"Aisyah," gumamku dengan pandangan menerawang."Entahlah, Mbak, siapa namanya. Saya tidak paham, wong dia sakit parah dan ngga pernah keluar rumah," balas laki-laki itu."Baiklah, Pak. Makasih ya?" ucap Mas Hamid kemudian. Ia lantas kembali menginjak pedal gas untuk melanjutkan perjalanan yang hampir sampai."Kita muter lewat rumah Pak Rasyid ya?" tawar Mas Hamid saat mobil mulai melaju."Buat apa?" sergahku cepat."Entahlah, saya ingin lewat saja."Aku diam saja. Menolak juga pastinya dia akan tetap mempertahankan keinginannya. Biarlah mau lewat manapun, sesukanya.Mobil pun berjalan melewati gang yang lainnya, menuju rumah Mas Rasyid yang juga berada satu jalur dengan rumahku.Namun, saat kami tiba di dekat rumah ibu, kulihat ibu sedang berjalan dengan bahu yang bergerak sambil membawa sebuah tas besar. Ia berjalan menuju arah jalan raya utama."Itu ibunya Pak Rasyid kan?" tanya Mas Hamid sambil menunjuk ke arah ibu. Ia segera menghentikan mobilnya. "Turun deh, Dik. Coba tanya itu ke
Baca selengkapnya