Home / Romansa / Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku : Chapter 51 - Chapter 60

80 Chapters

51 Kurang Satu Ons

Sampai jam kerja berakhir, Elkan belum juga kembali ke kantor. Namun, Nayara merasa tidak memiliki kewajiban untuk menunggu kedatangan atasannya itu sehingga dia memilih untuk pulang bersama rekan-rekannya. “Heh Nay, sini kamu!” Suara Andika terdengar membahana di tengah riuhnya para pegawai yang memenuhi halaman. Nayara terlonjak kaget karena suara teriakan Andika. “Mau apa lagi dia datang ke sini?” tanya Kalisa heran. “Kamu samperin nggak, Nay?” “Itu tadi dia manggil nama aku, kan? Jangan-jangan dia mau ngajak ribut sama aku, Lis!” Sebelum Kalisa menjawab, Andika sudah keburu datang mendekat. “Mau ngapain kamu?” tanya Nayara dengan wajah waspada. “Mau ngapain? Tentu saja mau bikin perhitungan sama kamu!” “Aku nggak ada urusan apa-apa ya sama kamu ....” “Alah, mulut kamu ember!” gertak Andika, suaranya sukses mengalihkan perhatian para pegawai yang lewat di dekat mereka. “Sudah, jangan diladeni!” bisik Kalisa sembari menarik tangan Nayara supaya lanjut berjalan.
Read more

52 Turun Jabatan

“Kamu saya pecat!” Wajah Andika yang sudah pucat mendadak jadi semakin pucat ketika mendengar vonis sang bos. “Tapi, Pak ... saya tidak melakukan kejahatan yang ....” “Mengambil pungutan liar, kamu pikir bukan kejahatan, hah?” Andika menundukkan wajahnya. “Tapi ... saya tidak korupsi, Pak ...” Bobi menatap murka ke arah Andika. “Saya juga sudah lama bekerja di kantor ini, setidaknya saya sedikit berjasa ... Tolonglah Pak, jangan pecat saya ....” Bobi mengembuskan napas panjang. “Kamu beruntung, Pak Alvi masih mempertimbangkan status kekerabatan kalian.” Andika menarik napas lega. “... tapi jabatan kamu akan diturunkan.” “Apa, Pak? Diturunkan?” “Ya, kamu tidak lagi jadi sekretaris saya mulai minggu depan.” Andika menggeleng lemah. Turun jabatan, kira-kira dia akan berganti jabatan menjadi apa? “Sisa hari ini bisa kamu pakai untuk membereskan barang-barang kamu. Minggu depan, kamu ganti seragam ....” “Pakai seragam, Pak?” sela Andika buru-buru
Read more

53 Juga Menikmati

“Aku harus bertemu Pak Mantyo, ada hal penting nih!” Andika buru-buru pergi meninggalkan Lika sebelum kekasihnya itu tahu apa yang terjadi. *** “Aman, Nay.” “Yakin si mantan rese itu nggak lagi nungguin aku?” Kalisa menyipitkan matanya sampai tinggal segaris. “Nggak ada kok, aman. Penampakan mantan kamu dijamin musnah, Nay.” “Syukurlah,” sahut Nayara lega, dia dan Kalisa memang sejak tadi memantau gedung kantor mereka dari warung depan sembari menikmati segelas teh hangat dan pisang goreng. “Aku heran, kenapa ya Andika sampai marah-marah kayak orang gila?” Kalisa bertanya-tanya sembari berjalan menuju kantor. “Kamu sudah berbuat salah apa sih sama dia?” Nayara menggeleng cepat-cepat. “Sejak bercerai itu, aku sama Andika sudah nggak ada urusan apa-apa lagi, Lis. Kecuali ....” Kalisa menunggu kelanjutan ucapan Nayara dengan ekspresi tidak sabar. “Kecuali apa?” “Kecuali soal nafkah yang minta dibalikin.” “Sudah kamu kasih?” “Enggak, ya kali aku kembalikan nafkah y
Read more

