Home / Pernikahan / Tertawan Cinta Kakak Ipar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Tertawan Cinta Kakak Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

115 Chapters

51. Mari Bersenang-senang

Yuan melongokkan kepala ke arah pintu. Nampak siluet seorang pria yang tinggi dan sedikit kurus sedang berdiri tegak dengan kedua tangannya di masukkan ke dalam saku. Ia tampak berjalan dengan perlahan ke arahnya. Sebuah senyum tipis tersungging di bibir pria itu. "Kau mencariku?" tanyanya mengelus pelan pipi mulus Yuan. Tak ada ekspresi terkejut dari Yuan seolah ia sudah paham sedari awal siapa yang menyekapnya. Kebencian dan tatapan tajam justru ia lempar pada pria itu. "Singkirkan tanganmu dari wajahku! Seharusnya aku sudah menduga dari awal jika pelaku utamanya adalah kau. Kau tidak akan berubah sama sekali, kau tetap menjadi pengecut yang hanya berani bermain kasar dengan wanita.""Jangan buat aku marah!""Aku bicara fakta. Kenyataannya memang kau pengecut. Kalau kau gentle, kau tidak akan melakukan ini padaku. Kau ada masalah apa? Apa masalah kita belum selesai? Mari kita selesaikan sekarang, tapi lepaskan aku! Kau laki-laki, kan?"Pandangan Yuan sejak tadi tidak beralih, ba
Read more

57. Maafkan Aku, Yuan

Kedua pria itu seakan tuli dan buta dengan teriakan Yuan, berbagai ancaman dan kalimat umpatan ia teriakkan di depan wajah mereka. Namun, seberapa besar Yuan menghina kedua pria itu tak menghentikan niatnya. Pakaian mereka sudah mereka tanggalkan. Tangan kedua pria biadab itu pun sudah kurang ajar berkeliaran menjelajah tubuh Yuan. Wanita itu masih mampu berontak meski lemah, air mata sudah bercucuran. Sungguh sehina apa pun dirinya, ia tidak mau dinodai seperti ini. "Langsung ajalah, Bray. Kita langsung aja kasih obat biar makin nikmat. Kita nggak bisa menikmati juga kalau dia nggak nafsu. Buruan, biar aku siapkan kameranya."Mereka lalu membagi tugas, mereka berpencar ke arah yang berbeda. Kamera yang sejak kemarin bertengger di depan Yuan kini sedang ia otak-atik. Sementara laki-laki yang lainnya mengambil obat berkuran kecil. "Minum!" titah pria muda itu dengan kasar. Yuan menggeleng lemah, air matanya terus bercucuran berharap ada belas kasih untuknya. Namun, seakan tidak ada
Read more

53. Menemui Danish

"Sial! Sayang, ayo kita berkemas dan pergi dari sini." Pagi-pagi buta Danish sudah tergesa-gesa dibarengi dengan amarah. Ia murka melihat perkembangan rencananya yang sudah matang dan hampir berhasil mengkoyakkan harga diri Yuan berantakan saat kedatangan Rafan. Dalam kemurkaannya ia bertanya-tanya siapa yang membawa Rafan ke tempat tersembunyi itu? Menyerang dengan membabi buta pada kedua bawahannya hingga tewas membuat ia bertanya adakah hubungan di antara mereka? Yang ia tahu hanya sekedar Rafan membantu kelangsungan hidup mantan istrinya setelah wanita itu pergi dari rumah. Untuk yang lain ia tak mengetahui banyak. Namun, melihat tindakan Rafan barusan membuat Danish memikirkan hal lain.Tapi sungguh hal itu tidak penting saat ini, ia harus pergi meninggalkan kota ini secepatnya. Dengan bantuan anak buahnya yang lain, ia berencana akan pindah ke desa terpencil. Ke mana pun asal jauh dari sini dan tak bisa dijangkau oleh Rafan."Ada apa? Kenapa kau cemas begitu?""Rafan berhasil
Read more

