Home / Romansa / Menikahi Sahabat Tunanganku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Menikahi Sahabat Tunanganku: Chapter 61 - Chapter 70

115 Chapters

Bab 61

Cantika buru-buru meraih hp-nya yang tersimpan dalam sling bag dan memeriksanya. Sejak tadi pagi hp Cantika memang dalam kondisi silent, karena dia harus ke kantor Rahadi dan meeting dengan beberapa dewan direksi, membahas kepemimpinan sementara. “Sorry, Yank. Dari tadi pagi hp aku silent,” jelas Cantika.“Aku hubungin kamu dari seminggu lalu, tapi hp kamu nggak aktif.”“Hp aku emang sempet rusak, makanya aku service dulu,” jelas Cantika. Lian hanya diam. Cantika menyadari jika Lian sedang kesal. “Aku sebenernya bisa aja beli baru, tapi di hp itu kan banyak foto-foto kamu yang aku ambil diam-diam, Yank. Jadi mending aku service aja.”Lian hanya diam.“Jangan marah, Yank. Aku beneran nggak sempet pegang hp tadi. Aku sibuk banget di kantor, gara-gara kakek sakit. Aku jadi terpaksa urus masalah perusahaan. Kamu tau sendiri, aku nggak begitu ngerti urusan kantor
Read more

Bab 62

Sambil menahan kesal, Lian masih sempat bersyukur ada driver ojol yang lokasinya dekat dengan posisi dia di rumah Rahadi. Jadi tidak butuh waktu lama untuknya pergi karena malas bertengkar terus dengan Cantika.“Bang, bisa ngebut dikit, nggak?” tanya Lian. Driver ojol malah protes. “Ini kan jalan raya Mas, bukan sirkuit. Ntar kalo ngebut-ngebut terus nabrak, pegimane? Sebagai driver ojol, tugas saya bukan cuma nganter customer sampe tujuan, Mas— tapi juga menjaga keselamatan juga. Saya kagak mau kalo penumpang saya sampe kenapa-napa di jalan.”Lian bengong mendengar cerocosan driver tersebut. “Yaudah sih, Bang.”Tiba-tiba motor ojol dipepet mobil Cantika sampai Lian dan driver sama-sama kaget dibuatnya. “Waduh, ada apa nih?” driver ojol kebingungan.Cantika membuka jendela mobil lalu berteriak, “Stop! Berentiin motor kamu, Bang!&rdquo
Read more

Bab 63

Cantika terlihat sangat emosi melihat Navi yang masih berdiri menunjukkan muka lempeng seolah dia tidak merasa bersalah sama sekali. Cantika menahan geram, karena fokusnya kini tertuju pada Lian yang masih di posisi jatuhnya. Dengan wajah cemas Cantika membantu Lian bangkit. Ada bercak merah mengintip di sudut bibir Lian. Cantika refleks menyentuh sudut bibir itu dan spontan membuat Lian meringis kesakitan. “Aw…”Cantika makin panik karena khawatir, “Sakit banget? Kita ke rumah sakit ya?”“Nggak usah lebay…” komen Navi. Cantika menoleh pada sepupunya yang bertubuh mungil dan menggemaskan itu, saking menggemaskannya Cantika sangat ingin meraup mukanya. “Lo apa-apaan sih, Navi? Kenapa lo mukul Lian?”“Salah gue di mana?” Navi menaikkan sebelah alisnya. “Gue kan cuma bantuin sepupu ‘tersayang’ gue— yang lagi berantem di pinggir jalan,” sarkas Navi penuh penekanan
Read more

Bab 64

“Iri bilang, Boss!” sengak Cantika sambil menjulurkan lidah meledek Navi. Setahu Cantika, selama ini Navi betah menjomlo meski umurnya hampir kepala tiga. Pasti karena hatinya yang sebeku bongkahan es Antartika. Cantika bahkan heran, bagaimana bisa Navi menjadi editor novel romansa profesional kalau di real life-nya tidak punya pengalaman.Navi dongkol dengan balasan Cantika. Refleks tangannya menoyor kepala sepupunya itu. “Bikin malu aja!”Cantika melotot. Lian berdeham, salah tingkah. “Udah lah, Can.” Lian menghentikan perhatian manja Cantika terhadapnya.“Trus gimana setelah ini?” tanya Navi. “Cantika kan udah terlanjur tunangan sama Dion, nih.” Meski sendirinya penasaran, tapi sejujurnya Navi tidak ingin buang waktu untuk membantu Cantika dan Lian mendapatkan titik terang.“Kan baru tunangan, belum nikah,” jawab Cantika dengan santainya.Navi mengernyit. Lian terdi
Read more

Bab 65

Dion, Cantika, Navi, Fandy dan Lian saat ini sedang berada di private room yang ada di salah satu café. Lian duduk canggung saat berhadapan dengan Dion. Hingga saat ini, dia tidak tahu harus bagaimana bicara dengan Dion. Meski Lian jelas tahu jika Dion tidak memiliki perasaan pada Cantika, namun tetap saja Lian merasa tidak enak hati jika memiliki hubungan dengan tunangan sahabatnya sendiri.Lian berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan memerhatikan tiap sudut private room yang terlihat sangat berkelas. Desain interior ruangannya begitu mewah, dinding-dindingnya dihiasi dengan dekorasi elegan, mulai dari karya seni kontemporer hingga lukisan-lukisan klasik. Lampu gantung kristal bersinar agak redup, namun justru itu yang membuat pencahayaan di ruangan tersebut terasa lembut.“Ngapain sih lo?” Lamunan Lian buyar saat tiba-tiba pinggangnya disikut oleh Fandy. Lian menggeleng dan berusaha bersikap santai. “Nggak ngapa-ngapain.”
Read more

