Beranda / CEO / PESONA ISTRI RAHASIA CEO / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Bab 91 - Bab 100

115 Bab

BAB 91. TEKA TEKI JODOH

Jazli membawa mobilnya keluar pelataran Multazam. Dia lalu mengarahkan kendaraan roda empat itu menuju kediaman sahabat lama ketika sekolah dasar dulu.Kebetulan, dia sedang ada di Semarang dan Jazli ingin mengobrol sejenak dengan pengusaha muda itu. Selain membahas masalah kegundahan hati juga tentang taktik jitu marketing agar bertahan berjualan di platform online.Baru saja mobilnya memasuki pelataran kediaman Magenta, dirinya telah disambut oleh si empunya rumah.Lambaian tangan Maghala jelas terlihat saat lampu mobil menyorotinya. "Liiiii!" sapa Ghala menghampiri Jazli."Maa sya Allah, bapak muda makin klimis aja," balas Jazli, saat membuka pintu mobilnya.Keduanya sama terkekeh lalu memeluk sesaat sebelum Maghala mengajak sang tamu masuk hunian. Namun, Jazli menolak halus ajakan Ghala, dia lebih suka duduk di teras agar leluasa bicara."Pripun kabare, Gus. Allahu, nggak mungkin kalau para Yai belum ngejer-ngejer antum. Kata Kak Mada, sudah di nadzor untuk cucu jimat Multazam," ke
Baca selengkapnya

BAB 92. ISYAROH

Kediaman Jaedy menerima kiriman beberapa hantaran dari seseorang untuk si tuan rumah, tepat pukul 6 pagi. Dini mewakili Jazli sebab majikannya itu masih di kamar. Biasanya Jazli keluar dari bilik setelah duha, sekitar jam 7 dan langsung menuju tempat para pekerja disamping kediaman utama, mengawasi serta memeriksa semua pekerjaan.Dini menata semua bingkisan itu di atas meja makan dibantu oleh mbok Darmi. Tak lama, Jazli keluar untuk meminum nabeez yang sudah disiapkan sang asisten rumah tangga.Pria yang lebih suka memakai sarung dan koko dalam beraktivitas itu melihat kedua wanita sibuk di sana. Dia pun mendekat."Banyak amat makanannya, Mbak. Darimana?" tanya Jazli, melirik ke arah Dini."Tadi khidmah Multazam datang bawa dua rantang lauk dan kue. Saya bilang Den Mas masih duha ... mereka langsung pergi lagi, cuma nganter ini doang," jawab Dini, menunjuk dua tentengan di atas meja."Lah, pasti karena semalam. Tolong bagikan ini untuk yang kerja aja, Mbak. Daripada mubazir sebab sa
Baca selengkapnya

BAB 93. NING VS GUS

Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Jazli, dia bergegas menuju ruang makan guna menyantap hidangan yang telah mbok Darmi siapkan."Den, mimpi apa tadi? tangan mbok sakit kena pukul," keluh Darmi, sambil mengusap punggung tangan kanan. "Tanggung jawab!" sodornya.Jazli yang masih mengunyah makanan, mendongak. "Heleh, kena tampol dikit doang, Mbok. Diomelin mama lebih sakit, tapi malah nggak suka protes," sindirnya menyeringai tipis.Darmi memanyunkan bibirnya lalu kembali berceloteh menanyakan mimpi Jazli, dia sangat penasaran sebab majikan mudanya itu berbicara bahasa asing.Jazli enggan membuka apa yang sedang menjadi kegelisahan hati kecuali pada ibunya. Dia lantas meminta mbok Darmi menceritakan sosok adik Faiqa."Ning Dian itu baru masuk kuliah. Katanya jarang ada di rumah sebab kegiatannya padat di luar. Mbok nggak begitu kenal sebab takut di cuekin," ujar Darmi, wajahnya berubah masam."Maksudnya dicuekin bagaimana?" tanya Jazli penasaran."Pernah mau minta salaman, dia nggak m
Baca selengkapnya

