Beranda / Pernikahan / My Cassanova Husband / 156. I Miss You Too, Baby

Share

156. I Miss You Too, Baby

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lavina menatap pantulan dirinya di cermin. Ia merasa puas dengan penampilannya akhir-akhir ini. Sejak kehamilannya membesar, Lavina sudah meninggalkan celana dan hoodie, lalu mencoba membiasakan diri memakai dress feminin yang membuatnya terlihat lebih dewasa.

“Mami, Mami udah cantik, tunggu apa lagi, Mami? Daddy sebentar lagi sampai,” celoteh Aurora yang terlihat gemas pada Lavina. Pasalnya dari tadi ibunya itu selalu melihat-lihat dirinya di cermin.

Lavina berbalik menatap Aurora. “Sayang, serius Mami udah cantik? Nggak ada yang aneh, ‘kan?”

“Nggak ada, Mami….” Aurora memutar matanya, ia meniru kebiasaan Lavina. Lalu tersenyum lebar dan mengangkat dua ibu jarinya. “Mami sangat cantik!”

Lavina tertawa. Anak kecil nggak mungkin bohong, batinnya sembari masih tertawa dengan geli. Akhir-akhir ini ia selalu ingin tampil cantik di hadapan Auriga.

“Ayo buruan. Tuh ‘kan, Daddy sudah sampai. Ayo!”

“Ah, iya juga.” Lavina kaget saat mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah.

Deti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Amryna Rosyadah
Bnr² ngidam yg aneh...bikin daddy Auriga senewen aj wkwkwk
goodnovel comment avatar
kak rose
hahahaha....Mas suami masih mode posesive ajah nie
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Cassanova Husband   157. Time Flies

    “Astaga, Mas!” Lavina merotasi matanya dengan malas. Pria ini sedang cemburu, dan Lavina benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Auriga. Padahal dari segi usia seharusnya Auriga sudah dewasa.“Mas nggak lihat kondisi istrinya? Jadi wanita hamil itu nggak mudah lho, Mas. Aku ngerasain gimana perasaan dia. Coba kalau Mas ada di posisi suaminya, apa Mas mau menolak keinginan aku?”Pertanyaan Lavina membuat Auriga terdiam. Karena pada kenyataannya, ia pun akan melakukan segala cara untuk mengabulkan keinginan Lavina.Auriga menghela napas berat, lalu mengecup puncak kepala Lavina yang berjalan di sampingnya. “Maaf, Love. Aku benar-benar nggak suka kamu disentuh lelaki lain.”Lavina merotasi matanya. Auriga memang seperti itu, berlebihan kalau cemburu. Belum sempat Lavina menanggapi ucapan suaminya, tiba-tiba ia mendengar suara seorang wanita yang sangat ia kenali sedang berbicara, “Apa pihak rumah sakit nggak bisa memberikan keringanan pada kami, Pak? Saya nggak punya uang sebanya

  • My Cassanova Husband   158. Nggak Mungkin Aku Keguguran, Kan?

    Apa boleh buat?Meskipun Auriga kurang setuju dengan model rambut Lavina yang dapat mempertontonkan lehernya yang jenjang dan indah, akan tetapi Auriga tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, mereka bisa terlambat jika Lavina menata ulang rambutnya. Bisa-bisa Auriga mendapat semprot dari Daddy Axl jika mereka datang terlambat.Alhasil, setelah tiba di tempat acara anniversary orang tuanya yang meriah dan megah, Auriga berusaha lebih keras menjaga istrinya dari pandangan mata yang jelalatan.Lavina yang masih muda, cantik, apalagi ketika ia hamil aura kecantikannya semakin tumpah ruah, berhasil menarik perhatian orang lain, khususnya lelaki.Tidak jarang mereka menoleh lebih dari dua kali pada Lavina sejak memasuki ballroom. Rahang Auriga mengetat. Ingin rasanya ia menusuk berpasang-pasang mata yang jelalatan itu menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya, hingga mereka tidak bisa lagi melihat keindahan Lavina.“Hati-hati, Love. Jangan jauh-jauh dariku,” ucap Auriga dengan lembut seraya

  • My Cassanova Husband   159. Jangan Meninggalkan Aku

    Setibanya di rumah sakit, Lavina didorong di atas brankar oleh petugas. Auriga tetap menggenggam tangan Lavina sambil berjalan menyeimbangkan langkahnya di samping brankar tersebut. Lavina terus menerus meringis kesakitan, dan Auriga yang melihat kondisi istrinya pun merasakan sesak di dada. “Lavina?!” Seruan seorang wanita membuat Auriga menoleh ke arah sumber suara. Mawar. Auriga melihat Mawar mengikutinya. Wanita itu tampak terkejut melihat kondisi Lavina. Lavina sempat bersitatap dengan Mawar, sebelum akhirnya ia dibawa masuk ke ruang UGD. Auriga terpaksa membiarkan istrinya di dalam sendirian, lalu ia menghampiri Mawar terlebih dulu. “Selamat malam, Ma. Apa kabar?” Auriga menganggukkan kepalanya, ia berusaha bersikap sopan pada ibu mertua tirinya itu kendati ia tidak suka dengan sikap Mawar terhadap Lavina. “Selamat malam,” gumam Mawar yang tampak serba salah. Ia melihat pintu ruang UGD, lalu menunduk meremas tangannya, seakan tidak berani menatap mata Auriga. “Saya baik-bai

