Home / Pernikahan / My Cassanova Husband / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of My Cassanova Husband: Chapter 141 - Chapter 150

174 Chapters

139. Menghadapi Dua Perempuan

Auriga mengacak-acak rambutnya sendiri sembari memperhatikan dua perempuan yang amat berarti dalam hidupnya, sedang tertawa bersama-sama di atas tempat tidur. Mereka mengobrol dengan riang.Saat mereka melirik Auriga, keduanya tiba-tiba diam dan membuang muka dengan ketus, lalu kembali tertawa berdua, seolah-olah mereka tidak menganggap keberadaan Auriga sama sekali.“Hey… kalian bahagia nggak ajak-ajak ya? Lagi bahas apa, hm?” Auriga menghampiri tempat tidur dengan penuh harap. Ia ingin memperbaiki kembali hubungan mereka bertiga.Namun, kedua perempuan itu hanya menatapnya dengan wajah ditekuk, tanpa eskpresi.“Mami, ayo kita tidur,” ajak Aurora tiba-tiba, lalu menguap. “Aku ngantuk.”“Ayo. Mami Lavina juga ngantuk nih.” Lavina ikut-ikutan menguap, entah hanya berpura-pura atau memang benar-benar mengantuk.“Baiklah, Daddy juga mau tidur,” timpal Auriga seraya duduk di sisi kasur di samping Aurora. “Walau sebenarnya Daddy pengen ngobrol sama kalian berdua, tapi—”“Aku nggak mau tidu
Read more

140. Cemburu Membakar Hati

"Aku maunya ini,” gumam Auriga, lalu tanpa diduga-duga ia menyentuh dagu Lavina dan mendaratkan bibirnya di atas bibir perempuan itu, memberinya ciuman yang lembut hingga membuat Lavina membeku kaku.Meski tidak rela, Auriga terpaksa menyudahi pagutannya karena ia khawatir Aurora akan menyaksikan mereka.Auriga menatap Lavina seraya tersenyum lembut, pipi wanita itu tampak merona-rona.“Kalau Mas pikir ciuman barusan bisa merayuku dan membuatku berhenti marah, Mas salah. Ciuman Mas nggak ngasih efek apa-apa,” gerutu Lavina sambil kembali menyibukkan diri mengambil susu kotak dari dalam kulkas.“Kalau begitu, apa kamu mau yang lebih berpengaruh lagi?”“Nggak. Terima kasih. Aku nggak bakal mudah dirayu sama—”Ucapan Lavina tiba-tiba terhenti saat Auriga menarik tengkuknya dan memagut bibirnya kembali dengan ciuman yang lebih dalam dan intens.Lavina merasakan jantungnya berdetak cepat. Tak hanya penuh dengan kelembutan dan kehangatan, tapi ciuman itu pun mampu memporakporandakan benteng
Read more

141. Halusinasi

Auriga, Lavina dan Aurora menghabiskan liburan yang tak terlupakan selama satu bulan di Korea. Mereka menjelajahi kota-kota yang indah, menikmati keindahan alam, dan merasakan kehangatan budaya Korea.Selama liburan itu, keluarga kecil ini mengeksplorasi tempat-tempat ikonik seperti istana tradisional, taman berbunga yang memesona, dan tentu saja, mencoba berbagai hidangan lezat negara tersebut. Ketiganya menikmati momen indah itu bersama-sama dengan penuh kebahagiaan.Sayangnya, waktu berjalan begitu cepat. Ketika akhirnya hari kepulangan tiba, Auriga dan Aurora harus kembali ke Indonesia.Sedangkan Lavina masih memiliki tanggung jawab kuliah yang harus diselesaikan di Korea.Meskipun berat hati, mereka harus berpisah untuk sementara waktu. Lavina kembali beraktifitas sebagai seorang mahasiswa. Dan di semester ini, ia tidak bekerja paruh waktu karena ia yang harus fokus pada laporan tesis yang harus ia selesaikan tepat waktu.Dan hari ini, sudah satu bulan berlalu sejak mereka berpis
Read more

