“Mas? Aurora di sini?” tanya Lavina dengan terkejut, tanpa mengalihkan tatapannya dari anak kecil yang tengah memeluk boneka, duduk berdampingan dengan seorang wanita paruh baya. “Itu Bik Nimah, kan?”“Iya, Sayang. Aku membawa Aurora ke sini.” Auriga merangkul bahu Lavina dan mengecup puncak kepalanya.Mendengarnya, mata Lavina seketika berbinar-binar. Ia menoleh pada Auriga dan tersenyum lebar. “Mas! Jadi ini kejutan yang mau kamu kasih ke aku?”“Hm-hm.” Auriga mengangguk dan mengerjap pelan. “Gimana? Kamu terkejut? Sepertinya kamu terlihat senang bertemu Aurora, Love.”Lavina terkekeh kecil. “Aku kangen Aurora, Mas,” ucapnya seraya menepuk dada Auriga. Ia akan mendekati Aurora, tapi Auriga menahan lengannya, yang membuat Lavina menoleh dengan bingung. “Kenapa?”“Aku nggak yakin dengan hal ini, tapi… sikap Aurora mungkin akan membuatmu bingung. Sudah aku bilang sebelumnya ke kamu, Love, sejak hari itu Aurora berubah jadi murung.”Helaan napas Lavina terdengar berat, ia bisa melihat k
Baca selengkapnya