54. Kau Pelakunya ... Danish!

"Emran Dafi Bimantara. Kita manggilnya Dafi," sahut Danish dengan bibir yang sedikit terangkat ke atas. Untuk sejenak sepertinya ia lupa bahwa ia berniat pergi dari tempat itu. 'Kau tampan seperti ayahmu." Bu Veronica tanpa izin atau menatap Feli mengulurkan kedua tangannya dan meraih makhluk kecil yang masih tertidur pulas itu. Kedua bola matanya tergenang air saat makhluk tanpa dosa itu sudah berada dalam dekapannya. Beliau menyesalkan kenapa harus ada drama, kesalahan, dan dosa untuk dapat menimang bayi seperti sekarang ini. Banyak juga yang telah hancur karena hadirnya bayi ini dalam rahim seseorang yang bukan seharusnya. Bu Veronica tidak bermaksud untuk menyalahkan bayi yang wajahnya bak foto kopian Danish itu, hanya saja beliau sayang kenapa bayi ini tidak lahir dari menantunya terdahulu. Sebenci apa pun beliau pada Feli, beliau tak ada hak untuk membenci bayi ini. Otak Bu Feli masih cukup waras dengan tidak membawa kebencian ibunya padanya. Lama Bu Veronica menimang bayi
Read more

55. Jangan Mendekat!

"Aku di sini, Sayang. Kau aman, tenanglah," kata Rafan mendekat ke wajah Yuan. Tak berselang lama, Yuan berusaha membuka mata. Pelan namun pasti, kedua kelopak mata wanita itu terbuka perlahan dan akhirnya terbuka sepenuhnya. Rafan adalah orang pertama yang ia lihat begitu kedua matanya terbuka. "Jangan mendekat! Pergi, jangan dekati aku," teriak Yuan histeris. Yuan mengubah posisinya menjadi duduk dan mendorong-dorong tubuh Rafan agar menjauh darinya. Dorongan wanita itu cukup kuat, sejak tadi Rafan berusaha untuk mendekat dan menyentuhnya, namun hanya tepisan yang Rafan dapat. Dengan kebingungan dan panik yang menyerang, Rafan berusaha untuk tenang. Sejak tadi ia berusah untuk menyadarkan wanita itu, namun suaranya seakan teredam dengan teriakannya. "Yuan, Sayang, dengar aku. Ini aku Rafan. Coba tenang dulu, diam dulu, dan lihat aku. Tenang Sayang, lihat aku!" ucapanya sedikit keras diakhir kalimat. Rafan mengguncang pelan lengan wanita itu berharap ia bisa sadar dan bisa bers
Read more

56. Apa? Sayang?

Mendengar cerita dari ibunya bahwa Danish meninggalkan apartemen bersama keluarga kecilnya membuat pikiran Rafan semakin condong ke arah sana. Pikiran yang tadinya tidak ingin ia pikirkan dan pikiran-pikiran yang berusaha ia tepis jauh-jauh seakan dibantah oleh kepergian Danish yang membuatnya curiga bahwa apa yang ada dalam pikirannya adalah kebenaran. Jika memang itu kenyataannya, itu artinya ia tinggal mencari bukti bahwa Danish pelaku dibalik semua ini dan mencari keberadaannya. "Ibu nggak nanya dia pindah ke mana?""Enggak. Entahlah, tadi Ibu mendadak kesel aja pas ketemu sama istrinya. Padahal tadinya Ibu pengen banget ketemu dan ngobrol lama, tapi melihat wajah istrinya membuat Ibu sakit hati."Terdengar ponsel yang berbunyi nyaring di tengah-tengah ruangan yang sunyi itu. Melihat si penelepon adalah pekerja yang ia utus untuk mencari tahu pelaku utama membuat Rafan melipir sebentar keluar ruangan. "Apa yang kau dapat?""Dari ponsel pelaku yang tewas, saya menemukan beberapa
Read more

57. Selangkah Lebih Cepat

"Ibu," kata Rafan lirih. "Tadi kau–"Pertanyaan yang ingin diajukan oleh Bu Veronica terpaksa beliau hentikan karena ponsel Rafan yang berdering. Beliau seketika mendengus kesal karena pertanyaan yang tidak tersampaikan. Sementara Rafan justru merasakan sebaliknya. Ia sangat lega ponselnya berdering di waktu yang tepat. Sungguh ia belum siap memberitahukan ibunya bahwa ia dan juga Yuan memiliki hubungan. Lagi-lagi panggilan itu dari pekerjanya. Ia sedikit menjauh yang akhirnya kepergiannya itu di manfaatkan oleh Bu Veronica untuk menuntaskan hasrat keingintahuannya soal panggilan sayang yang tadi ia dengar. Wanita itu menuntun Yuan untuk masuk rumah dan menanyakannya. "Berita apa yang kau bawa?""Saya sudah mengetahui dan mengantongi pelaku utamanya, Pak. Sesuai dengan dugaan saya, Pak. Pak Danish yang menjadi dalang penculikan Bu Yuan tidak lain dan tidak bukan adalah adik Bapak sendiri. Saat ini saya sudah berhasil memasuki apartemennya dan menemukan sebuah bukti kamera yang terhu
Read more

