“Kamu sudah melupakanku, Auriga?”Seketika itu juga Auriga bangkit duduk, rahangnya mendadak berubah mengeras kala mendengar suara lelaki yang ia kenali di seberang sana.“Billy,” desis Auriga, tajam. “Bukankah sudah kubilang untuk tidak menghubungiku lagi?”Terdengar kekehan ringan Billy di seberang telepon. “Ayolah, aku nggak akan mengganggumu lagi, kalau kamu menyerahkan Flora padaku. Aku tahu, dia ada di rumahmu, bukan?”Auriga mendengus kasar. “Jangan pernah mengganggu dia! Aku tidak akan menyerahkan dia padamu,” tegas Auriga. Sungguh, ia tidak akan menyerahkan Flora jika yang akan Billy lakukan hanya menyakitinya.“Sayang sekali, aku nggak akan menyerah, Auriga. Aku akan mendapatkannya kembali.”“Coba saja kalau kamu bisa,” desis Auriga, sebelum akhirnya ia menutup sambungan itu secara sepihak. Lalu melemparkan ponsel ke atas kasur dan ia kembali merebahkan dirinya di sana.Ia mencoba memejamkan mata, akan tetapi kejadian-kejadian yang telah ia lewati selama beberapa bulan ke be
Baca selengkapnya