Home / CEO / PESONA ISTRI RAHASIA CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Chapter 71 - Chapter 80

115 Chapters

BAB 71. BUCIN

"Eehh!" "Aku," bisik Andaru, mendekap tubuh Yara dari belakang. Jasnya telah di lepas, menyisakan kemeja navy dengan lengan tergulung sebatas siku. "Kangen banget, nggak ketemu seharian," imbuh sang CEO, merebahkan kepalanya di pundak Yara.Yara mengusap satu lengan yang melingkari dadanya. "Seharian apanya, baru lima jam doang." Tak lupa jemarinya berpindah membelai sela rambut Andaru. "Udah, nanti ketauan, loh!" "Nggak, cctv nggak jangkau ke sudut ini," ujarnya enteng. Padahal dia meminta Bimo untuk mengelabui security di ruang cctv agar mematikan sementara kamera pengawas tersebut barang sejenak. "Yuk, pulang. Driver kamu nunggu lama tuh," kata Andaru, mengurai pelukan lalu membuka pintu kiri untuk Yara."Mobil Mas mana?" tanya Yara seiring kendaraan mereka meninggalkan basement.Andaru merapatkan duduknya menempeli Yara, dia bahkan membuka lengan kiri agar wanita pujaan ini masuk ke pelukan. "Ada, biarin aja ... salat lama banget sih, aku nungguin di bawah daritadi," keluh putra
Read more

BAB 72. SEBUAH NAMA

Yara tak lagi bawel, dia langsung berbaring membelakangi suaminya."Bandel, sih! ... sini, ngapain ngadep sana," kesal Andaru, menarik bahu Yara sampai berbalik badan menghadapnya lagi. Yara hanya menurut tanpa perlawanan. Andaru kini bagai emak-emak yang akan menidurkan sang buah hati. Memeluk, mengusap punggung, bahkan menepuk-nepuk lembut bahu Yara.Sepuluh menit berlalu, kepala nyonya muda sudah lunglai di dadanya, tanda Yara telah pulas. "Judulnya ngelonin bocah tengil, bukan di kelonin."Andaru lalu melepas pelukan, mengatur kepala Yara agar nyaman di bantal. Guling telah di tempelkan ke sisi-sisi tubuh agar istrinya tetap hangat. Dia akan mandi air dingin guna meredam hasrat yang sulit untuk di taklukkan."Bentar ya, Sayang ... aku nyelem dulu," bisiknya, menowel pipi mulus Jiera Savita sebelum masuk ke bathroom.Keesokan pagi, pasangan muda Garvi sudah siap berangkat ke GC building dengan mobil masing-masing. Tapi, Andaru enggan terpisah kendaraan karena padatnya jadwal hari
Read more

BAB 73. SO SORRY

Setelah mendapatkan izin, Yara mulai bekerja seperti biasa. Andaru langsung pergi dengan Bimo ketika istrinya baru duduk di kubikel. Sepanjang hari keduanya tak bertemu, hingga Yara pergi dengan Fay menuju rumkit pun, Andaru belum menghubunginya lagi. Kedua wanita ayu berjalan di koridor menuju kamar perawatan Stefan. Yara mewanti pada Fay agar duduk di sofa selama dia bicara dengan pria itu. Tak lama, mereka tiba di tujuan, ruang kelas satu tuan Stefan Hansson."Assalamualaikum," sapa Yara ketika menekan tuas pintu seraya menyembulkan kepalanya. Netra bulat itu melihat tirai pembatas setengah menutup sehingga hanya ujung brangkar yang tampak.Suara khas Stefan terdengar. "Wa alaikumussalaam. Yara bukan, ya?" tanyanya. Dia sangat hafal bagaimana nada bicara sang pujaan hati.Kedua gadis lantas masuk, Fay langsung duduk di sofa dan mengeluarkan ponsel sementara Yara berjalan menghampiri ranjang pasien. "Hafal banget, sama suaraku," ujar Yara, tersenyum seraya melambaikan tangan dari
Read more