  • My Cassanova Husband   160. Anggota Baru

    Cassie menghela napas panjang sembari bersedekap dada di hadapan Auriga yang duduk ketiduran di kursi.“Kapan terakhir kali aku lihat abangku sekacau ini, ya?” gumam Cassie seraya memperhatikan rambut Auriga yang acak-acakan dan wajahnya yang kuyu.“Satu setengah tahun yang lalu,” timpal Agler sambil menyerahkan selimut kecil pada Cassie.Lantas Cassie menyelimuti Auriga menggunakan selimut tersebut. Ia ingin tertawa sekaligus iba melihat kedua lengan Auriga yang kekar, kini dipenuhi luka bekas cakaran dan gigitan.“Benar. Satu setengah tahun yang lalu.” Cassie membenarkan ucapan adiknya. “Saat itu dia kayak mayat hidup.”“Sampai-sampai aku takut kondisinya yang seperti itu bisa membahayakan penumpang yang dia bawa,” lanjut Agler yang kini duduk di samping Auriga.“Dan dia berubah gila begitu gara-gara perempuan muda.” Cassie terkekeh-kekeh, menghela napas panjang menatap Auriga. “Aku penasaran, apa yang dilakukan Lavina sama kamu sampai kamu tergila-gila gitu, Bang?” Ia kembali terta

  • My Cassanova Husband   161. Beri Aku Kesabaran

    Samudra Harvey Ivander.Auriga tertawa tanpa suara sembari mengatupkan mulut mangap Samudra yang sedang tidur di pangkuannya. Samudra sangat menggemaskan, Auriga selalu berusaha menahan diri untuk tidak mencubit pipinya atau memeluknya terlalu kencang. Tubuh mungil anak itu tenggelam dalam pangkuan lengan Auriga yang kekar.Samar-samar Auriga mendengar gelak tawa Lavina dan Aurora di lantai atas.Ya, Lavina dan bayinya sudah dibawa pulang ke rumah kemarin siang setelah satu malam bermalam di rumah sakit.Dan malam ini, Lavina tengah menghabiskan waktunya bersama Aurora. Lavina sempat bilang pada Auriga, bahwa ia tidak mau Aurora merasa kasih sayang orang tuanya berkurang setelah kehadiran adiknya. Maka dari itu Lavina selalu berusaha ada untuk Aurora.Ucapan dan sikap Lavina itu membuat hati Auriga menghangat dan ia merasa beruntung memiliki Lavina. Terkadang Auriga suka heran, di satu sisi Lavina bisa menjadi sangat kekanakkan, tapi di situasi tertentu dia bisa menjadi wanita dewasa

  • My Cassanova Husband   162. Kata Maaf Yang Terucap

    Auriga mengusap-usap punggung Samudra—yang sedang menelungkup di atas dada bidangnya yang tak berpakaian.Hanya mengenakan celana selutut, Auriga berjemur di bawah sinar matahari pagi, duduk di atas sunbed di taman samping rumahnya. Aurora sudah berangkat sekolah tadi pagi-pagi sekali diantar Auriga.Dari balik kacamata hitamnya, Auriga melihat balkon lantai dua. Ia tersenyum melihat Lavina berdiri di sana sambil memperhatikan mereka. Diam-diam Auriga mengarahkan kamera ponselnya ke arah Lavina dan memperbesarnya, hingga wajah Lavina terlihat semakin dekat dan nampak di kamera dengan jelas.Kening Auriga mengernyit.Ada yang aneh dengan ekspresi Lavina saat ini. Melalui kamera itu ia melihat wajah Lavina tampak muram. Seperti ada sesuatu yang membuat Lavina kesal.“Apa aku punya salah?” gumam Auriga sembari mengingat-ingat apa yang sudah ia lakukan dari malam sampai barusan. Lalu ia menggeleng, karena menurutnya tidak ada sikapnya yang bisa memicu kemarahan Lavina.Auriga kemudian men

  • My Cassanova Husband   163. LAST CHAPTER

    “Om, pesan es krim coklat buat Daddy, rasa coklat mix vanila buat Mami, dan stroberi buat aku, ya,” seru Aurora pada kasir yang sedang mencatat pesanannya di komputer.“Siap. Ada lagi?”Aurora menoleh ke arah orang tuanya yang duduk di kursi. Lalu menggeleng cepat dan kembali bicara pada kasir. “Nggak ada. Udah segitu aja. Adik aku masih kecil, Om. Nanti kalau dia sudah besar, dia pasti pesan es krim coklat mix vanila campur saos tomat.”Kasir laki-laki muda itu hanya melongo.Sementara Auriga dan Lavina sontak tertawa mendengarnya. Es krim campur saos tomat sampai saat ini masih menjadi bulan-bulanan di saat mereka sedang membeli es krim, seperti sekarang.“Nah, hasil ngidam es krim saos tomatnya ya model begini ni.” Auriga menjawil pipi Samudra yang terlelap di pangkuannya. “Maunya sama Mami mulu kalau Daddy lagi pengen dekat Mami. Kalau lagi diluar gini malah nempelnya sama Daddy.”Lavina kembali tertawa. “Bagus, Nak. Kamu tahu banget cara ‘misahin’ Daddy yang kayak lintah ini dari

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

Bab terbaru

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

DMCA.com Protection Status