Auriga mengembuskan napasnya dengan berat. “Maafkan aku,” lirihnya, yang membuat Lavina seketika membeku. “Maaf karena sudah melukai hatimu, Lav.”Lavina merasakan hatinya berkecamuk. Meskipun hatinya masih diselimuti dengan ketidakpercayaan, namun aroma kejujuran dalam suara Auriga membuatnya terguncang." Aku tahu, aku sudah membuat kesalahan besar, Lav,” lanjut Auriga lagi. “Dan setelah kamu meninggalkan aku, aku menyadari aku nggak mau kehilanganmu. Kita bisa melewati ini bersama, kalau kamu masih mau memberiku kesempatan."Lavina merenung sejenak. Dia bisa merasakan kejujuran dalam kata-kata Auriga, tetapi luka hatinya belum sepenuhnya sembuh. Namun, ada bagian dari dirinya yang ingin mempercayai lagi."Apa Om benar-benar menyadari kesalahan Om?" tanya Lavina dengan nada skeptis.Auriga melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah Lavina. "Aku sadar, aku sangat bodoh saat itu. Sekarang aku berjanji nggak akan mengulanginya lagi. Flora adalah masa laluku, dan kamu adalah masa depan
Read more