BAB 94. JATUH CINTA DENGAN PARFUMNYA

"Dian, minta maaf sama Mbakmu," ujar Fathan. Dia menarik lengan si pengais bungsu agar menghadap Faiqa. "Kamu, Abi hukum wajib temani umma Burdah setiap Rabu dan Kamis sore selama dua pekan," ucapnya. Dia langsung mendapat cubitan di lengan oleh Dian sementara senyum manis dari Faiqa."Dih, banyak amat, Bi. Nggak adil!" sungut Dian yang sangat antipati menemui para jama'ah ibunya."Kamu make barang-barang Yasmin tanpa izin. Abi nggak pernah ajarkan itu, Dek!" tegur sang Ayah dengan wajah serius. "Lagipula, belajar ramah sama orang, kamu bukan hidup di hutan!" Dian menunduk, Fathan adalah kelemahannya. Dia tak ingin melihat kemarahan di wajah tampan sang ayah, lelaki penyayang dan penuh cinta kasih.Fathan juga masih memanjakannya bagai anak SD. Bakal jadi mimpi buruk bila dia sampai kehilangan perhatian dan kasih sayang sang ayah."Aku dah izin, mungkin Mbak nggak dengar," cicitnya sedikit takut ketika tatapan Fathan masih tajam melihatnya.Faiqa hanya menggeleng kepala dan berjalan k
Baca selengkapnya

BAB 95. FAKHIRA DIAN

"Ana-," lirih Faiqa, mencuri pandang ke arah sang nenek, seakan meminta restu.Qonita yang duduk di sebelah Faiqa, mengusap punggung cucunya pelan, lalu mengangguk samar seraya tersenyum. Jazli memasang telinga seksama, jawaban ini sedikit banyak akan mempengaruhi pandangannya terhadap sosok gadis itu."Ana bersedia mendengarkan dan bilamana aib itu tidak pantas dikisahkan, sebaiknya ditahan ... namun, bila berkaitan dengan Gus Ali, mohon izin agar beliau yang menyampaikan hal tersebut langsung pada ana, Nyai, afwan jiddan." Faiqa bertutur pelan, masih dengan menundukkan kepala."Kalau Allah saja menutupi, mengapa harus diceritakan, Umma? ... andaikan diketahui setelah menikah, tentu diupayakan solusinya bersama-sama," sambar Dian.Jamila melihat kedua gadis dihadapannya masih dengan senyum mengembang. Pendapat keduanya tak salah tapi memiliki makna tersendiri dibenak janda Jaedy ini.Jamila lalu menyilakan Jazli untuk bicara, agar mengetahui keteguhan hati masing-masing. Lelaki kale
Baca selengkapnya

BAB 96. BELUM SANGGUP

"KAAAAKKKK!" teriak Yara, memukul kaki Jazli sampai Andaru ikut terbangun dan tergopoh mencari sumber suara. "Raaaa?!" Andaru gegas mencari istrinya itu.Jazli terlonjak kaget. Peluh berkilat bagai hamparan mutiara terpapar mentari, menghiasi dahi pria kalem yang baru bangun tidur. "Astaghfirullah," gumamnya, mulai duduk tegak."Dibangunin kok susah amat, malah tambah gelisah tidurnya!" Yara berbalik badan sambil menyeret lengan Andaru yang berdiri di pintu. "ASAAARR! ... DIAN MULU!" sungut Yara, melirik tajam ke arah Jazli."Mas pun! tidur terooosss!" omel nyonya Garvi mendapat gelengan Jamila yang berpapasan dengannya di depan lawang kamar Jazli."Nduk!" tegur sang mama, tak suka bila Yara bersuara tinggi saat bicara dengan Andaru. "Yang sopan, Mas-mu masih lingung itu." Jamila lantas melihat Jazli dari depan pintu, dia sampai tak sempat melepas mukena ketika mendengar teriakan Yara yang memekakkan telinga. Untunglah Brotoyudho sedang jalan-jalan diluar dengan Budi sehingga jantun
Baca selengkapnya

BAB 97. PILIHAN JAZLI

Faiqa memandang sendu kediamannya dari kaca spion mobil sang kawan. Dua hari kiranya cukup untuk menghunus asa hingga ke palung hati agar ketika kembali nanti, dia lebih siap.Bagaimanapun sikap dan perangai Dian, gadis itu tetaplah saudara sekandung. Mungkin, hidup adiknya bakalan lebih teratur di bawah bimbingan Jazli. Meskipun, tak dipungkiri diri sendiri jua memimpikan arahan dari sosok imam yang sama.'Bukankah keberadaan tulang rusuk itu takkan pernah salah tempat? ... ya Allah, Engkau Maha Tahu kefaqiran hambaMu. Bisakah kuminta dia sekali ini saja dari catatan lauhul mahfud?'Faiqa larut dalam suasana dinginnya jalanan juga pikiran."Yasmin, dapat salam dari Gus Haikal. Beliau belain bikin acara reuni di Rusia demi liat kamu hadir," kata salah seorang kawan, yang duduk di depan."Alaika wa 'alaihis salaam. Gelar masternya sudah selesai?" balas Faiqa."Belum," jawabnya singkat."Haikal nungguin kamu kayaknya itu di sana. Kenapa nggak lanjutin aja sih, ke kampus yang sama, Yas?"
Baca selengkapnya

