Semua Bab My Cassanova Husband: Bab 71 - Bab 80

174 Bab

69. Mencari Perhatian

Mata Lavina mengerjap, ia menggeleng tak mengerti. “Aku nggak ngelakuin apa-apa. Aku juga nggak datang ke dukun buat nyantet Om, kok, walaupun aku pengen banget ngelakuinnya.”Auriga memejamkan matanya sejenak, lalu mengembuskan napas panjang dan menatap Lavina kembali. “Nggak bisa,” gumamnya.“Hah?”“Saya nggak bisa melakukannya.”“Maksud Om?” Lavina semakin tidak mengerti ke mana arah percakapan pria matang di hadapannya itu.“Saya sudah berusaha mengabaikanmu, tapi kenapa saya nggak bisa?”“Hah?”Lavina mengerjap. Sungguh, ia sama sekali tidak mengerti apa yang Auriga ucapkan. Di kala Lavina masih mencerna ucapan Auriga, pria itu tiba-tiba mendorong Lavina dan memenjarakannya di dinding sembari mengunci kedua pergelangan tangannya di sisi kepala.Lavina terkesiap, matanya terbelalak. Namun, ia tidak punya kesempatan untuk protes karena detik itu juga Auriga mendaratkan bibirnya di atas bibir Lavina. Lalu tanpa permisi, Auriga memagutnya dengan kasar dan menggebu, seperti orang yang
Baca selengkapnya

70. Modus

Dengan wajah merengut Lavina mengoleskan minyak kayu putih di kedua lengan Auriga secara bergantian. Auriga tak berhenti menatap wajah Lavina dalam diam.“Kalau melayani suami itu harus ikhlas, nggak boleh cemberut begitu,” celetuk Auriga, yang membuat Lavina memandanginya dengan malas.“Gimana aku mau ikhlas?” protes Lavina, “aku lagi belajar buat ujian besok. Tiba-tiba Om datang buat nyuruh aku melakukan sesuatu yang Om bisa lakukan sendiri.”“Memang. Saya bisa melakukannya sendir, tapi saya mau kamu yang melakukannya.”Mata Lavina mengerjap. Ia ingin protes lebih banyak lagi, tapi tatapan Auriga yang mengunci matanya membuat jantung Lavina berdebar-debar.“Sudah selesai.” Refleks Lavina mendorong Auriga hingga pria itu nyaris terjatuh dari sofa. “Sekarang Om keluar! Aku mau belajar lagi.”Auriga hanya menghela napas panjang. Lalu tersenyum samar dan bergumam, “Baru sekarang saya diusir perempuan.”“Apa?” Lavina mendongak, menatap Auriga dengan mata dipicingkan. Ia tidak mendengar d
Baca selengkapnya

71. Dinner

Lavina tersenyum samar. Ia hanya bercanda saja, lagi pula mana mungkin Auriga menyukai perempuan seperti dirinya.“Ah! Ngomong-ngomong, kenapa Om Auriga nyoret-nyoret foto Jung Kook punya aku?!” gerutu Lavina yang mendadak berwajah muram.“Mencoret-coret?” ulang Auriga dengan kening berkerut.“Mana pura-pura lupa, lagi.”Auriga tampak berpikir sejenak, lalu detik berikutnya satu sudut bibirnya terangkat. “Masih mending fotonya nggak saya buang.”Seketika itu juga mata Lavina terbelalak tajam. Ia memukul lengan Auriga dengan kesal. “Jadi benar Om yang melakukannya? Pokoknya aku nggak mau tahu, semua foto itu harus utuh seperti sebelumnya!”“Sakit,” desis Auriga, lalu menggenggam satu pergelangan tangan Lavina dengan tangan yang terbebas. Ia menatap Lavina di balik kacamata hitamnya. “Mulai hari ini, berhenti menyukai lelaki lain dan jangan pernah marah sama saya gara-gara lelaki lain.”“Tapi aku nggak bakal marah kalau Om nggak mulai duluan!”Auriga menginjak rem begitu lampu lalu lint
Baca selengkapnya

