang Kinara?" Pertanyaan di sebrang telfon membuat Aarav menghembuskan nafas kasar. "Maksudmu?" tanya Aarav mulai was-was akan rencana saudara kembarnya ini. Ya, yang sekarang tengah menelfon dirinya tak lain adalah Aavar."Ck! Seharusnya kau ajak Kinara makan siang Aarav, bawa dia ke sebuah tempat yang paling romantis untuk kalian kunjungi." Hari ini adalah jam istirahat siang, menjadikan setiap karyawan yang bekerja akan mengisi jam istirahatnya dengan makan siang. Dan lain hal pun dengan Aavar, dia menyuruhnya untuk mengajak Kinara makan di luar. "Terus apa yang harus aku lakukan? Hanya mengajaknya, begitu?" Pertanyaan Aarav jelas membuat Aavar menepuk jidatnya. Tentu tanpa sepengetahuan Aarav. "Allahu, kau masih bertanya apa yang akan kau lakukan? Ayolah, Rav. Ini sebuah kesempatan untuk kau dekat dengannya. Sebuah kesempatan untuk mencuri hatinya. Dan, sebuah kesempatan untuk kau terbiasa dengannya. Lihat saja, kau akan menemukan arti cinta
Baca selengkapnya

Bab 27. Pesan Yang Tak Sengaja Dilihat

Setelah acara makan siang selesai keduanya kembali menuju mobil, pulang menuju kantor kembali. Tidak ada pembicaraan setelah itu, hanya saling melirik kemudian fokus dengan pikirannya sendiri. Suara deru mesin mobil menjadi pemicu diantara keheningan yang ada. Menjadi pemenang untuk meluapkan rasa yang canggung. Sebenarnya Aarav ingin sekali berbincang dengan istrinya ini tetapi ia juga bingung harus mengawalinya dari mana. Berbeda dengan Kinara dia malah difokuskan pikirannya akan Karin yang terus mengiriminya pesan. Pesan yang isinya meminta uang 50 juta, dia terus memohon untuk dirinya memberi pinjaman tersebut. Kinara bisa saja memberikan uang tersebut pada Karin, tetapi ... uang itu pun harus ada izin suaminya. Bilamana suami tidak mengizinkannya? Bagaimana coba? Tring! Suara notifikasi yang berbunyi membuat atensi mata beralih pada asal suara. Bahkan pandangan mata mereka sempat bertemu namun kemudian saling buang muka kembali. Kinara yang memutuskan kontak mata tersebut
Baca selengkapnya

Bab 28. Mulai Terbuka

Kinara menatap kepergian mobil sang suami. Teringat akan isi pesan yang dikirimkan saudara kembarnya itu. Akan suatu hal ... yang membuatnya tidak mengerti. [Kusuruh kau untuk menggenggam tangannya malah tidak kau lakukan. ][Menyuruhmu pula untuk mencium kening, bibir atau bahkan apalah pada Kinara malah tidak!]Isi pesan tersebut jelas masih terekam jelas dalam penglihatannya, berpura-pura bahwa ia tidak membaca saat Aarav bertanya. Padahal jelas ia membaca semua pesan tersebut. "Sebenarnya, apa yang tengah mereka sembunyikan?" tanya Kinara. "Dan apa maksud dari percakapan mereka ini?"Tidak ingin pikirannya ditambah pening Kinara lebih baik menyelesaikan pekerjaannya lebih dahulu. Untung tadi ia sempat salat dulu, bersama Aarav dia menunaikan kewajiban. Dengan begitu ia akan langsung bekerja kembali. Di dalam pikirannya Kinara baru sadar, akhir-akhir ini ... ada sedikit perubahan mengenai Aarav. Bukan hanya pada sikapnya yang pelan-pelan mulai berubah, tapi juga dirinya yang terl
Baca selengkapnya

Bab 29. Sebuah Alasan

"Ya Allah ... apa yang harus aku lakukan untuk operasi Ibu? Aku tidak mempunyai uang sebanyak itu untuk operasinya." Lirih, Kinara berujar lirih dengan air mata yang berhasil turun membasahi pipinya. Tidak sengaja mendengar suara tangis membuat langkah pria berumur 25 tahun itu terhenti. Dia yang tengah berjalan menuju mobilnya mendekatkan diri untuk melihat siapa yang tengah menangis. "Aku tidak mau kehilangan Ibu ... tapi, aku juga bingung harus melakukan apa. Meminjam uang? Pasti tidak akan ada yang mau meminjamkannya." Kembali menangis, Kinara menangis dengan suara pelan dan tertahan. Kening pria itu mengernyit. Dia yang tak lain Aarav --mengintip di balik mobil belakang. Bertanya kenapa sore-sore begini ada suara tangisan. Padahal hari sudah pukul lima sore, tapi tangis itu tetap berlanjut. Karena penasaran membuat Aarav mengintip dalam diam, berpikir kalau itu adalah suara tangis perempuan. Dan benar saja, seorang perempuan tengah menangis sembari memeluk tas ranselnya. Dia
Baca selengkapnya

Bab 30. Mulai Dari Hal-hal Sederhana

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, membuat Kinara dengan segera membereskan alat-alat kebersihannya. Ini adalah sesi terakhirnya untuk bekerja dibagian office girl, untuk besok entah akan ke mana ia dipindahkan karena memang Aarav sendiri yang akan mengaturnya. Buru-buru Kinara mengganti baju seragamnya dengan baju gamis. Setiap hari Kinara memang seperti ini, kala bekerja ia akan menggunakan seragam beserta celana. Sedang ketika ia pulang? Maka pakaian gamislah yang ia pakai. Teringat akan ucapan Aarav untuk pulang bersama membuat Kinara dengan segera keluar dari kantor. "Semoga aku yang lebih dulu di sana, kalau Mas Aarav? Jelas aku tidak enak padanya," gumam Kinara dengan terburu-buru. Saat hendak keluar dari pintu tiba-tiba Kinara dibuat mundur kembali pasca matanya tak sengaja berpapasan dengan ... Aarav? Ah tidak, bukan hanya Aarav, Aavar pun juga ada, saling berdiri bersisian. Kinara memundurkan langkah tatkala ia merasa telah menghalangi jalan mereka, karena diras
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status