Home / Pernikahan / My Cassanova Husband / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of My Cassanova Husband: Chapter 81 - Chapter 90

174 Chapters

79. Seperti Sedang Jatuh Cinta

Lavina tercengang melihat bando bermotif Mickey Mouse di tangan Auriga. Itu memang lucu. Dan Lavina langsung jatuh cinta. Ia tersenyum cerah dan mengambil bando itu, tapi Auriga menahannya sembari berdecak lidah.Bibir Lavina merengut. “Aku kira buat aku,” gumamnya sambil menahan malu.“Ini memang buat kamu. Kamu pikir pasangan saya siapa kalau bukan kamu?” Auriga berdecak lidah, lantas dipasangkannya bando itu di kepala Lavina, yang membuat wajah kecil Lavina terlihat semakin menggemaskan.Lavina tertegun, jantungnya kembali berdetak cepat.Rasanya, Lavina masih belum terbiasa dengan sikap Auriga yang benar-benar aneh ini.Selesai memasangkan bando tersebut, Auriga memandangi Lavina dan tersenyum kecil. Ia sempat bergumam tidak jelas, sebelum kemudian menyeruput kopinya lagi.“Saya akan pulang dua minggu lagi dan menemui kamu di sini,” ucap Auriga tiba-tiba, yang membuat Lavina senang mendengarnya.“Kenapa beberapa bulan terakhir ini Om sering banget pulang?”“Kenapa memangnya?” Auri
Read more

80. Bertemu Kembali

Setelah tiga bulan melaksanakan magang menjadi pemandu wisata di Bali, Lavina akhirnya kembali ke Jakarta hari ini.Ia memilih untuk pulang sendirian, setelah sebelumnya Auriga meminta Cassie untuk menjemput dan menemani Lavina dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta. Akan tetapi, Lavina menolaknya secara halus, ia tidak mau merepotkan adik suaminya itu.“Mommy Lavina!”Teriakan Aurora yang tengah berlari ke arahnya, membuat Lavina seketika tersenyum lebar. Lavina melepaskan handlekoper dari genggamannya, lalu merentangkan kedua tangan untuk menyambut Aurora ke dalam pelukannya.Lavina tidak bisa membohongi diri sendiri, bahwa ia juga merindukan anak dalam pelukannya itu. Lavina berjongkok, lalu mencubit kedua pipi Aurora dengan gemas.“Mommy Lavina kangen kamu, tauk!” ungkap Lavina dengan bibir merengut.Aurora tertawa, kedua tangan mungilnya menangkup pipi Lavina. “Aku juga kangen Mommy. Mommy tahu? Aku selalu mimpiin Mommy Lavina. Kata Grandma, itu tandanya aku lagi kangen banget sa
Read more

81. Om Nggak Capek?

“Om Auriga?!”“Ya, ini saya.”Lavina mengeluarkan lolipop dari mulutnya, lalu tersenyum lebar. “Welcome home!” serunya, tiba-tiba berubah ceria.Auriga mengerjap. Ia berdehem pelan dan mengusap tengkuk untuk meredakan gemuruh di dalam dada. “Kenapa kamu ke sini?”“Mau jemput Om,” jawab Lavina seraya memasukkan kembali permen lolipop ke mulutnya.“Kan sudah saya bilang, tunggu di rumah.”“Kalau aku maunya di sini? Gimana? Om nggak bisa maksa-maksa aku. Terserah aku dong mau nunggu Om di mana. Kan ini kaki aku, kemanapun aku melangkah ya terserah aku. Om nggak bisa melarang-larang seenak perut,” oceh Lavina tanpa titik koma, yang membuat tawa Auriga seketika meledak.Ya, benar. Akhir-akhir ini Auriga merasakan harinya sepi. Dan celotehan Lavina yang bahkan lebih bawel dari Aurora, selalu terngiang-ngiang di telinga, dan kini… Auriga merindukannya.Auriga menghela napas panjang. Lalu ia menarik tubuh mungil Lavina hingga tenggelam dalam pelukannya. Auriga menunduk, mengecup puncak kepala
Read more

