Semua Bab My Cassanova Husband: Bab 161 - Bab 170

174 Bab

159. Jangan Meninggalkan Aku

Setibanya di rumah sakit, Lavina didorong di atas brankar oleh petugas. Auriga tetap menggenggam tangan Lavina sambil berjalan menyeimbangkan langkahnya di samping brankar tersebut. Lavina terus menerus meringis kesakitan, dan Auriga yang melihat kondisi istrinya pun merasakan sesak di dada. “Lavina?!” Seruan seorang wanita membuat Auriga menoleh ke arah sumber suara. Mawar. Auriga melihat Mawar mengikutinya. Wanita itu tampak terkejut melihat kondisi Lavina. Lavina sempat bersitatap dengan Mawar, sebelum akhirnya ia dibawa masuk ke ruang UGD. Auriga terpaksa membiarkan istrinya di dalam sendirian, lalu ia menghampiri Mawar terlebih dulu. “Selamat malam, Ma. Apa kabar?” Auriga menganggukkan kepalanya, ia berusaha bersikap sopan pada ibu mertua tirinya itu kendati ia tidak suka dengan sikap Mawar terhadap Lavina. “Selamat malam,” gumam Mawar yang tampak serba salah. Ia melihat pintu ruang UGD, lalu menunduk meremas tangannya, seakan tidak berani menatap mata Auriga. “Saya baik-bai
Baca selengkapnya

160. Anggota Baru

Cassie menghela napas panjang sembari bersedekap dada di hadapan Auriga yang duduk ketiduran di kursi.“Kapan terakhir kali aku lihat abangku sekacau ini, ya?” gumam Cassie seraya memperhatikan rambut Auriga yang acak-acakan dan wajahnya yang kuyu.“Satu setengah tahun yang lalu,” timpal Agler sambil menyerahkan selimut kecil pada Cassie.Lantas Cassie menyelimuti Auriga menggunakan selimut tersebut. Ia ingin tertawa sekaligus iba melihat kedua lengan Auriga yang kekar, kini dipenuhi luka bekas cakaran dan gigitan.“Benar. Satu setengah tahun yang lalu.” Cassie membenarkan ucapan adiknya. “Saat itu dia kayak mayat hidup.”“Sampai-sampai aku takut kondisinya yang seperti itu bisa membahayakan penumpang yang dia bawa,” lanjut Agler yang kini duduk di samping Auriga.“Dan dia berubah gila begitu gara-gara perempuan muda.” Cassie terkekeh-kekeh, menghela napas panjang menatap Auriga. “Aku penasaran, apa yang dilakukan Lavina sama kamu sampai kamu tergila-gila gitu, Bang?” Ia kembali terta
Baca selengkapnya

161. Beri Aku Kesabaran

Samudra Harvey Ivander.Auriga tertawa tanpa suara sembari mengatupkan mulut mangap Samudra yang sedang tidur di pangkuannya. Samudra sangat menggemaskan, Auriga selalu berusaha menahan diri untuk tidak mencubit pipinya atau memeluknya terlalu kencang. Tubuh mungil anak itu tenggelam dalam pangkuan lengan Auriga yang kekar.Samar-samar Auriga mendengar gelak tawa Lavina dan Aurora di lantai atas.Ya, Lavina dan bayinya sudah dibawa pulang ke rumah kemarin siang setelah satu malam bermalam di rumah sakit.Dan malam ini, Lavina tengah menghabiskan waktunya bersama Aurora. Lavina sempat bilang pada Auriga, bahwa ia tidak mau Aurora merasa kasih sayang orang tuanya berkurang setelah kehadiran adiknya. Maka dari itu Lavina selalu berusaha ada untuk Aurora.Ucapan dan sikap Lavina itu membuat hati Auriga menghangat dan ia merasa beruntung memiliki Lavina. Terkadang Auriga suka heran, di satu sisi Lavina bisa menjadi sangat kekanakkan, tapi di situasi tertentu dia bisa menjadi wanita dewasa
Baca selengkapnya

162. Kata Maaf Yang Terucap

Auriga mengusap-usap punggung Samudra—yang sedang menelungkup di atas dada bidangnya yang tak berpakaian.Hanya mengenakan celana selutut, Auriga berjemur di bawah sinar matahari pagi, duduk di atas sunbed di taman samping rumahnya. Aurora sudah berangkat sekolah tadi pagi-pagi sekali diantar Auriga.Dari balik kacamata hitamnya, Auriga melihat balkon lantai dua. Ia tersenyum melihat Lavina berdiri di sana sambil memperhatikan mereka. Diam-diam Auriga mengarahkan kamera ponselnya ke arah Lavina dan memperbesarnya, hingga wajah Lavina terlihat semakin dekat dan nampak di kamera dengan jelas.Kening Auriga mengernyit.Ada yang aneh dengan ekspresi Lavina saat ini. Melalui kamera itu ia melihat wajah Lavina tampak muram. Seperti ada sesuatu yang membuat Lavina kesal.“Apa aku punya salah?” gumam Auriga sembari mengingat-ingat apa yang sudah ia lakukan dari malam sampai barusan. Lalu ia menggeleng, karena menurutnya tidak ada sikapnya yang bisa memicu kemarahan Lavina.Auriga kemudian men
Baca selengkapnya

163. LAST CHAPTER

“Om, pesan es krim coklat buat Daddy, rasa coklat mix vanila buat Mami, dan stroberi buat aku, ya,” seru Aurora pada kasir yang sedang mencatat pesanannya di komputer.“Siap. Ada lagi?”Aurora menoleh ke arah orang tuanya yang duduk di kursi. Lalu menggeleng cepat dan kembali bicara pada kasir. “Nggak ada. Udah segitu aja. Adik aku masih kecil, Om. Nanti kalau dia sudah besar, dia pasti pesan es krim coklat mix vanila campur saos tomat.”Kasir laki-laki muda itu hanya melongo.Sementara Auriga dan Lavina sontak tertawa mendengarnya. Es krim campur saos tomat sampai saat ini masih menjadi bulan-bulanan di saat mereka sedang membeli es krim, seperti sekarang.“Nah, hasil ngidam es krim saos tomatnya ya model begini ni.” Auriga menjawil pipi Samudra yang terlelap di pangkuannya. “Maunya sama Mami mulu kalau Daddy lagi pengen dekat Mami. Kalau lagi diluar gini malah nempelnya sama Daddy.”Lavina kembali tertawa. “Bagus, Nak. Kamu tahu banget cara ‘misahin’ Daddy yang kayak lintah ini dari
Baca selengkapnya

Extra Chapter 1

Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab
Baca selengkapnya

Extra Chapter 2

Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya
Baca selengkapnya

Extra Chapter 3

Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La
Baca selengkapnya

Extra Chapter 4

Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga
Baca selengkapnya

Extra Chapter 5

“Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status