Home / Pernikahan / Tertawan Cinta Kakak Ipar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tertawan Cinta Kakak Ipar: Chapter 41 - Chapter 50

115 Chapters

41. Pelukan Ibu

"Tidak ada, Ibu. Semuanya sudah aku ceritakan, Ibu tahu aku, kan? Aku tidak suka ada laki-laki yang menyakiti wanita, aku tidak peduli siapa pun dia pasti akan aku bela. Kalian selalu mengajarkan itu padaku, kenapa masih bertanya?""Aneh saja. Kau selalu ribut tiap kali bertemu dan tiba-tiba sekarang bersikap seolah keributan yang kau buat dengan Yuan adalah palsu.'Rafan menelan ludahnya. Memang benar apa yang dikatakan ibunya, semua yang ditunjukkan pada orang tuanya hanyalah palsu belaka. Tapi rasanya pada Yuan tidak palsu, apa pun yang berhubungan dengan Yuan, tidak ada kepalsuan di dalamnya. "Ibu mau Yuan ke sini? Aku akan menjemputnya jika Ibu mau.""Sebenarnya Ibu ingin, tapi Ibu di sisi lain juga tidak punya muka untuk bertemu dengan Yuan. "Ibu selamanya akan merasa seperti itu, Bu. Ibu Bisa tunjukan kepedulian Ibu sekarang, inilah waktu yang tepat untuk membuktikan bahwa Ibu sudah masih layak untuk dipanggil Ibu oleh Yuan."
Read more

42. Danish Semakin Berulah

"Danish aku terpikir sesuatu sejak semalam. Kejadian ini pasti akan berdampak pada posisimu di perusahaan. Sebelum hari ini terjadi saja kau sudah tidak dipercaya oleh ayahmu. Bagaimana setelah kejadian ini? Bisa-bisa kau kehilangan hak untuk mengelola perusahaan keluarga. Bisa juga ayahmu memindahkan tangankan pemimpin di perusahaanmu. Jika kau tidak melakukan sesuatu, kau akan kehilangan semuanya."Danish yang sedang menyiapkan diri untuk ke kantor itu terhenti sesaat. Ia berpikir benar juga yang dikatakan oleh Feli. Jika ia diam saja, bukan hanya kepemimpinan yang akan direbut Rafan, tapi perusahaannya juga. Oh tidak, jangan sampai itu terjadi. "Aku harap kau mengerti dengan apa yang aku maksud.""Iya, aku paham. Kau tenang saja. Aku akan mengambil alih perusahaan sebelum Ayah melakukan sesuatu. Terima kasih sudah ingatkan aku. Aku ke kantor dulu." Sebuah kecupan di kening mendarat dengan lancar. "Hai Baby, Ayah kerja dulu, ya. Jangan tendang Ibu terlalu keras, dia bisa kesakitan
Read more

43. Rafan Ada di Pihak Siapa?

"Jo, aku ini ibunya. Jika kau membencinya silakan saja. Kau hanya laki-laki yang menjadi peran sebagai ayahnya, kau tidak ikut mengandung, melahirkan, dan menyusuinya. Wajar saja jika bencimu lebih besar dari kasihmu. Yang bertaruh nyawa untuk melahirkan dia, aku. Kenapa kau harus melarangku untuk bertemu dengan anakku sendiri? Hanya karena kesalahan yang dia lakukan melampaui batas, bukan berarti dia berhenti jadi anakmu. Dia tetaplah anakmu. Aku yang melahirkan, jangan minta aku untuk berpisah dengannya. Jika kau tidak mengizinkan dia datang ke sini, biar aku yang mendatanginya." Bu Veronica berkaca-kaca.Bayangkan saja, beliau seperti merasa sakit yang lebih parah, sakit yang terasa dua kali lipat lebih sakit dibandingkan dengan yang sakit yang sudah beliau lewati. Jika untuk maaf, tentu saja Bu Veronica masih berat untuk memberi maaf Danish, tapi bukan berarti beliau harus hilang peduli pada anaknya sendiri. "Ibu, sudah, Bu. Ayah baru keluar dari rumah sakit.
Read more