BAB 98. KALUT

Fathan melongok ke ruang tamu. Dia langsung memakai kopiahnya lagi dan menyambut tamu mereka. Rasa hati sudah tak karuan ketika dia melihat dua orang pria lembaga sosial menyambangi rumahnya saat ini. Fathan tersenyum getir pada para tamunya. "Wa alaikumussalaam, Gus, Kang," jawab Fathan, menyilakan mereka masuk.Fatima terpaksa mendampingi sang suami setelah memanggil ibunya untuk turut serta. Dia hanya bisa menunduk ketika Fathan menyilakan dua pria itu bicara lebih dulu.Salah seorang pria berjenggot mengangkat suara. Dia mengatakan bahwa komunikasi mereka belum dapat tersambung maksimal sebab para relawan terpencar. Ada yang tertimpa reruntuhan dan sedang di evakuasi. "Jadi Dian bagaimana?" tanya Fathan. Dia menegakkan duduk sembari mengerutkan kedua alisnya."Ning Dian terakhir itu menuju tenda yang paling ujung. Tanda pengenalnya tercecer di puing reruntuhan. Tapi, kami belum bisa menemukan beliau, Yai," ucapnya sendu, sambil menunduk.Jazli ikut menengadah, dia pun melihat k
Baca selengkapnya

BAB 99. AKU DATANG

Fathan melepas menantu dan besannya pergi. Dia kini memeluk Fatima lalu memilih menunaikan dua rakaat sunah agar lebih tenang.Keluarga Jaedy pun tiba kembali di kediaman mereka. Yara langsung menyiapkan barang-barang penting untuk di packing Jazli ke dalam ranselnya. Aryan serta Andini yang baru saja tiba di kediaman Jaedy pun dibuat heboh dan bertanya-tanya pada Andaru. Menantu Jamila itu lantas menceritakan tentang kehebohan ini."Dadar, siapa dia? cakep amat!" bisik Andini ketika melihat Jazli sedang melepas jas yang menutupi sebagian jubahnya di ruang keluarga. "Jazli Saheel, hafidz eh beliau nyebutnya Hamilul Qur'an, ngapa lu liatinnya gitu?" jawab Andaru, saat duduk disamping Andini."Dah punya gebetan belum?" tanya Andini, tak melepas pandangan mengikuti setiap gerak-gerik Jazli."Telat, 20 menit yang lalu baru nikah sama anak Yai," balas Andaru berbisik. "Lagian gue nggak bakal restuin lu meski dia jomblo, kagak ada ceritanya adik naik jabatan jadi kakak ... Ara masih pantes
Baca selengkapnya

BAB 100. GETTING CLOSER

"Geser dan topang pelan-pelan agar tidak ambruk lagi," titah relawan saat menyingkirkan bebatuan yang menghalangi pandangan ke dalam reruntuhan, dibantu tentara kemanusiaan.Perlahan-lahan tubuh para staf itu lebih jelas terlihat, beberapa anak-anak, juga manula satu per satu di keluarkan dari bunker.Rupanya lima orang petugas ACT, Dian dan pengungsi lokal menemukan bunker di dalam bangunan tempat mereka berlindung. Tapi, karena kehabisan sumber air dan makanan, para korban ditemukan dengan kondisi lemas."Alhamdulilah, Ning ... Alhamdulillah," ucap salah satu fasilitator ACT yang mengajak putri Yai tersebut, saat melihat Fakhira Dian masih bernapas meski sangat lemah.Kondisi Dian terbilang cukup parah. Dia pingsan, mendapat luka di tulang selangka, bila dilihat dari noda darah pada hijab dan kaki kirinya cedera. Dehidrasi akut, demam, saturasi napas yang pendek akibat menghirup debu tebal, dan kekurangan pasokan oksigen menjadi ancaman serius bagi keselamatan Dian.Putri Fathan itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status