Home / Pernikahan / Tertawan Cinta Kakak Ipar / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tertawan Cinta Kakak Ipar: Chapter 71 - Chapter 80

115 Chapters

71. Tangisan Yuan

Jam masih menunjukkan pukul dua siang. Sengaja Rafan menyelesaikan pekerjaan dan meetingnya dengan cepat agar pulang juga lebih cepat. Ia ingin menghabiskan waktu banyak dengan sang istri, karena ia merasa Yuan butuh waktu lebih banyak dengannya. Tujuan utama setiap ia pulang adalah kamar. Yuan terbiasa menghabiskan waktu di sana. Namun, kali ini tak ada wanita itu di ruangan itu. Rafan melempar tas dan jasnya ke sembarang arah lalu kembali keluar kamar. Pria itu menuruni anak tangga seraya menggulung lengan kemejanya hingga batas siku. Tentu saja hal itu menambah radar ketampanan menjadi lebih paripurna. Ia berjalan mendatangi beberapa sudut rumahnya dan akhirnya ia temukan sang istri di halaman belakang rumah tengah duduk di kursi panjang dengan membaca buku. Seketika bibirnya menerbitkan senyum dan jiwa isengnya naik ke puncak kepala. Ia berjalan pelan agar langkahnya tak terdengar, begitu sampai di dekat Yuan, kedua tangannya terangkat dan menutup kedua mata wanita itu. Ia bert
Read more

72. Bertengkar Hebat

Pertengkaran yang sudah diramalkan oleh Bi Sumi akhirnya beliau dengar dari luar kamar. Beliau dengan serius dan benar-benar fokus pada pertengkaran kedua majikannya. Telinganya beliau pasang benar-benar agar tak ada yang terlewatkan dari pertengkaran itu. "Astaga, Yuan. Aku baru saja pulang dan sudah kau sambut dengan segala kecurigaanmu yang tidak jelas juntrungannya? Apa yang kau pikirkan? Kenapa setelah sekian lama kita sudah baik-baik saja dan fokus dengan program kita, kenapa kau kambuh lagi? Tidak bisakah kau fokus pada tujuan kita tanpa peduli dengan yang lainnya?""Aku ingin melakukan itu, aku juga selama ini fokus dengan tujuan kita, tapi yang kau lakukan di luar sana membuat apa yang aku lakukan terasa sia-sia. Kau mengatakan padaku bahwa tidak masalah bagimu jika kita tinggal berdua sampai nenek kakek, tapi lihat sekarang. Belum hilang diingatanku ucapan itu, kau sudah bermain api dibelakangku."Di luar kamar, Bi Sumi bertepuk tangan tanpa suara, beliau segera merogoh sak
Read more

73. Dibalik Pertengkaran

Pertengkaran besar yang pertama kali terdengar oleh Bi Sumi ternyata hanya menjadi puncak gunung es dari ketidakharmonisan dalam rumah tangga Rafan dan Yuan. Meskipun tampaknya pertengkaran itu hanya terjadi sekali, suasana hubungan mereka semakin redup dan distan. Bi Sumi, yang mengawasi dengan senang hati, merasa puas dengan dampak aksi liciknya.Sementara Rafan, seorang suami yang merasa wajar menghabiskan waktu di luar rumah untuk menanggulangi tanggung jawabnya, bagaimana dengan Yuan? Wanita ini juga memilih untuk pergi setelah Rafan berangkat ke kantor, menyisakan kehampaan di rumah. Pulang larut malam menjadi kebiasaan, menciptakan kesunyian yang semakin menggelayuti pasangan tersebut.Tidak hanya terbatas pada fisik, ketidakharmonisan tersebut juga menciptakan kekosongan dalam komunikasi. Percakapan yang jarang terjadi antara Rafan dan Yuan menambah ketegangan di antara mereka. Bi Sumi, yang mengetahui bahwa rencananya berjalan mulus, semakin meningkatkan kegembiraannya. Belia
Read more

