Home / Rumah Tangga / ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ADIK IPARKU MANTAN KEKASIHKU: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

21.Hamil Empat Bulan

Reynand bergegas menuju ke kamar Irani dan langsung membuka pintu. Dia pun langsung membawa nampan yang berisi makanan dan minum. Lalu, Reynand mengunci pintunya dari dalam.Kamar Irani sangat gelap sekali karena Irani sengaja mematikan lampu. Reynand menyalakan lampu. Dia melihat ke arah ranjang, hatinya teriris ketika melihat Irani sedang meringkuk tanpa menggunakan selimut dan masih mengenakan pakaian tadi siang.Reynand menghela napasnya yang terasa sangat sesak. Lalu, dia meletakkan nampan makanan itu di atas nakas. Dia mendekati ranjang dan duduk di pinggir ranjang. Dia memegang bahu sang kakak ipar.“Kakak ipar, tolong bangunlah, kau belum makan malam. Makan dulu, aku membawakan makanan untukmu,” ujar Reynand dengan penuh perhatian.Akan tetapi, Irani tidak menjawab. Reynand tahu bahwa Irani sebenarnya tidak tidur. Tangan Reynand terulur, dia membelai-belai kepala Irani, sedangkan Irani sekuat tenaga menahan gejolak rasa yang tidak menentu dihatinya. Dan dia pun menahan agar ta
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

22.Baby Boy

“Kakak ipar, bolehkah aku memegang perutmu dan melihatnya secara langsung?” Reynand berkata sembari menatap Irani.Betapa terkejutnya Irani mendengar permintaan Reynand tersebut. Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia merasa sangat terharu dan bahagia, karena bagaimanapun juga Reynand merupakan ayah biologis dari bayi yang dia kandung, dan sudah sepatutnya jika dia memegang dan melihat perutnya secara langsung.Irani mengangguk menyetujui permintaan Reynand. Reynand tersenyum bahagia, wajahnya terlihat berseri-seri. Lalu, dia menyingkap baju Irani dan dia melihat perut Irani yang mulai membuncit dan berwarna putih mulus itu. Reynand mengernyitkan kening melihatnya. Perasaan tidak asing itu kembali menderanya.Lalu, perlahan tangan Reynand memegang perut Irani, dan dia tersenyum lebar ketika tangannya merasakan tendangan dari dalam perut sang kakak ipar. ‘Kakak ipar, dia benar-benar menendang.” Reynand berucap dengan begitu antusiasnya.Tanpa terasa air mata Irani pun meng
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

23.Mama Risa Masuk RS

Keesokan harinya,Nayra benar-benar kembali datang ke kediaman Rabbani. Dia disambut sangat bahagia oleh Mama Risa. Kini mereka berdua telah duduk di ruang keluarga sembari bercengkrama.Sementara Irani, dia hanya bisa menatap kebahagiaan sang calon menantu Rabbani dan mertuanya yang terlihat sangat dekat. Tangannya tiada henti mengelus-elus perutnya yang sudah mulai terlihat buncit itu.Matanya berkaca-kaca. ‘Apakah jika Mama tahu bahwa bayi yang aku kandung adalah cucu kandungnya, apakah dia akan bersikap baik terhadap diriku, dan akan penuh kasih sayang seperti yang dia lakukan pada Mbak Nayra?’ batin Irani.Tanpa terasa, buliran bening itu pun membanjiri pipinya. Sedangkan Reynand yang kala itu akan ke dapur, dia memperhatikan Irani dari jarak jauh. Dia melihat tangan Irani yang sedang menyusut air matanya. Reynand tahu bahwa Irani sedang menangis. Perlahan kakinya melangkah mendekati sang kakak ipar.Dengan lembut, dia menyentuh bahu Irani. Irani terhenyak, dia sangat terkejut.
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

