Di saat yang bersamaan, dia melihat keberadaan Nayara yang sedang duduk menunggu. “Yang!” “Apa, Beb?” “Coba kamu lihat ke arah jam dua belas!” Andika refleks melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ah, baru juga jam sepuluh ....” “Arah, Yang! Maksud aku itu arah jam dua belas, ihhh!” Melihat wajah Lika yang merajuk, Andika justru tertawa. Perlahan dia melirik ke arah yang disebut kekasihnya dan mengerjapkan matanya. “Itu mantan istri kamu, bukan?” “Eh, iya ... kayaknya itu Naya deh!” Lika menundukkan kepala, pura-pura sibuk memeriksa isi tasnya. “Kok bisa sih mantan kamu itu ada di sini?” “Entah, kebetulan saja mungkin ....” “Maksud aku itu kenapa dia bisa ikutan nunggu di sini, memangnya dia punya uang? Ini salah satu cabang outlet kecantikan mahal, jangan-jangan ....” Lika menoleh ke arah Andika. “... kamu yang kasih uang sama dia, ya?” “Lah, uang apaan sih?” “Bukannya setelah bercerai, ada yang namanya nafkah iddah?”
Read more