72. Gagal

Ada yang aneh dengan sikap Auriga hari ini. Ya, Lavina merasakannya. Dimulai dari Auriga yang memberinya bunga. Lalu saat di lift dan berdesakkan dengan segerombolan karyawan dari salah satu perusahaan, Auriga melindungi Lavina yang berdiri di pojok dengan mengungkung tubuhnya yang kecil. Sampai-sampai Lavina merasakan jantungnya berdebar kencang karena jarak yang begitu dekat antara dirinya dan Auriga yang berhadapan.Kemudian setibanya di luar lobi, Auriga memakaikan jas hitamnya di tubuh Lavina karena hujan yang mengguyur kota malam itu.“Tunggu di sini, saya ngambil mobil dulu,” kata Auriga sebelum pergi menuju parkiran mobil, membiarkan tubuhnya yang hanya memakai kemeja menjadi basah terkena air hujan.Lavina yang tak pernah mendapatkan perlakuan istimewa seperti itu dari Auriga sebelumnya, benar-benar merasa aneh sekaligus ngeri dengan perubahan itu.Namun, jantungnya seakan tidak bisa berdetak dengan normal selama ia bersama dengan Auriga. Dan ada rasa yang begitu menyenangkan
Baca selengkapnya

73. Menghabiskan Waktu Berdua

Kedua alis Auriga terangkat, lalu menggeleng. “Saya nggak pernah berpikir seperti itu.”“Dasar cowok.” Lavina mendengus. “Bersikap baik kalau ada maunya aja,” gerutunya, lalu pergi meninggalkan Auriga dengan langkah dihentakkan.Auriga segera menyusul, ia menahan pergelangan tangan Lavina dan menariknya hingga tubuh gadis itu berbalik dan nyaris menabraknya.Dengan tatapan tegas dan tanpa ragu, Auriga berkata, “Kamu tahu? Kalau saya cuma mau bercinta sama kamu, saya nggak perlu repot-repot membawa kamu makan malam untuk merayu kamu. Saya bisa melakukannya, memaksa kamu kapanpun saya mau.”“A-apa?” Wajah Lavina mendadak berubah menegang.“Tapi apa yang saya lakukan kemarin malam, maksud saya makan malam dan bunga itu….” Auriga berdehem pelan. “Nggak ada hubungannya sama sekali dengan saya yang mengajak kamu bercinta.”Lavina mengerjap, ia masih menatap Auriga dengan tatapan seolah-olah belum mempercayai ucapan Auriga barusan.“Saya serius,” tambah Auriga tanpa ragu-ragu.Ketegangan di
Baca selengkapnya

74. Rencana Bertemu

Dua bulan kemudian….Auriga menginjakkan kakinya di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Udara lembut dan bau laut yang segar segera memeluknya begitu ia keluar dari pesawat. Kali ini ia berstatus sebagai penumpang dalam pesawat yang menerbangkannya dari Jakarta itu.Bali, sebuah pulau surga yang begitu memikat. Namun, ia datang ke pulau ini bukan untuk berwisata, melainkan karena seseorang.Setelah mendapatkan bagasi dan keluar dari bandara, Auriga menghirup udara tropis yang lembut, sambil menunggu kedatangan mobil yang menjemputnya.Suasana di sekitarnya terasa hidup, pekerja bandara yang sibuk, wisatawan dengan senyuman ceria, dan aroma makanan lezat dari stan kuliner yang berjejer.Namun, baginya, semua ini hanyalah latar belakang, karena fokusnya hanya pada satu tujuan—menemui wanita yang tak pernah bertemu dengannya lagi sejak ia terakhir kali melihatnya, dua bulan yang lalu.Ya, Auriga dan Lavina tidak pernah bertemu lagi sejak sehari setelah mereka bermain ice skating bers
Baca selengkapnya

75. Apa Yang Kamu Khawatirkan?

Lavina mengucapkan terima kasih pada penjaga vila yang sudah mengantarnya sampai di Pelabuhan Lembar. Auriga masih belum bisa dihubungi, tapi Lavina mendapat keyakinan bahwa saat ini pria itu masih ada di kamar kostnya. Entah apapun tujuan Auriga datang ke Bali, tapi Lavina merasa ia harus menemui Auriga sekarang.Lavina berlari untuk membeli tiket kapal. Namun, belum sampai ia di pintu masuk, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat seorang pria, yang sangat ia kenali, sedang berjalan menghampirinya. Siluet pria itu menunjukkan betapa gagahnya orang itu saat sedang melangkah. Langkahnya tegap dan penuh keyakinan.Seketika, mata Lavina terbelalak. “Om Auriga?!” pekiknya, seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat.Auriga pun tampak terkejut. Ia berhenti sejenak, kemudian berlari menghampiri Lavina dan berhenti di hadapannya. “Kenapa kamu ada di sini malam-malam?”“Hah?” Lavina mengerjap, ia merasa seperti sedang bermimpi.“Kenapa ada di sini sendirian malam-malam?” tanya Auriga sek
Baca selengkapnya

