Semua Bab My Cassanova Husband: Bab 131 - Bab 140

174 Bab

129. Sensitif

Auriga mengulum senyum seraya bersedekap dada, matanya memandangi Lavina yang tampak cemberut dan sedikit-sedikit menggerutu oleh hal-hal kecil yang menurut Auriga tidak perlu dipermasalahkan.“Apa lihat-lihat? Kalau menurut Om aku jelek, nggak usah dipelototin terus,” gerutu Lavina lagi dengan bibir merengut. Kemudian ia pergi lagi meninggalkan Auriga.Auriga terkekeh-kekeh dan menyusul Lavina. Saat ini keduanya baru selesai makan siang dan Auriga cukup terkejut melihat Lavina yang makan dengan lahap, bahkan tidak cukup makan satu porsi.“Kamu cantik,” bisik Auriga di dekat telinga Lavina. “Kamu wanita paling cantik nomor satu di mataku.”“Cuma di mata Om doang, ‘kan? Entar kalau matanya kelilipan aku bakal jadi jelek.”Auriga kembali tertawa, dia melingkarkan tangan di pinggang Lavina. Auriga sudah berpengalaman mengenai segala hal tentang wanita. Maka dari itu, ia tidak begitu kaget mendapati Lavina yang sedang PMS. Dan menurut Auriga, di kala marah-marah seperti sekarang, Lavina t
Baca selengkapnya

130. Lavina Cemburu

Kehadiran Auriga di sisinya membuat hari-hari Lavina terasa lengkap. Begitu pula dengan sikap Auriga yang penuh perhatian dan selalu memperhatikan hal-hal kecil untuk Lavina, membuat Lavina tak hanya merasakan perhatian sosok suami, tapi juga ia merasakan sosok ayah dalam diri pria itu.Setelah beberapa hari menikmati kota Seoul layaknya warga lokal, hari ini Lavina dan Auriga pergi ke sauna. Sauna adalah sebuah ruangan dengan suhu panas dan kering, yang digunakan untuk membantu mengeluarkan keringat dan membakar kalori.Lavina mengenakan bathrobes putih. Sementara Auriga hanya memakai handuk putih yang melilit pinggang, membuat otot dada, lengan dan perutnya terekspose sempurna. Keduanya duduk berdampingan di sebuah kursi kayu, dalam ruangan panas yang dikelilingi dinding kayu pula.Lavina menarik napas dalam-dalam, merasakan panas memenuhi setiap pori-pori kulitnya. “Mas, setelah satu bulan liburan di sini, kamu mau kembali ke Jakarta?” tanya Lavina, yang sebenarnya tak ditanyakan p
Baca selengkapnya

131. Surprise

“Om, kita mau ke mana, sih?” tanya Lavina untuk ke sekian kali semenjak Auriga mengajaknya keluar dari hotel siang ini.“Ke suatu tempat, yang akan membuatmu bahagia malam ini.” Auriga tersenyum penuh arti, yang membuat Lavina tiba-tiba merasa waspada.“Om nggak akan mengajakku ke tempat aneh, ‘kan?” tudingnya curiga.Auriga hanya tertawa hingga menampilkan sederet giginya yang rapi. Bahunya sedikit berguncang. Lalu mengacak rambut Lavina dengan gemas. “Kalau aku mau aneh-aneh, nggak perlu bawa kamu keluar. Cukup melakukannya di dalam kamar saja.”“Ish! Aku serius,” gerutu Lavina dengan bibir cemberut.Auriga sempat melihat ke arah sopir yang fokus mengemudi.Lantas Auriga mendaratkan bibirnya pada bibir Lavina, memagutnya dengan penuh kelembutan, sejenak. Yang membuat Lavina sempat menahan napas.“Nanti kamu akan tahu. Sebentar lagi kita sampai,” ucap Auriga, sesaat setelah menjauhkan wajahnya seraya tersenyum lembut.Lavina mengangguk kecil sembari menyembunyikan pipi yang memerah d
Baca selengkapnya