74. Berita Mengejutkan

Dalam keheningan rumah tangga Rafan dan Yuan, kekhawatiran dan ketidakpastian meluas seperti bayangan yang menyeret di sudut-sudut gelap. Setelah panggilan telepon dengan Rafan, Yuan merenung, menimbang-nimbang apakah keputusannya untuk tidak segera pergi ke rumah sakit adalah langkah yang tepat. Sementara sakit di kepalanya semakin terasa. Sementara itu, Bi Sumi yang terus menyusun rencana keji di balik layar, merasa puas menyaksikan konflik semakin merajalela. Dalam kejernihan aksinya, beliau mengira bahwa setiap langkahnya dapat dengan mudah menghancurkan ikatan Rafan dan Yuan.Sementara itu ketidakpastian terhadap siapa yang berada di balik intrik semakin menggerogoti pikiran Yuan, mendorongnya untuk mencari jawaban tanpa menunggu bantuan Rafan.Dalam keadaan yang semakin kompleks, Rafan tiba di rumah dengan langkah cepat. Wajahnya penuh kecemasan saat melihat Yuan yang lemas dan pucat. "Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang juga. Aku tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut,
Read more

76. Terungkap

Walaupun kehamilan telah menjadi bagian dari keseharian Yuan dan suaminya, kedua belah pihak tetap menjalani peran seperti sebelumnya. Tak ada perubahan yang mencolok dalam dinamika hubungan mereka. Bahkan setelah pulang dari rumah sakit, mereka terus mempertahankan wajah tegang seolah-olah pertengkaran baru saja terjadi.Rumah yang seharusnya dipenuhi keceriaan akan hadirnya sosok bayi, malah tenggelam dalam ketegangan yang mendalam. Kehidupan sehari-hari terasa stagnan, tanpa kehangatan atau tanda-tanda persiapan untuk menyambut anggota baru keluarga. Bi Sumi, dengan rasa percaya diri yang semakin membesar, merasa yakin bahwa usahanya untuk merusak hubungan mereka telah berhasil.Namun, upaya keras Yuan dan Rafan untuk menyembunyikan kehamilan itu tidak bisa bertahan lama. Sebab, seperti halnya wanita hamil pada umumnya, Yuan mulai merasakan tanda-tanda yang sulit disembunyikan. Mual yang tiba-tiba melanda dan sensasi pusing yang menghantuinya. Bahkan dalam usahanya mempertahankan r
Read more

77. Ribut

Tajamnya lampu cafe menyinari wajah Rafan dan Danish yang saling berhadapan, menciptakan aura ketegangan di udara. "Apa yang kau rencanakan, Danish?" tanya Rafan dengan mata berkobar, mencerminkan amarah yang membubung tinggi.Danish, tanpa memandang mata Rafan, tersenyum sinis. "Kau dan Yuan merasa begitu berkuasa, bukan? Kalian hancurkan hidupku di depan keluarga, mempermalukanku. Sekarang, giliran kalian merasakan getirnya balasan."Rafan mencibir. "Kau sendiri yang menciptakan masalah dengan perbuatanmu. Tidak ada alasan untuk balas dendam. Aku tidak menyangka bahwa kualitas hidup adikku benar-benar di bawah rata-rata."Kalimat dari Rafan itu berhasil menyulut emosi Danish. Tidak ingin membuat keributan di tempat usaha orang, membuatnya melipir pergi tanpa jawaban. Rafan yang seakan paham apa yang dimaksud oleh adiknya, mengikuti langkah kaki sang adik menuju ke halaman cafe yang tenang. Cahaya gemerlap lampu jalan menyoroti wajah mereka yang masih penuh ketegangan. Mereka berbic
Read more

78. Kehilangan

Bi Sumi, dengan rasa bersalah yang mendalam, meninggalkan Yuan yang masih merasakan rasa sakit yang begitu menyiksa. Beliau memasukkan semua barangnya ke dalam tas dan melarikan diri melalui belakang rumah, rela memanjat dinding yang tinggi dengan bantuan tangga. Tak peduli betapa sulitnya, tak peduli betapa besarnya kesulitan dalam memanjat dinding itu, beliau merasa harus segera melarikan diri dari rumah majikannya sekarang juga dan menjauh sejauh mungkin.Seiring dengan langkah Bi Sumi yang cepat menjauhi rumah tersebut, bayang-bayang gelapnya semakin lenyap di tengah malam yang sunyi. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran dan pertimbangan akan langkah yang baru saja diambilnya. Kesejahteraan keluarganya di kampung yang telah menjadi sumber motivasi untuk terlibat dalam aksi gelap ini, kini menjadi beban berat di pundaknya.Namun, Bi Sumi sadar bahwa tak ada jalan kembali, dan langkah yang sudah diambilnya harus diteruskan. Beliau pun berjalan menjauh, merencanakan masa depan yang p
Read more