BAB 74. PARA LALAT

Yara melihat sekeliling ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di satu tempat. Bulu kuduknya langsung meremang saat Andaru memarkirkan kendaraan di sisi kanan dan mengajak Yara turun."Ini?" tunjuk Yara, ke papan nama saat mereka memasuki gerbang."Rumah terakhir mama dan papaku di dunia, hari ini anniv mereka," ucap Andaru sendu, menggenggam jemari istrinya lalu melangkah bersisian.Sapaan penjaga komplek TPU Bumijanna ditanggapi Andaru dengan anggukan dan senyuman. Tak lupa salam tempel ketika menyalami beberapa petugas yang berpapasan sepanjang jalan. "Kukira, kalau malam itu sepi. Kok pemakaman di sini ramai, ya?" bisik Yara, melihat beberapa pengunjung silih berganti keluar masuk.Andaru diam, terus melangkah menuju pusat TPU dimana orang tuanya dikebumikan. "Assalamualaikum ya ahlal kubur ... aku bawa Jiera, Ma, Pa ... mantu kalian." Sang CEO lantas duduk di batu yang disediakan di sana, langsung membaca doa untuk mendiang orang tuanya.Yara mendengar untaian doa yang dipa
Read more

BAB 75. GEGARA CEMBURU

Andaru lantas mengusap kepala istrinya. "Makanya jangan keburu ngambek ... Didin itu adikku satu-satunya," jelas menantu Jamila.Andini tersenyum lebar sebelum dia menarik Yara dari dekapan Andaru dan memeluknya. "Kita jadi saudara," kata Andini, mengusap lembut punggung gadis belia yang kini menjadi kakak iparnya. "Selamat datang di dunia Dadar!" Yara memejam, bersandar di bahu sang adik ipar, merasakan betapa hangat sambutan keluarga Garvi sejak bermula. Mulai dari Aryan, Dedeh sampai Andini, wanita periang dibalik penampilannya yang anggun. "Dadar?" tegas Yara saat Andini melepas dekapan. "Lucu amat," kekehnya.Andini lalu menarik Yara duduk di sofa lalu menjelaskan kisah dibalik panggilan konyol keduanya. Aryan kerap kali melarang tapi dengan beginilah mereka akhirnya melekat satu sama lain.Andaru menginginkan adik laki-laki tapi malah lahir Andini, lantas dia memanggilnya Didin, sebagai refleksi kekecewaan kala itu. Ketika Andini tidak doyan makan karena tumbuh gigi dan tiada o
Read more

BAB 76. FREE

"Wafa, Nyonya." Dia menunduk membuat sebagian wajahnya tertutup poni. Yara memindai tampilan sosok asing di hadapan. Tinggi, tegap, rambut lurus, hidung tegak persis gambaran Andaru, body goal. Seksi nan sensual sebagai pria. Tapi, ada yang aneh dengan salah satu bagian wajahnya. Fa, menguncir helai rambutnya tapi menyisakan poni lumayan menjuntai di bagian depan, seakan menyembunyikan sesuatu. "Saya kehilangan satu mata kiri saat ditolong Bos Daru, Nyonya. Beliau telah mengupayakan operasi dan masih mencari pendonor yang pas." "Saya korban penjualan manusia untuk diambil organ vitalnya, Nyonya. Kami berdua berhasil kabur dan masuk ke mobil beliau saat di Priuk." "Bos Daru dan Tuan besar lalu merawat kami berdua, menyekolahkan dan mengirim ke luar negeri untuk mengikuti pelatihan militer. Kemudian kembali ke tanah air bergabung dalam organisasi swasta dibawah naungan Badan Intelijen." "Kami melepaskan diri dan kini ada dibawah naungan GC, divisi IT sekaligus mentoring training p
Read more

BAB 77. DELIK KASUS

Andaru menarik Yara pindah ke mobilnya, dia ingin lebih intim menghabiskan waktu dengan sang istri sependek perjalanan mereka balik ke kantor."Malam ini Didin nginep di rumah kakek, besok dia balik ke Bandung, Ra. Mau jalan kemana?" tanya Andaru, menggenggam jemari istrinya."Kata beliau ke Kemayoran. Mas ikut?" balas Yara, menyandari bahu kiri suaminya. "Enggak. Pergilah berdua," sambung Andaru, meredupkan kaca depan saat akan melintasi portal GC agar Yara bebas bermanja hingga basement.Andaru mematikan mesin mobil, menarik napas panjang sambil membuka lengan kiri agar leluasa memeluk Yara. Berat berpisah meski hanya tersekat tembok ruangan juga sejengkal jarak, agar rahasia mereka tak lekas terbongkar.Dia ingin mempublikasikan hubungan dengan Yara tapi malah ditolak sekretarisnya itu. Yara bilang, urusan keluarga belum selesai. Ada Anton yang masih menjadi ancaman. Dia bahkan ingin pulang menemui kakeknya di Jogjakarta tapi menunggu waktu tepat.Andaru tak ingin memaksa, terapi
Read more

