“Love….” Auriga duduk menghadap Lavina. “Kita bisa membuat ruangan yang sederhana dan hangat, tapi dengan gaya yang klasik dan elegan, Sayang.”“Mas ini kenapa sih, selalu ujung-ujungnya yang elegan, elegan dan elegan.” Lavina merotasi matanya dengan malas. “Mas tahu? Gaya yang kayak gitu nggak cocok buat kamar anak-anak, Mas.”“Tapi kita bisa diskusiin ini sama Mommy,” timpal Auriga, “Aku yakin, dengan kemampuan Mommy, gaya yang klasik itu akan disukai anak kita.”“Aku bilang nggak suka ya nggak suka, Mas….” Lavina bersikukuh, keceriaan di wajahnya perlahan memudar. “Mas ini kenapa, sih? Selalu mentingin kemauan Mas daripada anak kamu.”“Oh ya?" Kening Auriga berkerut. “Memangnya kamu pikir, desain yang kamu mau juga kemauan anak kita?” Auriga menggeleng. "Bukan. Itu bukan kemauan anak kita, tapi kemauan kamu,” tandas Auriga, yang membuat Lavina tertohok.Raut muka Lavina terlihat semakin keruh. Ucapan Auriga barusan yang terdengar tegas membuat hatinya yang sedang sensitif itu tercu
Last Updated : 2023-12-07 Read more