Share

124. Arnold

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Panggilan dari bosnya.

“Halo?” sapa Lavina sambil mendaratkan bokongnya di tepian ranjang.

“Lavina, kerja bagus. Kau memang luar biasa dan selalu totalitas dalam bekerja,” puji seorang pria di seberang telepon dengan nada menggebu-gebu.

Lavina tersenyum meringis sembari mengusap tengkuk. Pipinya merona. “Terima kasih pujiannya, Mr. Kim. Aku senang sekali dengan pekerjaan ini.”

“Ngomong-ngomong… begini, Lavina. Apakah lusa kau bisa kembali bekerja?”

“Lusa?”

“Ya. Bagaimana? Kau bersedia?”

Lavina mengangguk cepat, tapi saat sadar bosnya yang bernama Kim Jun Seo itu tidak akan melihat gerakannya, buru-buru ia menyahut, “Tentu saja. Aku bersedia!”

Jun Seo tertawa. “Bagus. Bagus. Aku suka sekali dengan orang sepertimu,” timpalnya.

“Ngomong-ngomong kali ini wisatawan dari mana? Indonesia?”

“Ya. Ini perjalanan privat, bukan rombongan wisatawan dari grup travel. Kau hanya membawa satu orang saja, dan dia akan berwisata selama kurang lebih satu bulan.”

“SATU BULAN?!!” Mata Lavina terbelalak, ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (20)
goodnovel comment avatar
karz_1112
jadi uda akur nih yee... wkwkwkwkwkwk... si om ide nya luar biasa.... pasti kali ini tau lavina jadi tour guide dari agler jg nih... wkwkwkwkwk...
goodnovel comment avatar
Amryna Rosyadah
Akhirny si om ktmu lg sm Lavina stlh setaun menahan rindu berat smpe hampir gila..wkwkwk
goodnovel comment avatar
Ami Lee
auriga ganti nama jadi arnold..biar bisa dipandu sama lavina ya...klo pake nama sendiri pasti lavina gak mau atau gak percaya atau sengaja kasih kejutan kali ya om
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Cassanova Husband   125. Makan Malam

    “Jadi? Kenapa Om pakai nama Arnold? Untuk mengelabuiku? Iya?” cecar Lavina dengan bibir merengut dan kening yang berkerut.Auriga mengulum senyum dan membasahi bibirnya, lalu tertawa hingga menampilkan sederet giginya yang rapi. Ia menoleh ke arah kanan jalanan yang mereka lewati, lalu menatap Lavina lagi yang duduk di sampingnya dengan tatapan dalam. Senyuman masih terlukis di bibirnya.Tidak ada yang bisa menakar seberapa besar kebahagiaan Auriga saat ini. Akhirnya, setelah penantian panjang selama satu tahun yang terasa bagai seratus tahun, Auriga bisa bertemu dan menatap kembali wajah Lavina yang selama ini hanya hadir di dalam mimpi.“Arnold adalah nama temanku,” jawab Auriga dengan suara lembut.“Terus kenapa dipakai sama Om?”Melihat wajah ketus Lavina dengan bibir merengut seperti anak kecil, membuat Auriga semakin yakin bahwa kali ini ia sedang tidak bermimpi.“Sengaja.”“Apa?!”“Karena kalau memakai namaku, kamu pasti nggak akan mau menjadi tour guide aku, Lav,” jawab Auriga

  • My Cassanova Husband   126. Berlutut

    Hati Lavina terasa berkecamuk. Sudah lama sekali mereka tidak begitu dekat seperti ini dan mengobrol dengan tenang. Dan restoran ini memberikan kesempatan untuk merayakan pertemuan mereka kembali.“Gimana kuliah kamu? Ada hambatan?”Lavina tersenyum kecil, lalu menggeleng. “Lancar, kok. Kuliah di sini sangat menyenangkan.”“Syukurlah.” Auriga memasukkan makanan ke mulutnya. “Kamu makan dengan benar selama di sini?”Lavina mengangguk.“Lalu kenapa tubuhmu terlihat lebih kurus?”“Ah, ini… siapa bilang aku kurus? Berat badanku stabil, kok.”“Kamu yakin?”“Hm.” Lavina mengangguk kembali.Auriga menandangi Lavina cukup lama, yang membuat Lavina tak berani balas menatap pria itu karena gugup.“Ngomong-ngomong, ada yang mau kamu tanyain ke aku?” tanya Auriga, yang membuat Lavina seketika terdiam.Banyak.Banyak hal yang ingin Lavina tahu tentang Auriga dan Aurora. Namun Lavina masih merasa ragu dengan hubungan mereka berdua.“Tanyakan saja. Nggak usah sungkan. Kamu berhak tahu,” ucap Auriga,