24.Irani dan Raymond Bercerai

Irani berkata dengan tegas dan lantang. Karena dia tidak sanggup jika masih bertahan di kediaman Rabbani menyandang status sebagai istri Raymond, namun selalu diperlakukan tidak layak.Dia juga tidak sanggup rasanya jika harus melihat Reynand bersanding dengan perempuan lainnya, sedangkan mereka akan tinggal satu rumah. Kini tekadnya sudah bulat untuk berpisah dengan Raymond.Raymond terhenyak, karena dia tidak menyangka jika Irani akan seberani itu berbicara tentang perceraian. Namun, sesaat kemudian, dia kembali berubah sangar dan kasar. “Baik. Irani Sanaya, detik ini juga aku menceraikanmu dengan talak tiga!”Suara Raymond menggema. Tubuh Irani merosot ke lantai. Dia menangis tersedu sedan. Kini, dia sudah menjadi janda, dan tak tanggung-tanggung, Raymond langsung menjatuhkan talak tiga padanya.‘Ya, Tuhan, sebegitu bencinya kah Mas Raymond padaku? Hingga dia menjatuhkan talak tiga sekaligus padaku. Tolong beri kekuatan padaku ini, Tuhan,’ batin Irani.Air matanya tiada henti mene
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

25.Irani Pergi

Bi Iyam mendekatkan wajahnya di perut Irani. “Cucu nenek, nanti jangan bandel, ya, ‘Nak. Harus kasihan pada ibumu. Doakan Ibu supaya nanti bisa berjuang untuk melahirkan dan menghidupi kamu. Nanti kalau sudah besar, bisa datang ke sini lagi untuk bertemu dengan Nenek dan Kakek.”Dengan susah payah Irani memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Dia benar-benar merasa sangat bahagia dan terharu atas perlakuan Bi Iyam. “Terima kasih, Nenek, atas semua kebaikan dan doa Nenek. Sekarang, aku akan menjadi anak yang baik untuk Ibu.” Irani berbicara menirukan suara anak kecil dengan suara bergetar.Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan kediaman Rabbani. Irani diantarkan oleh Bi Iyam keluar dari pintu gerbang kediaman Rabbani tersebut.Semua pelayan bahkan security menatap kepergian Irani dengan sendu. Bahkan ada yang menitikkan air mata karena merasa sedih. Dan ada yang tertawa bahagia karena ada sederet orang yang tidak menyukai kehadiran Irani.Irani pun berpamitan pada mereka dengan berlinan
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

26.Desa Suka Tani

Siang itu, Irani terlihat tengah sibuk membersihkan dan merapikan rumah kontrakan yang disewanya.Saat kemarin dia sampai di Desa Suka Tani tersebut, dia langsung mendapatkan rumah kontrakan yang kecil dan sederhana. Namun, Irani sangat bersyukur karena rumah kontrakan tersebut berbentuk satu rumah yang memiliki ruangan-ruangan lengkap seperti rumah pada umumnya. Dan harganya pun termasuk terjangkau.Sementara lowongan pekerjaan yang tertera di plang, ternyata sudah tutup. Irani sempat merasa kecewa karena plang masih dipajang, tetapi lowongan sudah tutup. “Mengapa plang masih ada di sana jika sebenarnya sudah tidak membuka lowongan lagi?” Begitulah pertanyaan yang dilontarkan Irani pada warga desa tersebut.“Mungkin lupa mencabut plang tersebut.”Begitulah jawaban dari warga Desa Suka Tani yang menjawab pertanyaan Irani. Akhirnya, Irani mencari pekerjaan lain yang ada di desa tersebut. Berhubung di Desa Suka Tani itu mayoritas pekerjaannya bertani maka Irani akan mencari pekerjaan
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

27. Kemarahan Mama Risa

“Kau benar-benar wanita kampung tidak tahu diri! Dasar menantu sampah! Mertua sedang sakit dirawat di rumah sakit berhari-hari, tapi kau tidak menjenguk apalagi merawatku!”“Sekarang mertuamu pun sudah pulang, tapi kau tetap tidak menemuinya, kau malah sibuk di kamar tidur. Hanya tidur, tidur, dan tidur saja pekerjaanmu! Dasar pemalas!”Suara Mama Risa terdengar menggema. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, dia pun langsung berjalan menuju ke arah kamar Irani. Braakk!!!Mama Risa mendobrak pintu dengan begitu kencang. Semua orang pun mengikutinya dari belakang. Dia langsung masuk dan menuju ke ranjang sederhana tersebut. Namun, dia tidak mendapati keberadaan Irani.Matanya terus menatap sekeliling kamar tersebut dan menatap lemari. Biasanya di atas lemari tersebut terdapat tas milik Irani, tetapi saat itu dia tidak melihatnya. Karena rasa penasarannya, dia pun berjalan menuju ke lemari tersebut.Mama Risa membuka lemari itu dan betapa terkejut dirinya ketika melihat bahwa le
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