Bab 66

Semua yang ada di ruangan itu seketika membatu. Tindakan Cantika melempar spaghetti pada Dion benar-benar di luar dugaan. Saking kagetnya bahkan Dion tidak bereaksi sampai spaghetti di wajahnya jatuh sendiri. Barulah dia meraup sisa-sia saus dan topping di wajah dengan tangannya supaya matanya bisa terbuka. “Cantika!” serunya dengan suara lantang hingga bergema memenuhi ruangan.Dion menyambar sepotong cheese cake di sebelah piring spaghetti lalu menimpukkannya di wajah Cantika. Semua terkejut. Situasi makin tegang saat Dion malah dengan santai memulaskan kue itu ke seluruh wajah sampai ke rambut Cantika.“Stop!” bentak Cantika sambil mendorong dada Dion sampai pemuda itu limbung.Dion terbahak-bahak. “Cocok banget lo, Can! Jadi makin mirip mak lampir beneran!” makinya dengan ekspresi puas.Navi, Fandy, dan Lian terbelalak melihat sikap kekanakan dua orang itu. Canti
Read more

Bab 67

Cantika duduk tegap menghadap ke para dewan direksi perusahaan yang didirikan oleh kakeknya. Dengan mengenakan blazer dan rok plisket berwarna beige, Cantika terlihat begitu elegan dan percaya diri di tengah rapat penting ini. Namun, kepercayaan diri Cantika itu bagaikan tameng yang menutupi perasaan gugupnya saat beberapa dewan direksi memandangnya dengan tatapan kritis.“Kami merasa perlu membahas ini secara terbuka, Bu Cantika,” ucap Budi, salah satu dewan direksi yang terlibat dalam meeting kali ini. “Mengenai arah yang akan diambil oleh perusahaan ini. Kami mengerti situasi saat ini sulit, tapi kami juga perlu memastikan bahwa keputusan yang diambil untuk perusahaan ini didasarkan pada kapasitas dan pengalaman yang kuat.”Cantika sangat mengerti jika saat ini banyak yang meragukan posisinya di perusahaan. Sejatinya Cantika sendiri juga keberatan jika harus terlibat dengan urusan bisnis yang di luar kapasitasnya— namun Cantika
Read more

Bab 68

“Padahal selama ini aku berusaha bagi waktuku di tengah sibuk-sibuknya ngurus butik sama ngerodi di kantor Kakek!” gerutu Cantika di voice note terakhirnya. Dia kirim VN itu pada Lian lalu melempar HP-nya ke jok sebelah.Cantika meletakkan keningnya di setir. “Trus sekarang gimana nih enaknya?” gumam Cantika. “Mau pulang, males. Mau kemana, juga bingung.” Cantika mendengus lelah.“Pengen ketemu Lian. Tapi ntar malah gangguin kerjaan dia.” Cantika sangsi Lian akan senang dengan kunjungannya. Dia juga tidak ingin ribut lagi kalau Lian mengomeli.Cantika menoleh ke luar kaca mobil. Matanya langsung membulat sempurna saat melihat ada anak kucing berjalan pincang di tepi jalan. Cantika merasa kasihan, dia panik saat anak kucing itu melangkah ke jalan aspal.“No, no, no! Kucing, stop!” teriaknya dari dalam mobil. Dia segera melepas seatbelt dan berjingkat keluar. Ber
Read more

Bab 69

Di halaman samping rumah Rahadi, sudah ada kandang kucing yang sebelumnya dibeli oleh Navi atas permintaan Cantika. Kandang kucing tersebut memiliki beberapa tingkat, dengan tangga kayu yang terhubung dengan jembatan kecil di antara area tidur dan tempat bermainnya. Di bagian tempat tidurnya juga sudah dilengkapi dengan bed yang terbuat dari kain yang lembut. Cantika tampak antusias melihat kandang tersebut.“Udah gue beliin yang seperti request lo yang ribet itu. Sesuai nggak?” tanya Navi. Cantika mengacungkan jempolnya, sudah puas dengan kandang pilihan Navi yang bahkan lebih bagus dari yang dia bayangkan. “Kalau tinggal di rumah sebagus ini, Mochi pasti suka.”“Mochi? Namanya Mochi?” tanya Navi sambil memerhatikan kucing abu-abu kopi susu yang ada dalam dekapan Cantika.“Iya Mochi Matsumoto—” ucap Cantika dengan entengnya menyebut marga yang disandang Navi.“Sialan, lo pake n
Read more

Bab 70

“Andai dari dulu aku nurutin kata Kakek buat belajar ngurus perusahaan.” Cantika menunduk dan menutup wajahnya dengan tangan. Lian mengusap punggung gadis itu. “Sekarang aku baru sadar, aku nyesel, Lian. Aku ngerasa kalah dari Gilang, dia udah nyuri start dari awal.” Dada Cantika sampai naik turun menahan emosinya yang labil.“Bentar, Can. Gilang tuh siapa?” tanya Lian penasaran.Cantika menoleh pelan. “Aku belum pernah cerita soal dia, ya?”Lian mengangguk. Cantika menyerongkan kaki menghadap Lian. “Gilang itu nama adik tiri aku. Anak Papa sama istri barunya. Umurnya cuma setahun di bawahku dan tercantum ke kartu keluarga pas aku mulai masuk TK,” terang Cantika.Lian terkejut mendengar itu. Dia jadi makin sulit memberi respon karena itu menyangkut masalah keluarga Cantika. Dia tidak bisa berkomentar apa-apa. Terlebih yang dia tahu mama Cantika memang sudah meninggal, hanya saja tidak me
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status