79. Bertemu Muka

Setelah selama 30 menit Rafan berada di rumahnya, gebrakan meja terdengar begitu keras. Terlihat jelas dari wajahnya bahwa amarah sedang menguasai dirinya. Setan-setan sedang berkumpul dalam hati dan pikirannya untuk membuat kekacauan dalam situasi yang menyedihkan ini. Begitu mengetahui CCTV bahwa Bi Sumi melarikan diri sejak sebelum ia pulang membuat darahnya seketika mendidih. Tak mau buang waktu, ia segera menghubungi seluruh pekerja lapangan keluarga Bimantara untuk mencari keberadaan Bi Sumi dan menyeretnya ke tempat biasa ia menyekap para orang-orang yang bermasalah dengannya. Tak lupa ia mewanti-wanti sang ayah untuk memastikan bahwa Danish tetep berada di rumahnya. °°°Di rumah sakit, Yuan terus menangisi kehilangan yang begitu mendalam. Pelukan Bu Veronica mencoba memberikan sedikit kenyamanan, namun luka yang dirasakan oleh Yuan begitu dalam. Setiap air mata yang jatuh seolah mencatat perjalanan perjuangan dan kehilangannya.Wanita itu menguraikan dengan detail betapa sul
Read more

80. Konflik Bertambah

Wajah Bi Sumi seketika membeku, terperangkap dalam ambang kebingungan yang mendalam. Tidak satu pun yang ingin merasakan dinginnya jeruji penjara, tapi memohon, merayu, atau bahkan menangis, sepertinya menjadi pilihan yang tak etis dan hampir pasti sia-sia, mengingat sikap tegas Rafan yang tak tergoyahkan. Dalam kebimbangan ini, Bi Sumi merenung, mencoba mencari jalan keluar yang cerdas dari labirin konsekuensi yang tak terelakkan.Berputar di dalam benaknya, pikiran Bi Sumi mencari strategi untuk menyelamatkan diri tanpa harus menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Bagaimana caranya menjadi korban, berperan seolah-olah lupa pada alasan yang baru saja disampaikan kepada Rafan beberapa menit yang lalu. Tentu saja ini bukan hanya sekadar menemukan alasan, tapi melibatkan seni memainkan peran dalam drama yang semakin menggigit.Bi Sumi, tanpa diduga, merubah arah rencananya. Beliau memutuskan untuk mengambil jalur emosional. Dengan wajah iba, beliau mencoba membangun citra diri sebagai sosok
Read more

81. Tidak Jera

Keesokan harinya, Bi Sumi kembali digelandang oleh pekerja keluarga Bimantara menuju kantor kepolisian. Wanita itu semalaman tak dapat diam, terus berulah dengan berbagai upaya untuk melarikan diri. Keputusasaan dan ketegangan menciptakan suasana yang semakin tegang di sekitar Bi Sumi.Pekerja keluarga Bimantara, yang telah merasakan kesulitan dalam menjaga Bi Sumi semalaman, akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Dalam upaya terakhir untuk memastikan keamanan dan ketertiban, mereka memberikan suntikan obat tidur kepada Bi Sumi. Keputusan ini diambil agar semuanya dapat istirahat sejenak sebelum menghadapi tugas yang sulit besok."Pak, tolonglah jangan bawa saya ke kantor polisi. Orang saya ini juga korban. Saya diancam kalau nggak mau nurut keluarga saya yang dibunuh," pintanya dengan nada penuh urgensi, menciptakan alur kebohongan baru. Bi Sumi tak ingin terjerat lebih dalam di dalam lingkaran konflik ini.Pekerja keluarga Bimantara menatapnya dingin, kesadaran akan tuga
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status