82. Sepertinya Demam

Sesuai dugaan Lavina, begitu melihat Auriga menjemput, Aurora seketika memekik senang hingga melompat-lompat untuk mengekspresikan kebahagiaannya karena ayahnya pulang tanpa diduga-duga. Lavina memang tidak memberitahu kepulangan Auriga sejak semalam. Biar itu menjadi kejutan bagi Aurora.Ketiganya kemudian meninggalkan area sekolah, berjalan bergandengan tangan dan Aurora berada di tengah-tengah mereka.“Daddy, kita makan siang sekarang?” tanya Aurora setengah berseru.“Yup. Mau makan siang di mana kita hari ini?”“Di rumah aja, Dad!”Kening Auriga mengernyit, ia sempat melirik Lavina sejenak. “Di rumah? Tumben.”“Iya. Soalnya Daddy baru pulang, entar Daddy capek kalau kita makannya di luar,” celoteh Aurora, “kalau di rumah ‘kan Daddy bisa langsung rebahan.”Lavina terenyuh mendengarnya. Ia mengacak rambut Aurora dengan gemas. “Anak pintar,” pujinya.“Baiklah. Siang ini kita makan di rumah saja,” timpal Auriga.Tiba-tiba, tanpa disengaja, botol minum Aurora dari saku di samping tasny
Read more

83. Kejadian Tak Terduga

Lavina sedang memperhatikan story yang baru saja ia unggah di media sosialnya. Itu foto kakinya dan kaki Aurora yang sedang diceburkan ke dalam air ketika mereka duduk di pinggiran kolam.Lagi-lagi, Lavina merasa heran karena akun fake dengan user id @senja2806 adalah orang pertama yang melihat story-nya setelah beberapa detik ia unggah. Seolah-olah pemilik akun itu orang yang kerjaannya hanya membuka media sosial saja.“Mommy, ayo berenang lagi!”Seruan Aurora dan cipratan air yang mengenai wajahnya, membuat Lavina mengalihkan tatapan dari layar ponsel, ke arah anak yang menggemaskan di tengah-tengah kolam.“Oh, jadi kamu mau mulai perang lagi sama aku?!” Lavina menaruh ponsel di kursi rotan, lalu turun ke kolam dan menciprat-cipratkan air ke arah Aurora, yang membuat Aurora tertawa dengan riang.Keduanya terlihat bahagia. Selain menjadi sosok ibu, Lavina mampu menjadi teman Aurora yang bersikap seperti anak-anak. Hingga kolam renang yang ada di dalam rumah itu dipenuhi gelak tawa ba
Read more

84. Ingin Terus Bersama

Lavina berjalan dengan tatapan menerawang di lorong rumah sakit, sembari menenteng kantong berisi mie instan cup khas Korea, yang baru saja ia beli di mini market.Setibanya di depan ruang perawatan Auriga, ia mendorong pintu itu perlahan. Namun, seketika itu juga Lavina tertegun kala melihat ada seorang wanita yang berdiri di samping Auriga, wanita itu membelakangi pintu.Dengan kening berkerut Lavina pun masuk.“Permisi. Maaf, Anda siapa ya? Sedang apa di sini?”Wanita berambut wavy sepunggung itu lantas menoleh dan menatap Lavina.Sementara itu, Lavina tercengang, wajah wanita di hadapannya itu terasa tidak asing. “Kak Flora?” gumamnya, tanpa sadar.Keterkejutan nampak jelas di wajah wanita itu. “Kamu tahu saya?” Dia kemudian tersenyum. Wanita berkulit putih dan tinggi semampai itu mendekati Lavina seraya mengulurkan tangan kanannya. “Salam kenal. Kamu benar, aku Flora.”Lavina tertegun dan terdiam sejenak, ia menatap tangan Flora, lantas dengan ragu ia menerima uluran tangan itu.
Read more

85. Terpana

Mimpi indah Lavina terganggu ketika ia merasakan cubitan di hidungnya, yang membuatnya kesulitan bernapas. Lavina terpaksa membuka mata, mengerjapkannya untuk menyesuaikan retina dengan pencahayaan matahari yang menerobos masuk melalui jendela. Seketika itu juga Lavina sadar bahwa ia tertidur di kursi samping ranjang pasien, sambil menelungkupkan wajah di pinggiran kasur. Dan saat matanya terbuka sepenuhnya, Lavina mendapati Auriga tengah menatapnya. “Om udah ganggu tidur aku, tahu?” gerutu Lavina sembari mengucek mata. “Saya nggak ganggu tidur kamu, cuma mencapit hidung kamu saja karena barusan kamu ngorok.” Auriga mengedikkan bahunya cuek, seakan-akan tidak merasa bersalah sama sekali. Wajah Lavina merengut kesal. Semalam ia kesulitan memejamkan mata dan baru tidur—itupun ketiduran, tadi pagi, di kursi ini. Dan lihat, sekarang Auriga malah mengganggunya. “Cuci muka dulu sana. Gosok gigi, atau mandi sekalian.” Auriga mengusap wajah Lavina menggunakan telapak tangannya, yang bah
Read more