28. Emosi Raymond

Wajah Irani terlihat penuh kecemasan. Pak RT Bahrum dan Bu RT Marni, mereka saling berpandangan. “Mbak Rani, kenapa kau berkata begitu?” tanya Bu Marni.“Iya, Mbak Rani, memangnya siapa yang akan memecatmu?” Pak Bahrum menimpali.Irani menundukkan wajahnya. Rasanya dia ingin sekali menangis karena sudah merasa sangat lelah dengan ujian demi ujian yang menimpa hidupnya. Dan tanpa terasa, air mata pun mengalir dengan deras membasahi pipinya. Bahunya berguncang hebat.Bu Marni dan Pak Bahrum yang melihat itu ikut merasa cemas. Bu Marni mendekati Irani dan memegang bahunya. Dia mengusap-usap punggungnya untuk memberikan semangat dan kekuatan.“Menangislah jika itu akan membuat hatimu lega,” ujarnya.Irani pun semakin mengeluarkan tangisannya. Namun, ketika dia teringat dengan bayi yang ada dalam kandungannya, dia berusaha sekuat mungkin untuk berhenti dari tangisannya tersebut.Karena dia tidak ingin membuat sang bayi ikut merasakan kesedihannya dan ikut stres. Lalu, dia menyusut air mat
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

29. Ayunda

Betapa terkejutnya Raymond ketika melihat wajah pengamen tersebut, yang ternyata merupakan seorang perempuan. Dia mengira jika pengamen itu adalah laki-laki karena mengenakan topi sehingga tidak terlihat wajah dan rambutnya yang panjang.Dengan bersusah payah, Raymond meneguk ludahnya. Perlahan, tangannya dia turunkan. Dia menggigit bibirnya dengan kuat karena merasa salah tingkah. Raymond menarik napas, kemudian dihembuskan dengan kuat.Sementara gadis tersebut, hanya menundukkan wajah. Perlahan, dia mulai bangkit. Lalu, dia berjalan dengan tertatih-tatih untuk meninggalkan tempat itu.Raymond yang masih sibuk dengan pikirannya itu, belum menyadari kepergian gadis tersebut. Gadis itu sudah berjalan semakin jauh menyusuri trotoar jalan.Ketika Raymond baru menyadari kepergiannya, lalu dia berlari mengejar gadis tersebut. “Nona, tunggu!” panggilnya.Akan tetapi, gadis itu terus melanjutkan langkah kakinya. Perasaan sakit dan perih di lututnya ia abaikan, sementara Raymond semakin mempe
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

30.Kejujuran Irani

Semua orang terkejut ketika melihat Irani yang tengah kesakitan sembari memegangi perutnya. Mereka berduyun-duyun menghampirinya.“Mbak Rani, kamu kenapa? Apa yang terjadi?” tanya mereka secara bersamaan.“Aduh, perutku sakit sekali, Bu, Pak.” Irani memegang perutnya.Bu Leha dan yang lainnya saling berpandangan. Lalu, dia berjalan mendekati Irani. Matanya terus tertuju pada perut Irani.“Maaf, Mbak Rani, ibu izin pegang perutnya, ya,” ujar Bu Leha.Irani hanya mengangguk karena dia sudah tak mampu untuk bersuara. Bu Leha pun langsung memegang perut Irani. Dan betapa terkejutnya dia, ketika memegang perut Irani yang sudah semakin membuncit.Mata Bu Leha sampai terbelalak lebar. Dia menatap Irani, kemudian beralih menatap yang lainnya. Semua orang merasa heran melihat mimik wajah Bu Leha. Rasa penasaran pun semakin besar pada diri mereka semua.“Bu Leha, ada apa?” tanya Bu Wati.“Iya, Bu Leha, kenapa mimik wajahmu seperti itu?” timpal Bu Namih.“M-maaf, Mbak Rani, apakah kamu ini sedan
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status