76. Finally

“Nggak akan ada yang berubah," jawab Auriga. “Apa?” “Kita akan tetap seperti ini.” Kening Lavina mengernyit bingung dan menatap Auriga dengan tatapan butuh penjelasan. “Apa maksud Om?” Auriga menghela napas panjang. Ia menunduk dan mengecup pundak Lavina yang masih tertutupi kaos, sejenak. Kemudian menatap wajah gadis itu lagi. “Dari awal saya nggak punya niat untuk menceraikan kamu. Kamu ingat janji saya waktu itu?” Lavina mengangguk pelan. “Iya, kita akan tetap seperti ini,” lanjut Auriga, “menjadi sepasang suami istri.” Lavina mengerjap, debaran jantungnya kian tak beraturan hingga ia khawatir Auriga akan mendengarnya. “Kalau aku hamil, gimana? Aku masih kuliah, aku mau menggapai cita-cita aku dulu.” Seulas senyum kecil tersungging di bibir Auriga. Ia menarik pinggang Lavina supaya mendekat ke arahnya. “Serahkan sama saya.” “Hm?” gumam Lavina tak mengerti. Alih-alih menanggapi gumaman Lavina, Auriga justru malah mendaratkan kembali bibirnya di atas bibir gadis itu, memag
Baca selengkapnya

77. Tidur Di Lantai Saja!

Lavina berjongkok, bersembunyi di balik sebuah pohon sembari menyeruput susu kotak. Perlahan-lahan ia menelan minumannya, sudut matanya lalu bergeser pada sepasang kaki yang memakai sandal di sampingnya.Lavina sama sekali tidak berani mendongak, atau ia akan bersitatap dengan mata Auriga yang tiba-tiba terasa mengerikan pagi ini. Selain takut, ia juga merasa kehilangan muka di depan pria itu karena selalu teringat dengan aktifitas panas mereka tadi malam.“Oh, jadi seperti itu kelakuanmu kalau saya nggak ada?” tanya Auriga, ia berdiri bersedekap dada, memperhatikan Lavina sejak tadi.“Seperti itu gimana maksud Om?” tanya Lavina, sebelum kemudian ia menyeruput minumannya lagi, hingga menimbulkan suara slurrrp! karena isi susu kotak itu nyaris habis.Auriga membuang napas perlahan-lahan. “Kamu membiarkan lelaki lain menyentuhmu seperti barusan.”“Om juga menyentuhku tadi malam.”“Beda, Lavina. Beda,” geram Auriga dengan rahang berkedut. “Saya suami kamu, berhak menyentuh kamu. Sedangka
Baca selengkapnya

78. Hadiah Untuk Pasangan

Matahari pagi menyambut Auriga yang baru saja terbangun dari tidurnya gara-gara mendengar burung bernyanyi di sebuah pohon dekat jendela.Auriga mengerang pelan, merasakan pegal pada lengan kanannya yang semalaman menjadi bantal kepala Lavina.Begitu mata terbuka sepenuhnya, pemandangan pertama yang Auriga dapati adalah puncak kepala Lavina yang harum aroma mawar. Perempuan itu tidur meringkuk dalam pelukan Auriga. Keduanya ditutupi selimut biru tua. Tempat tidur yang sempit membuat mereka tidak bisa banyak bergerak.Auriga tak langsung turun meski ia ingin segera membersihkan tubuhnya. Ia memilih untuk diam, memandangi wajah Lavina cukup lama.Perempuan itu tiba-tiba menggeliat, yang membuat Auriga menyadari bahwa ia dan Lavina masih sama-sama tampil polos setelah semalam memadu kasih di atas tempat tidur yang sempit ini.Ya, Auriga pikir, rasa penasarannya pada Lavina akan hilang setelah ia mengambil kesuciannya. Namun, Auriga kecele, yang terjadi justru malah sebaliknya. Ia menging
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status