142. Tetangga

“Astaga… apa ini benar-benar nyata? Aku nggak lagi mimpi, ‘kan? Nggak mungkin aku bisa sampai segila ini karena—aaah!”Teriakan Lavina menggema di dalam kamar saat Auriga tiba-tiba menariknya, hingga dalam sekejap mata Lavina terjatuh ke atas kasur, Auriga menindihnya.Bahkan, belum sempat Lavina memahami apa yang terjadi, pria berkaos putih itu tiba-tiba membungkam mulut Lavina dengan bibirnya, memberinya ciuman yang kasar dan liar dengan napas yang terasa memburu. Seolah-olah melalui ciuman itu Auriga tengah melampiaskan rasa rindunya yang menggebu.Lavina mengerang pelan saat Auriga menggigit bibir bawahnya, pria itu sama sekali tidak memberinya jeda untuk bernapas.Merasakan betapa liarnya ciuman Auriga, Lavina semakin yakin bahwa saat ini ia sedang tidak bermimpi.Pria itu, suaminya yang ia rindukan benar-benar ada di hadapannya, sedang memeluknya.Rasa rindu Lavina semakin terpacu, ia memejamkan mata dan mengalungkan lengan di leher Auriga seraya membalas pagutan pria itu dengan
Read more

143. Kejutan

“Benar.” Park Min Ju tampak tersenyum canggung. “Aku ingin memastikan kalau lampu kamarnya sudah tidak ada masalah lagi, dan saluran airnya sudah berfungsi dengan normal.”Kening Auriga berkerut semakin dalam. “Lampu kamar dan saluran airnya rusak?”“Benar.”“Kau yang membetulkannya?”“Ya, saya selalu berusaha siap saat Lavina membutuhkan pertolongan.”Kata-kata Park Min Ju memang diucapkan dengan ramah, tapi itu justru membuat dada Auriga seketika dilalap api cemburu.Membayangkan ada lelaki lain yang masuk ke apartemen istrinya dan mereka hanya berdua di dalam, membuat darah Auriga terasa mendidih. Namun, ia berusaha mengontrol diri di depan Park Min Ju.“Terima kasih banyak sudah membantu istriku. Kau tetangga yang sangat baik,” puji Auriga sambil menekankan kata tetangga, agar Park Min Ju sadar bahwa dia hanyalah tetangga Lavina. Tidak lebih.“Tapi kau tidak perlu khawatir, saluran air dan lampunya sama sekali tidak ada masalah lagi. Kau tidak perlu memeriksanya ke dalam," lanjut
Read more

144. Ingin Begini Dulu

Grup chat keluarga Ivander.Auriga: [Mengirim gambar hasil USG Lavina]Mommy: Bang, Lavina hamil?!!Archer: Siapa yang hamil?Mommy: Lavina dong, Kak! Siapa lagi?Archer: Oh. Kali aja wanita lain, Mom.Mommy: Hush! Jangan sembarangan ngomong.Mommy: Abang kenapa tiba-tiba menghilang? Tanggung jawab dong! Jangan bikin Mommy penasaran. Lavina benar-benar hamil?Cassie: Tahu, tuh. Habis bikin orang penasaran malah kabur.Archer: Sengaja kayaknya bikin kita penasaran. Mau berubah jadi orang misterius dia.Auriga: Sorry, barusan ada perlu dulu sama istri.Archer: Urusan apa? Bikin kusut seprai?Cassie: Kak Archer! Kamu lupa adikmu ini masih suci?Archer: Oops! Jomblo nggak diajak.Cassie: Jahat!Mommy: Abang ke mana lagi? Kok ngilang lagi? Ini gambar USG Lavina, kan?Auriga: Yes, Mommy. Lavina hamil baru 7 minggu.Mommy: Ya Tuhan… Serius?Auriga: Serius, Mom.Mommy: Selamaaaat ya Bang dan menantu Mommy! Aduh, Mommy sampai gemetar ini ngetiknya. Tunggu, Mommy mau nelepon Lavina sekarang.Au
Read more

145. Mengidam

Auriga memejamkan mata sejenak dan berusaha mengatur napas. “Jangankan memelukku begini, aku cuma lihat kamu jalan di depanku pakai pakaian tertutup saja sudah membuat dia bangun,” gumamnya pasrah.Namun, Lavina tidak menghiraukan gumaman sang suami. Ia justru malah semakin mengeratkan pelukannya dan mengecup punggung Auriga, yang membuat pria itu semakin menegang.“Love, please…,” bisik Auriga dengan suara yang mendadak berubah berat.“Apa? Aku nggak ngapa-ngapain, kok. Cuma meluk kamu doang, Mas.” Lavina menempelkan pipi di punggung Auriga. “Oh ya, Mas. Habis makan aku pengen beli es krim, ya!”Auriga mematikan kompor, lalu ia berbalik menghadap Lavina dan memeluk pinggangnya. “Oke,” jawabnya sambil mengerjap. “Apapun akan kulakukan untukmu.”Lavina tersenyum dengan riang, seperti anak kecil yang dikabulkan keinginannya oleh orang tuanya. Ia berjinjit dan mendaratkan bibirnya di atas bibir Auriga, hingga pria itu tampak membeku dengan ekspresi menegang.Buru-buru Lavina melepaskan d
Read more