58. Gawat!

Meski Rafan sudah melibatkan pihak berwajib, ia tidak akan duduk diam saja. Ia masih terus menggencar kawan-kawannya untuk tetap mencari. Akan lebih bagus jika mereka yang menemukan terlebih dahulu, ia tak kesusahan untuk menyiksa dan mengirimnya ke neraka. Namun sayangnya, keinginan Rafan bertentangan dengan keinginan kedua orang tuanya. Pak Jo yang mengetahui kabar anak bungsunya seketika pulang dan menuntut penjelasan atas apa yang terjadi. Begitu sampai rumah, Pak Jo mendapati istrinya yang sudah menumpahkan air matanya, Rafan yang menampakkan wajah tegangnya, dan Yuan yang menenangkan wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Mereka bertiga terlihat mempertahankan ego masing-masing. "Kau masih ingin membela anak bungsumu, Ayah? Kau akan berpihak pada Ibu untuk mencabut tuntutan? Ayah, apa yang dilakukan Danish sudah di luar batas kemanusiaan. Bajingan saja tidak akan melakukan apa yang dia lakukan. Merendahkan harga diri wanita dan menyiarkannya langsung di sebuah ap
Read more

59. Celaka

Malam itu juga Danish meninggalkan rumah yang baru ia tempati beberapa hari. Bahkan ia belum sempat mengenal orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Kepergiannya meninggalkan isak tangis bagi sang istri. "Feli, kalau kau ikut aku, nyawamu juga dalam bahaya. Aku tidak mau sampai terjadi apa-apa denganmu atau anak kita. Jadi lebih baik kau tinggal di sini. Nanti biar aku kirim orang untuk menemanimu di sini, oke. Kau jangan khawatir, kau tidak perlu takut, tidak akan terjadi apa-apa denganku." Sebuah pelukan penenang Danish berikan. "Aku takut terjadi apa-apa denganmu, kau meninggalkan aku di sini juga belum tentu posisiku aman, Danish. Bawa aku saja, aku tidak masalah kau bawa ke mana pun, asalkan kita sama-sama.""Nggak bisa, Sayang. Aku meninggalkanmu justru karena aku ingin kita bisa bersama-sama terus. Itu sebabnya aku harus mengamankan diriku sendiri dulu, kalau sudah aman, aku janji aku akan datang ke sini menjemputmu dan kita tinggal di tempat yang baru. Kau bersabarlah sebent
Read more

60. Ruang Bawah Tanah

"Sudah bangun? Enak tidurnya beberapa hari ini? Bisa tidur dengan nyaman dan pulas setelah melakukan hal bejat?"Pertanyaan dari Rafan membuat Danish beberapa kali mengerjap seakan pertanyaan itu menyadarkannya dari lamunan dan rasa terkejutnya yang menyadari ada sang kakak di hadapannya. Belum sempat Danish memikirkan apa yang ia lakukan setelah ini semesta membawanya ke dalam situasi lain. Dipertemukan dengan Rafan dalam keadaan yang lemah tak berdaya seperti ini bukan sesuatu yang menguntungkan untuknya. "Kenapa aku harus tidak bisa tidur dengan nyenyak? Aku belum melakukan apa-apa pada wanita itu. Apa yang terjadi tidak sebanding dengan apa yang terjadi padaku. Lagi pula kau ini siapa? Kenapa kau terlalu ikut campur dan masuk ke dalam urusanku? Atau jangan-jangan kau memiliki hubungan dengan wanita bekas adikmu yang bejat ini." Danish mengatakan hal itu dengan sangat enteng seakan keadaannya baik-baik saja, sehat walafiat, dan bisa melindungi dirinya ketika serangan datang. Ia
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status