44. Rafan Lagi Rafan Lagi

Selesai dengan membujuk ayah dan ibunya, Rafan meninggalkan rumah dengan perasaan yang lega. Ia merasa dengan apa yang ia lakukan ini akan membuka pikiran keduanya. Mungkin terlihat bahwa Rafan yang plin plan dan tak jelas berpihak pada siapa, tapi di balik keputusannya ini, ia akan tetap berada di pihak ibunya. Laki-laki itu akan tetap mempertemukan keduanya tanpa sepengetahuan sang ayah dengan catatan pertemuan itu tidak dilakukan dalam waktu dekat. Hari demi hari yang terus terlewati dengan cepat tak terasa membawa situasi di mana sidang perceraian Yuan dan Danish dibuka. Butuh waktu dua bulan untuk sampai di titik ini. Hingga kurun waktu itu, tak ada yang berubah. Semua tetap sama. Bahkan Yuan dan Danish juga tidak saling berusaha memperbaiki silaturahmi hingga detik ini. Tidak ada yang saling mencari, tidak ada yang mengalah, seakan-akan hubungan mereka berakhir di hari pernikahan mereka yang kedua tahun. Mereka seakan saling membenci satu sama lain. Bahkan hingga sidang ini di
Read more

45. Aku Datang

"Aku sedang tidak melantur, tapi aku sedang bicara fakta. Memang itu yang aku dapat dari Ayah. Kau sejak kecil menjadikan Rafan kesayangan dan bertingkah sebaliknya padaku. Selalu mengiyakan apa yang dikatakan Rafan, tapi selalu mengatakan tidak padaku."Pak Jo kini mulai mengerti arah pembahasan Danish. Kini tak perlu lagi beliau melanjutkan obrolan atau percakapan apa pun dengan Danish. Beliau rasa percuma saja bicara dengan anak bungsunya ini. Dari kecil Danish memang tipe anak yang pembangkang dan semaunya sendiri. Dan ternyata beliau baru sadar bahwa beliau gagal merubah Danish kecil. Pak Jo lebih memilih untuk pergi saja dari pada terus mengajak Danish bicara yang beliau tahu pasti akan berakhir pada pertengkaran yang lebih parah. Beliau masih sayang kesehatannya, tidak ingin lagi kesehatannya menurun atau tergerus karena kelakuan sang anak yang ternyata tidak ada perubahan dan justru semakin membuatnya kecewa. Tidak sadar kesalahan dan tidak berusaha berubah, sungguh manusia y
Read more

46. Aku Mencintaimu

"Yuan? Kau di sini, Nak?" Yuan gugup, niatnya yang akan memberi surprise kekasihnya malah berujung ia yang terkejut. Ia sengaja datang setengah jam sebelum jam makan siang agar ada sedikit waktu lebih banyak. Namun, nasib baik saat ini sepertinya sedang tak berpihak pada wanita itu. Untunglah tadi ia tak memanggil Rafan dengan sebutan sayang, batinnya. Bukan apa-apa, bukan takut atau tak mau hubungannya diketahui oleh mantan mertuanya, hanya saja untuk sekarang sepertinya tidak tepat. Yuan baru saja resmi bercerai, di sisi lain Rafan juga tak ingin rasanya terhadap Yuan ini dinilai rasa kasihan oleh mereka. "Iya, Yah. Yuan memang sering ke sini. Dia antar makan siang, katanya sebagai bentuk rasa terima kasih karena sudah memberi izin tinggal di apartemenku. Sebenarnya aku ada rencana mau masukin dia ke perusahaan. Tapi, kan, aku harus izin dulu sama Ayah.""Boleh, tentu saja boleh. Kau atur saja. Kalau begitu Ayah pergi dulu." Merasa tak enak dan tak nyaman berada di tengah-tengah
Read more

47. Obrolan Pria

"Ponsel ayah tertinggal. Maaf jika kedatangan ayah membuat kalian terkejut." Pak Jo lalu berjalan masuk dan mengambil ponselnya yang tertinggal di meja. Saat pria itu mengambil benda pipihnya di atas meja, di saat itulah beliau menatap Rafan dengan senyum yang tersungging. Rafan sendiri tidak tahu apa makna dari senyuman itu. Apa ayahnya tadi sempat melihat dirinya yang gelagapan melepaskan bibir Yuan? Ah mudah-mudahan saja tidak. Namun, harapan tinggalah harapan. Apa yang diharapkan oleh Rafan nyatanya berbanding terbalik dengan realita. Malam hari seusai makan malam, pria itu bicara empat mata dengan sang ayah. Seperti biasa, di teras samping rumah yang terdengar gemericik air mancur di tengah kolam ikan. Tak jauh dari sana ada kolam renang yang berukuran sedang. "Apa yang membuat ayah mengajakku ke sini?"Rafan ragu jika ayahnya membawa ke sini untuk membicarakan perihal pekerjaan. "Ada hubungan apa kau dengan Yuan?" tanya Pak Jo to the point. Rafan tertawa kecil, "hubungan ap
Read more

