Lavina mengangguk. “Boleh. Bicara aja, Kak."Flora tersenyum lembut. Ia menyilangkan kaki kiri di atas kaki kanan seraya menyandarkan punggung ke sofa. “Lavina…,” panggilnya dengan serius. “Bagaimana hubunganmu dengan Auriga? Maaf, aku bukannya mau ikut campur, tapi aku rasa harus menyampaikan sesuatu yang penting tentang dia.”Kening Lavina seketika mengernyit. “Hubungan kami baik-baik saja, kok.”“Begitu, ya?”“Ngomong-ngomong, sesuatu yang penting apa?”Alih-alih menjawab, Flora malah kembali bertanya, “Apa dia suka bersikap mesra sama kamu? Atau… mungkin sesuatu yang membuat kamu selalu merasa berbunga-bunga? Bersikap manis? Atau yah semacamnya.” Flora mengedikkan bahu.Kernyitan di kening Lavina semakin dalam. Ia tidak suka dengan pertanyaan itu. “Mesra atau nggak, atau bagaimanapun hubungan kami… aku rasa itu bukan urusan orang lain, Kak. Itu privasi kami,” jawab Lavina dengan santai. “Apa aku benar?”Flora tampak tertohok, tapi kemudian ia tertawa kecil. “Kamu benar. Pertanyaan
Read more