146. Berusaha Membujuk

“Dulu, Mas gini juga nggak ke Kak Flora?”Auriga mengerjap.Pertanyaan Lavina terdengar lebih horor ketimbang cerita hantu yang paling menakutkan sekalipun.Dengan susah payah Auriga menelan saliva, kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas.“Untuk apa kamu bertanya masa lalu, hem?” Suara Auriga terdengar lembut, jemarinya mengelus pipi Lavina.“Ya tinggal jawab aja sih, Mas. Aku ‘kan penasaran.” Lavina mengerjap lucu. “Iya atau nggak? Jawab, Mas.”“Sayang….” Auriga mengubah posisi duduknya menjadi lurus menghadap Lavina, satu kakinya terlipat di atas sofa, dan kaki yang lain turun ke lantai. “Apa yang terjadi di masa lalu, sudah nggak bisa aku ubah lagi. Tapi seperti yang pernah aku bilang, aku bisa memperbaiki saat ini dan masa depan.”“Mas ini kok bahasannya kesitu sih. Kayak yang mau menghindar, tahu.”“Lav….”“Aku pengen tahu gimana waktu kehamilan Aurora, Mas,” ucap Lavina lagi dengan wajah memelas. “Mas pasti bahagia banget ya waktu Mas mau punya anak pertama. Soalnya sekar
Read more

147. Caramu Mencintai

Lavina terdengar menghela napas berat, dan ia diam saja dalam pelukan Auriga. Tidak memberontak, tapi juga tidak membalas pelukannya. Itu membuat Auriga merasa kehilangan.Auriga berkata, “Malam ini kita tidur dalam keadaan gelap saja, ya? Kamu nggak takut kalau—”“Kamu sengaja matiin lampunya, Mas?” sela Lavina seraya melepaskan diri dari pelukan Auriga.Auriga mengerjap.“Di gedung apartemen sebelah nyala, lho. Mas pikir aku bodoh, apa.”“Eh, itu….” Auriga meringis seraya mengusap tengkuk. Lantas mengikuti Lavina yang berjalan menuju meteran listrik di dekat pintu. “Iya, aku memang sengaja melakukannya, Love, supaya kamu keluar. Aku kangen kamu.”Lavina hanya berdecak lidah. Kemudian ia menyalakan meteran listrik tersebut, hingga rumahnya seketika terang benderang. Sekarang Auriga bisa melihat dengan jelas ekspresi Lavina yang masih tampak ditekuk.“Yah… mati lagi, ‘kan? Gara-gara kamu sih, Mas, lampu di kamar aku jadi mati lagi,” gerutu Lavina dengan bibir cemberut.Pandangan Aurig
Read more

148. Hadiah Untuk Aurora

“Love, kamu nggak pengen sesuatu gitu?”Lavina yang tengah mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk, menggeleng. “Nggak, Mas. Kenapa?”“Sejak kamu ngidam es krim campur saos tomat, sampai sekarang kamu nggak ngidam lagi.” Auriga berkata sambil mengeluarkan baju miliknya dan baju Lavina dari dalam lemari.“Ooh… nggak pengen aja kali, Mas.”“Serius?”“Hm.”Auriga menaruh pakaian untuk mereka berdua di atas kasur, lalu masih dengan handuk putih yang melilit pinggang Auriga menghampiri Lavina, diraihnya hairdryer yang baru saja Lavina keluarkan dari dalam laci.“Aku bantu keringkan rambut kamu, Lav. Duduk di sini,” kata Auriga, ia mendorong bahu Lavina dengan lembut dan mendudukkannya di kursi meja rias, menghadap cermin.Lavina menurut. Pipinya tersipu-sipu saat menatap Auriga yang berdiri menjulang tinggi di belakangnya.Pria itu sempat melirik Lavina melalui cermin seraya menunduk, lalu tersenyum kecil, sebelum ia kembali fokus pada rambut basahnya.Andai Auriga tahu, matanya ya
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status