BAB 78. FOTO VULGAR RARA

"Kesayangan, ya?" ucap Yara, sambil merapikan semua peralatan dari atas kasur.Andaru menarik bantal Yara menempel padanya. Dia ingin mengobrol sedikit lebih lama sebelum tidur, membahas tentang pertanyaan Andini."Ra, ngomongin apa aja tadi sama Didin?" tanyanya ketika Yara mendekat."Tentang pilihan ... pake hijab tapi kelakuan buruk atau nggak berhijab tapi hati salihah," balas Yara, meringsut berbaring miring menghadap suaminya. "Pilih permen terbungkus atau terbuka, gitu ya?" sambung Andaru. "Terus, kamu jawab apa?" imbuhnya ikut berbaring menyamping berhadapan dengan Yara.Yara tertawa kecil. Andini juga mengatakan banyak opini perdebatan berkaitan itu. Salah satunya, berhijab adalah memang wajib dan akhlak bisa diperbaiki seiring waktu. Kalimat akrab yang kerap dijumpai di percakapan sehari-hari."Hijab adalah perintah Allah, gunanya sebagai tabir alias pelindung ketika kita beraktivitas di luar rumah tanpa didampingi mahram ... namanya wajib ya nggak bisa digantikan pakai huk
Read more

BAB 79. TERCIDUK

"Engh, nganu, Ndoro," sebut Wartini ragu menyebutkan identitas tamunya. "Iya, siapa?" ulang Brotoyudho lagi, perlahan menggeser maju duduknya sebelum dia bangkit.Budi langsung bergegas menuju pendopo inggil, memastikan keperluan tamu juragannya sebelum Brotoyudho menemui mereka.Jamila paham siapa tamu di depan, sebab Jazli menyelipkan pesan telah memberikan alamat kediaman sang kakek, agar dua orang petugas yang menangani kasus Yara dapat bertemu Andra alias Anton, pamannya.Ibu kandung Yara lantas membereskan belasan lembar foto yang dia peroleh dari Andaru melalui putra sulungnya itu. Setelah rapi dan memastikan tiada yang tercecer, dia masuk ke kamar, mengamankan bukti di tempat berbeda.Budi sedikit terkejut melihat tanda pengenal yang diperlihatkan kedua pria matang di hadapannya. Lelaki itu bergegas masuk ke hunian utama lagi untuk menjemput Brotoyudho.Langkah panjang sang asisten disinyalIr Brotoyudho sebagai situasi nan mendesak., wajah senja itu mendadak tegang terlebih s
Read more

BAB 80. TULAH

Jamila langsung mendekap raga sang ayah yang ambruk tepat disampingnya. Dia berteriak agar Budi ikut menopang tubuh Brotoyudho."Innalilahi!" jerit Jamila. "Paaaak, lekas," pinta wanita ayu, melihat ke arah asisten ayahnya."Biar sama saya," ujar Budi, langsung membopong Brotoyudho menuju kamar beliau.Wartini diminta Jamila untuk memanggil dokter langganan sang ayah. Dia kini cemas, deraan peristiwa ini tak lagi mampu dilaluinya.Jamila menggenggam erat jemari ayahanda sambil menciumi takzim. Baktinya sangat kurang tapi dia berdiri ditengah persimpangan jalan keputusan yang rumit. Mana yang harus dibela, adik atau anaknya.Budi membaca kecemasan serta penyesalan Jamila. Dia lantas ikut bicara selagi majikannya masih belum siuman."Ndoro, maaf," ucapnya lembut, menatap punggung Jamila seakan ingin memberikan usapan. Dia masih berdiri di bagian pangkal ranjang kuno. "Bu Mila," sebutnya lagi, merubah panggilan.Jamila tetap di posisi semula. Dia ingin menyatakan bahwa kini dirinya akan
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status