  • My Cassanova Husband   127. Satu Kamar

    Lavina merasa terenyuh. Lalu detik itu juga ia terkejut kala mendengar suara tepuk tangan dari orang-orang di sekeliling mereka yang tampaknya sudah memperhatikan sejak tadi.“Kalian benar-benar pasangan yang serasi!”“Semoga kalian berdua hidup bahagia.”Lavina tersenyum dengan pipi merona mendengar ucapan dua orang wanita dalam bahasa Korea itu. Lavina mengucapkan terima kasih, lalu menatap Auriga yang sudah kembali duduk di kursinya. Auriga pun tampak salah tingkah, tapi pria itu berhasil menyembunyikannya.“Apa yang mereka bilang?” tanya Auriga penasaran.“Katanya aku terlalu muda untuk Om,” dusta Lavina, yang membuat Auriga seketika memelotot.“Hey! Serius mereka bilang begitu? Waah… sepertinya aku harus memberi mereka—”“Aku berbohong,” sela Lavina dengan cepat sebelum Auriga berbuat yang tidak-tidak. “Sensi banget ya kalau dibilang tua.”Auriga tampak kesal, tapi setelah menatap wajah Lavina ia pun menghela napas panjang dan ketegangan di wajahnya seketika mengendur. Ia tertegu

  • My Cassanova Husband   128. Lav or Love

    “Aku sangat merindukanmu, Lavina,” bisik Auriga, “dan akan aku buat kamu mengaku, kalau kamu juga merindukanku.”Suara Auriga yang berat dan tatapannya yang memabukkan, membuat Lavina lupa bagaimana caranya untuk bernapas. Dada Lavina semakin berdebar tak karuan, hingga ia takut jantungnya akan melompat keluar dari dalam dada.Seketika itu juga, secara spontan Lavina menutupi seluruh wajah Auriga dengan kedua telapak tangannya sambil berkata, “Tu-tunggu dulu!”“Apa yang kamu lakukan?” desis Auriga.Lavina menelan saliva. Lalu perlahan-lahan ia menarik tangannya dan menatap pria itu dengan gamang. “Aku tahu apa yang ada di pikrian Om.”“Oh ya?”“Om nggak bisa melakukannya malam ini.”“Kenapa?”“Karena….” Lavina menggigit bibir bawahnya sejenak. “Aku lagi berhalangan.”Raut muka Auriga seketika berubah menegang. “Sejak kapan?”“Ha-hari ini hari pertama.”Auriga memejamkan matanya seraya mengembuskan napas dengan amat berat. “Berapa lama?” tanyanya seraya membuka matanya kembali. Kemudia

  • My Cassanova Husband   129. Sensitif

    Auriga mengulum senyum seraya bersedekap dada, matanya memandangi Lavina yang tampak cemberut dan sedikit-sedikit menggerutu oleh hal-hal kecil yang menurut Auriga tidak perlu dipermasalahkan.“Apa lihat-lihat? Kalau menurut Om aku jelek, nggak usah dipelototin terus,” gerutu Lavina lagi dengan bibir merengut. Kemudian ia pergi lagi meninggalkan Auriga.Auriga terkekeh-kekeh dan menyusul Lavina. Saat ini keduanya baru selesai makan siang dan Auriga cukup terkejut melihat Lavina yang makan dengan lahap, bahkan tidak cukup makan satu porsi.“Kamu cantik,” bisik Auriga di dekat telinga Lavina. “Kamu wanita paling cantik nomor satu di mataku.”“Cuma di mata Om doang, ‘kan? Entar kalau matanya kelilipan aku bakal jadi jelek.”Auriga kembali tertawa, dia melingkarkan tangan di pinggang Lavina. Auriga sudah berpengalaman mengenai segala hal tentang wanita. Maka dari itu, ia tidak begitu kaget mendapati Lavina yang sedang PMS. Dan menurut Auriga, di kala marah-marah seperti sekarang, Lavina t