48. Dendam

"Tidak, aku hanya mendengar cerita dari Yuan saja.""Itu artinya kau mengetahuinya akhir-akhir ini. Itu artinya yang patut dipertanyakan adalah perasaanmu padanya. Kau yakin ini cinta? Banyak hal yang kelihatannya sama, tapi perbedaan itu sangat tipis presentasenya. Cinta dengan iba, tulus dan bodoh, dan benci tapi peduli. Kau yang mana?"Rafan terdiam, inilah yang ia takutkan jika kedua orang tuanya tahu lebih cepat soal hubungannya. Akan terasa sulit menjelaskan bahwa apa yang ia rasa ini cinta, bukan iba dan semacamnya. Bagaimana ia meyakinkan mereka dengan kata-kata? Hanya pembuktian lah yang bisa ia berikan. Rafan memahami jika cintanya ini disebut iba oleh beberapa orang. Ia memaklumi karena yang orang tahu saat ini Yuan masih memiliki luka basah, padahal yang sebenarnya terjadi adalah luka Yuan yang mulai kering karena dirinya. Tidak ada yang tahu bagaimana proses keringnya, yang mereka tahu hanya saat ini luka Yuan masih melebar ke mana-mana. Karena yang mereka tahu, Yuan bar
Read more

49. Penculikan

Hari pertama bekerja selalu menjadi momen yang menegangkan sekaligus menyenangkan tak terkecuali bagi Yuan. Meskipun ini bukan pertama kalinya dalam hidup ia bekerja, tetap saja ia merasa ada sesuatu yang membuatnya bahagia, tegang, gugup, dan deg deg an seperti manusia pada umumnya. Yuan berdiri di depan cermin yang terpasang di lemari. Ia melihat penampilan barunya dalam cermin, memastikan bahwa segalanya tampak sempurna.Ia memakai blus berwarna pastel yang dipadukan dengan rok hitam panjang hingga lutut. Sepatu hak tinggi berwarna hitam menghiasi kakinya, menambah tinggi dan rasa percaya dirinya. Rambutnya diikat rapi menjadi ekor kuda, memberikan tampilan yang profesional sekaligus feminin.Wanita itu melihat dirinya sendiri dalam cermin, memastikan bahwa makeupnya tampak natural dan tidak berlebihan. Ia memakai sedikit blush on untuk memberikan warna pada pipinya, dan lipstik berwarna nude untuk menambah kesan natural pada wajahnya.Yuan tersenyum pada dirinya sendiri, "akhirny
Read more

50. Tolong Aku, Rafan!

Rafan berjalan dengan tergesa-gesa. Tidak kunjung ke kantor dan teleponnya dijawab oleh resepsionis membuat ia khawatir dengan keberadaan sang kekasih. "Di mana kau temukan ponsel calon istriku?" tanyanya begitu sampai di meja resepsionis. "Ponsel ini tergeletak di luar, Pak. Saya juga tidak tahu kronologisnya bagaimana ponsel ini ada di luar apartemen." Rafan lalu beringsut dari sana. Ia akan mencoba untuk mengecek dahulu apartemennya. Barangkali ada sesuatu atau petunjuk ada apa sebenarnya dengan kekasihnya ini, dan ke mana perginya? Pria itu menggeledah seluruh apartemen dan tak ada yang mencurigakan, semua tampak rapi seperti biasanya. Ia gegas kembali ke luar. Ia hendak meninggalkan bangunan besar nan tinggi itu, tapi langkahnya terhenti karena panggilan dari satpam yang menjaga bangunan yang menjulang itu. "Pak," panggil satpam itu terengah-engah. "Iya ada apa?""Tadi saya diberitahu resepsionis kalau Bapak nyari pemilik ponsel yang tergeletak di luar.""Iya, Bapak tahu s
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status