132. Lihat Aku, Love

"Pokoknya dia lebih ganteng daripada yang aku lihat di layar. Dia juga ramah dan—”“Malam ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku membawamu nonton konsernya Jung Kook,” sela Auriga, yang membuat Lavina seketika menoleh ke arahnya dengan bingung.Lavina melihat rahang pria itu mengeras dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba kusut. “Kenapa memangnya? Kan beberapa bulan ke depan bakal ada konser lagi. Aku mau-Aaah…!” pekiknya tiba-tiba saat Auriga menarik tubuhnya ke dalam pelukan.Auriga menunduk, menatap Lavina dengan tatapan mengintimidasi. “Jangan memuji lelaki lain di hadapanku terlalu berlebihan, Sayang,” bisiknya dengan nada tegas. “Dan apa kamu bilang? Penyanyi K-Pop itu ganteng?” Auriga tersenyum miring. “Malam ini, akan aku buat kamu mengaku bahwa hanya aku lelaki yang harus kamu lihat.”Lavina menelan saliva dengan perasaan yang mendadak tidak enak. “Mas, a-aku nggak bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku memuji Jung Kook karena aku ngefans sama dia.”Auriga menarik Lavina mema
Baca selengkapnya

133. Aku Mencintaimu

Auriga berbaring miring, menopang kepala dengan satu tangan. Matanya berkedip pelan dan tak berhenti memandangi Lavina yang masih terlelap dengan damai.Tangan Auriga yang terbebas kemudian terulur, menyentuh pipi Lavina yang lembut dengan gerakan seringan kapas.Tatapan Auriga tertuju pada bulu mata lentik Lavina, di dalam kelopak itu ada sepasang mata yang indah, yang membuat Auriga selalu ingin menatapnya lebih lama.Pandangannya kemudian turun pada hidung Lavina yang tinggi dan kecil. Lalu berakhir pada bibirnya, yang tampak merah merekah meski sama sekali tidak dipoles lipstik. Bentuk bibirnya yang kecil dan tebal itu membuat Auriga kesulitan menelan saliva. Ia candu dengan bibir itu. Bibir yang semalaman penuh memanggil nama Auriga disela-sela desahannya.“Damn!” umpat Auriga seraya memejamkan mata, ketika aktifitas panasnya dengan Lavina tadi malam kembali memenuhi kepalanya.Lavina bagai morfin, yang membuatnya candu hingga Auriga merasa tidak ingin berhenti. Setelah satu tahu
Baca selengkapnya

134. Pertemuan Kembali

“Mas? Aurora di sini?” tanya Lavina dengan terkejut, tanpa mengalihkan tatapannya dari anak kecil yang tengah memeluk boneka, duduk berdampingan dengan seorang wanita paruh baya. “Itu Bik Nimah, kan?”“Iya, Sayang. Aku membawa Aurora ke sini.” Auriga merangkul bahu Lavina dan mengecup puncak kepalanya.Mendengarnya, mata Lavina seketika berbinar-binar. Ia menoleh pada Auriga dan tersenyum lebar. “Mas! Jadi ini kejutan yang mau kamu kasih ke aku?”“Hm-hm.” Auriga mengangguk dan mengerjap pelan. “Gimana? Kamu terkejut? Sepertinya kamu terlihat senang bertemu Aurora, Love.”Lavina terkekeh kecil. “Aku kangen Aurora, Mas,” ucapnya seraya menepuk dada Auriga. Ia akan mendekati Aurora, tapi Auriga menahan lengannya, yang membuat Lavina menoleh dengan bingung. “Kenapa?”“Aku nggak yakin dengan hal ini, tapi… sikap Aurora mungkin akan membuatmu bingung. Sudah aku bilang sebelumnya ke kamu, Love, sejak hari itu Aurora berubah jadi murung.”Helaan napas Lavina terdengar berat, ia bisa melihat k
Baca selengkapnya

135. Anak Yang Kesepian

Pipi Lavina seketika merona merah.Sementara itu Gendarly memutar bola matanya dengan malas, lalu melepaskan pelukannya. “Kalau sampai kamu membuat menantu Mommy terluka lagi, Mommy yang akan langsung turun tangan,” tegas Gendarly sembari mencubit lengan Auriga keras-keras.“Auwh! Sakit, Mom,” keluh Auriga sembari meringis. Cubitan ibunya terasa sangat menyakitkan. “Oke, aku janji nggak akan membuat Lavina terluka lagi. Janji, Mom. Aku bahkan berani berjanji di hadapan Tuhan. Sekarang jauhkan tangan Mommy.”Aurora terkikik melihat penderitaan ayahnya.Kemudian Gendarly melepaskan cubitannya.Auriga mengusap-usap lengannya dan bicara pada Aurora, “Kamu sepertinya senang sekali melihat penderitaan Daddy, ya?”Aurora mengulum senyum. Lantas ia kembali tertawa saat sang ayah mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi dan menggendongnya sambil mencium pipinya bertubi-tubi. Aurora tertawa geli karena pipi sang ayah terasa kasar.Melihat tawa Aurora, hati Lavina menghangat. Rasanya hidupnya telah kem
Baca selengkapnya