  • My Cassanova Husband   130. Lavina Cemburu

    Kehadiran Auriga di sisinya membuat hari-hari Lavina terasa lengkap. Begitu pula dengan sikap Auriga yang penuh perhatian dan selalu memperhatikan hal-hal kecil untuk Lavina, membuat Lavina tak hanya merasakan perhatian sosok suami, tapi juga ia merasakan sosok ayah dalam diri pria itu.Setelah beberapa hari menikmati kota Seoul layaknya warga lokal, hari ini Lavina dan Auriga pergi ke sauna. Sauna adalah sebuah ruangan dengan suhu panas dan kering, yang digunakan untuk membantu mengeluarkan keringat dan membakar kalori.Lavina mengenakan bathrobes putih. Sementara Auriga hanya memakai handuk putih yang melilit pinggang, membuat otot dada, lengan dan perutnya terekspose sempurna. Keduanya duduk berdampingan di sebuah kursi kayu, dalam ruangan panas yang dikelilingi dinding kayu pula.Lavina menarik napas dalam-dalam, merasakan panas memenuhi setiap pori-pori kulitnya. “Mas, setelah satu bulan liburan di sini, kamu mau kembali ke Jakarta?” tanya Lavina, yang sebenarnya tak ditanyakan p

  • My Cassanova Husband   131. Surprise

    “Om, kita mau ke mana, sih?” tanya Lavina untuk ke sekian kali semenjak Auriga mengajaknya keluar dari hotel siang ini.“Ke suatu tempat, yang akan membuatmu bahagia malam ini.” Auriga tersenyum penuh arti, yang membuat Lavina tiba-tiba merasa waspada.“Om nggak akan mengajakku ke tempat aneh, ‘kan?” tudingnya curiga.Auriga hanya tertawa hingga menampilkan sederet giginya yang rapi. Bahunya sedikit berguncang. Lalu mengacak rambut Lavina dengan gemas. “Kalau aku mau aneh-aneh, nggak perlu bawa kamu keluar. Cukup melakukannya di dalam kamar saja.”“Ish! Aku serius,” gerutu Lavina dengan bibir cemberut.Auriga sempat melihat ke arah sopir yang fokus mengemudi.Lantas Auriga mendaratkan bibirnya pada bibir Lavina, memagutnya dengan penuh kelembutan, sejenak. Yang membuat Lavina sempat menahan napas.“Nanti kamu akan tahu. Sebentar lagi kita sampai,” ucap Auriga, sesaat setelah menjauhkan wajahnya seraya tersenyum lembut.Lavina mengangguk kecil sembari menyembunyikan pipi yang memerah d

  • My Cassanova Husband   132. Lihat Aku, Love

    "Pokoknya dia lebih ganteng daripada yang aku lihat di layar. Dia juga ramah dan—”“Malam ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku membawamu nonton konsernya Jung Kook,” sela Auriga, yang membuat Lavina seketika menoleh ke arahnya dengan bingung.Lavina melihat rahang pria itu mengeras dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba kusut. “Kenapa memangnya? Kan beberapa bulan ke depan bakal ada konser lagi. Aku mau-Aaah…!” pekiknya tiba-tiba saat Auriga menarik tubuhnya ke dalam pelukan.Auriga menunduk, menatap Lavina dengan tatapan mengintimidasi. “Jangan memuji lelaki lain di hadapanku terlalu berlebihan, Sayang,” bisiknya dengan nada tegas. “Dan apa kamu bilang? Penyanyi K-Pop itu ganteng?” Auriga tersenyum miring. “Malam ini, akan aku buat kamu mengaku bahwa hanya aku lelaki yang harus kamu lihat.”Lavina menelan saliva dengan perasaan yang mendadak tidak enak. “Mas, a-aku nggak bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku memuji Jung Kook karena aku ngefans sama dia.”Auriga menarik Lavina mema

Bab terbaru

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

DMCA.com Protection Status