86. Masa Lalu Seperti Apa?

Lavina berjongkok sembari menutupi muka dengan kedua telapak tangan, di dekat tempat tidur Auriga. Sementara itu, ruangan tersebut dipenuhi gelak tawa Auriga yang terdengar renyah dan menggema. Tawa yang bahagia, tapi terdengar seperti ejekan di telinga Lavina yang tengah merasa luar biasa malu usai memperlihatkan tarian girl band Korea di hadapan Auriga. “Lavina, sedang apa di situ? Kemarilah,” ucap Auriga sembari berusaha menghentikan tawanya. “Nggak mau!” Lavina cemberut. “Kenapa, hm?” “Aku malu, tahu! Om pasti ngetawain aku. Aku aneh, ‘kan?” “Hey! Saya tertawa bukan ngetawain kamu karena aneh.” Auriga menghela napas panjang dan tawanya benar-benar berhenti. “Tapi… saya benar-benar bahagia sekarang. Kamu sudah berhasil menghibur saya.” Lavina mengerjap. Ia menurunkan kedua tangannya dari wajah dan terdiam. Namun, rasanya ia belum berani bersitatap dengan pria itu karena rasa malu yang masih menghantuinya. “Kenapa masih diam? Ayo ke sini,” pinta Auriga lagi. “Nggak mau!” Sa
Read more

87. Pilot Juga Manusia

“Om, aku mau ke kampus hari ini,” kata Lavina setelah menaruh piring kotor di wastafel. Auriga—yang sudah pulang ke rumah kemarin siang setelah dua hari dirawat di rumah sakit, memasukkan sepotong melon ke mulutnya di meja makan. “Jam berapa?” Lavina melirik jam dinding sejenak. “Sekitar jam sepuluh.” Auriga hanya mengangguk mengiakan. Kemudian ia menyuapi Aurora dengan potongan melon tersebut dan mengajak anak itu mengobrol. Aurora sudah berpakaian rapi dan siap pergi ke sekolah. Sambil mendengarkan obrolan ayah dan anak itu yang membahas tentang keseruan Aurora di sekolah, Lavina memasukkan bekal makanan dan minum ke dalam tas Aurora, dan memastikan tidak ada peralatan sekolah yang tertinggal. Setelah itu ia menyerahkan tas tersebut pada anak itu, lalu mengantarnya sampai ke depan rumah. Sebelum pergi, anak yang memakai rok biru dan kemeja kotak-kotak berdasi kupu-kupu itu mengecup kedua pipi Lavina. Rambut panjangnya dikepang dua di bagian atas kiri dan kanan, itu model rambu
Read more

88. Dia Dari Masa Lalu

Setelah mengantar Lavina, Auriga langsung menuju sekolah Aurora yang berlawanan arah dengan universitas itu. Ia tiba di sekolah pukul 11.20. Telat lima menit dari waktu kepulangan karena melewati beberapa titik kemacetan. Saat akan turun, Auriga tiba-tiba terdiam ketika sesuatu terjatuh dari saku celananya saat ia memasukkan ponsel. Itu kertas yang bertuliskan nomor telepon Flora. Sampai saat ini Auriga masih belum memutuskan untuk menelepon wanita itu atau tidak. Ia masih bimbang. Auriga menghela napas beras, kemudian turun dari mobil, melangkah lebar-lebar menuju kelas Aurora. Anak-anak yang belum dijemput terlihat sedang bermain di area permainan outdoor dan lapangan. Suara gelak tawa dan teriakan terdengar saling beradu. “Permisi, Bu, Aurora di mana, ya?” tanya Auriga pada guru kelas Aurora, ketika ia tidak melihat anak itu di dalam kelas. “Selamat siang, Pak. Oh? Aurora? Dia lagi main di sana.” Wanita itu menunjuk permainan spiral yang dicat warna warni. Auriga mengikuti ar
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status