136. Keluarga Bahagia

Lavina mengerti, ia harus memberikan penjelasan pada Aurora. "Sayang, Mami Lavina pergi ke Korea karena Mami kuliah di sini. Maafin Mami karena dulu nggak sempat pamit ke kamu. Tapi, Mami janji, mulai detik ini Mami akan menemani kamu, Mami akan pulang ke Indonesia sesudah wisuda dan nggak akan meninggalkan kamu lagi tanpa memberitahu," jelas Lavina dengan yakin.Aurora menatap Lavina dengan tatapan penuh kekhawatiran, mencari kepastian dalam kata-kata yang baru saja didengarnya. "Mami nggak bercanda?"Lavina menggeleng mantap. "Mami serius. Dan Mami janji. Apapun yang terjadi, Mami akan selalu kembali ke kamu."Aurora perlahan mengangguk, dan Lavina merasa lega melihat senyuman kecil di wajah anak itu. Mereka tetap saling berpelukan, memberikan kehangatan satu sama lain. Lavina merasa dirinya bertanggung jawab untuk membuat Aurora merasa aman dan menstabilkan emosionalnya."Mami Lavina juga selalu kangen sama kamu, tahu? Di Korea, Mami selalu membayangkan wajah kamu dan rindu memeluk
Baca selengkapnya

137. Interupsi

Di dalam kamar yang hanya diterangi lampu tidur yang teronggok di atas nakas, Aurora terlihat sedang tertidur nyenyak. Wajahnya tampak polos dan napasnya teratur.Auriga yang melihat putrinya sudah terlelap, perlahan-lahan menyingkap selimut dari tubuhnya, kemudian bangkit tanpa menimbulkan gerakan yang berarti.Ia menurunkan kedua kaki ke lantai dan berjalan mengendap-ngendap keluar dari kamar tersebut. Ditutupnya pintu dengan amat sangat pelan.“Mas, Aurora udah bener-bener ti—”“Sssstt!!!” sela Auriga seraya menaruh jari telunjuk di depan bibirnya saat Lavina berbicara. “Kecilkan suara kamu. Nanti Aurora bangun.”Seketika itu juga Lavina melipat bibirnya ke dalam. Ia baru saja selesai mengobrol dengan ibu dan ayah mertuanya melalui telepon.Auriga menghampiri Lavina. “Di mana Bibik?” bisiknya, seakan takut suaranya akan membangunkan Aurora meski mereka tersekat dinding.“Bibik kayaknya udah tidur. Kenapa? Mau makan?”Auriga menggeleng.“Atau mau aku bikinin minuman hangat?” tanya L
Baca selengkapnya

138. Nakal

“Mami mana?” rengek Aurora lagi. “Aku mau tidur sama Mami, Dad.”“Mami di sini!” seru Lavina dengan ceria sambil menghampiri mereka.Aurora melepaskan diri dari pelukan sang ayah dan merentangkan tangan ingin dipeluk Lavina, membuat Lavina seketika tertawa lalu memeluk Aurora sembari berusaha menghiburnya.Auriga memperhatikan Lavina dengan lekat. Lalu menelan saliva dan mengembuskan napas frustrasi.***“Akhirnya sang pangeran dan putri pun menikah. Lalu mereka hidup bahagia selama-lamanya,” ucap Auriga dengan suara lembut, ia baru saja menyudahi dongeng yang ia ceritakan untuk Aurora. Dongeng yang sudah ada di luar kepala, karena hampir setiap malam Auriga menceritakan dongeng pangeran dan putri tersebut sebelum Aurora tertidur.Auriga membetulkan selimut Aurora. Lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang. Ia berharap, setelah ini Aurora benar-benar tertidur nyenyak sampai pagi, sehingga tidak mengganggu aktifitas panasnya lagi bersama Lavina seperti beberapa saat yang lalu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status