Sudah lebih dari dua jam Cantika duduk di kursi teras rumah kontrakan Lian. Sesekali Cantika bangkit, jalan mondar-mandir sambil melihat ke arah jalanan. Cantika berdecak kesal, mulai tidak sabar menunggu kepulangan Lian.“Lian sebenernya pergi ke mana, sih?” gerutu Cantika heran. Dia meraih ponsel lalu men-dial nomor Lian. Terdengar nada tunggu beberapa saat, namun panggilan tersebut tidak diangkat. Cantika tak bisa sabar lagi. Dua bulan sejak Lian keluar rumah sakit, Lian sering pergi entah kemana tanpa memberitahu Cantika.Cantika akhirnya menghubungi nomor Fandy, kemungkinan besar Lian pergi dengan sohibnya itu. Namun lagi-lagi, hanya terdengar nada sambung di hp Cantika. Panggilan Fandy juga tidak diangkat.“Rese!” umpat Cantika pada hp-nya sendiri, seolah yang di depannya adalah Fandy. Cantika menarik napas dalam, tangan kanannya masih menggenggam ponselnya sambil menatap nama kontak yang tertera di layarnya, ‘Dion&rs
Baca selengkapnya