54 Seandainya Tidak Ada Skandal

“Jangan macam-macam kamu, Andika!” “Kenapa Pak, takut turun jabatan juga seperti saya?” Mantyo mendelik. “Ini ulah kamu sendiri kan, kamu tidak ingat?” “Tapi anda ikut menikmati uang itu, Pak!” “Sttt, kamu ini kenapa sih?” “Kenapa? Tentu saja saya tidak terima!” Tanpa menunggu jawaban dari Mantyo, Andika bergegas pergi untuk mencari beberapa nama yang sempat membayar uang jaminan kepadanya. “Mana Alif? Mana Lukman? Devi juga mana?” Beberapa pegawai mengerutkan kening ketika mendengar pertanyaan Andika yang tanpa rem. “Aku sudah nggak lihat Devi sejak kapan hari ....” “Sama, Lukman juga nggak kelihatan ....” Andika berdecak. “Yang benar saja, masa mereka bolos kerja barengan kayak begini sih?” “Nggak tahu juga, Dik. Coba telepon saja sana,” suruh salah satu rekan. “Kamu punya nomor kontak mereka?” “Enggak, sih.” Andika berdecak dan menatap kesal ke arah rekannya yang tidak mengerti apa-apa. “Berengsek semua, ke mana ya mereka?” Mantyo menarik napas lega
Read more

55 Sengaja Merayu Andika?

“Lho, Yang! Kamu kok itu ... pakai seragam OB sih?” Andika refleks menolehkan wajahnya dan .... Mampus! Nayara ikut menoleh dan langsung bertatap mata dengan Lika. “Ini lagi ... kamu ngapain di sini, sengaja merayu Andika supaya mau rujuk sama kamu?” “Idih, ogah banget! Masa aku turun kasta,” ejek Nayara sambil tersenyum miring. “Tutup mulut kamu ya, Nay!” Andika meradang, tidak terima. “Tapi lihat deh, kamu benar-benar turun kasta, Yang!” ujar Lika sambil berbisik tertahan, tapi Nayara masih bisa mendengar suaranya. “Kok kamu pakai seragam OB sih, baju kerja kamu di mana?” Nayara yang seharusnya langsung menemui Bobi, justru tertarik untuk mengetahui drama yang sedang terjadi di hadapannya ini. “Yang!” “I—itu anu ...!” Andika menelan ludah, kebingungan untuk mencari alasan yang tepat. “Aku terpaksa harus ... pakai seragam OB kayak begini ... karena ... itu ....” Lika menunggu kelanjutan ucapan Andika dengan tidak sabar. “Itu apa? Jawab jujur, Yang!”
Read more

56 Masih Layak Dipertahankan

Lika membuka galeri di ponselnya dan menghapus beberapa foto sang kekasih. Dia mulai berpikir keras mencari cara untuk bisa memutuskan hubungan dengan Andika tanpa perlu banyak drama. Lagian mana sanggup dia memenuhi semua kebutuhan aku pakai gajinya yang sekarang, pikir Lika sambil melamun. Gaji seorang office boy sampai berapa sih, mana cukup untuk menanggung belanja dan perawatan kulitku .... “Eh Lik, itu serius Andika turun jabatan?” bisik Erni, rekan kerja Lika. “Aku malah baru tahu kemarin, Er!” “Aku sudah dengar, aku kira itu cuma gosip anak-anak yang iri sama Andika. Secara selama ini kan dia sekretaris kepercayaan Pak Bobi, ya nggak?” Lika mengangguk. “Aku nggak terlalu memperhatikan gosip di kantor, repot sama urusan kerjaan. Yang penting gaji lancar dan bisa foya-foya, itu sudah cukup.” “Ha, ha, betul juga itu!” “Makanya aku nggak terlalu paham gosip di sini, selain ....” “Selain apa?” “Selain kapan kita bisa naik gaji?” celetuk Lika seraya tertawa. Ern
Read more

57 Gaji Office Boy

“Sekalian saya mau mengajukan cuti, Pak.” “Jangan sekarang, saya sedang sibuk-sibuknya.” “Tapi saya belum pernah ambil cuti, saya kan juga mau menikmati hidup ....” Elkan menatap Nayara dengan sorot mata tajam. “Y—ya sudah, kalau tidak boleh juga tidak apa-apa kok, Pak ....” “Itu paham, cepat kerja lagi.” Dengan lesu, Nayara pergi meninggalkan ruangan Elkan untuk membuat kopi. Dia membutuhkan energi yang besar untuk menjalani pekerjaan yang itu-itu saja setiap harinya. “Butuh cuti ... butuh liburan ... bosan juga ya banyak duit, tapi nggak ada waktu untuk menikmati ...” keluh Nayara sembari menyeduh kopi. Pantas saja Elkan serius begitu, hidupnya pasti jauh-jauh dari piknik. “Lesu amat, mau tanggal gajian juga.” Kalisa menggoda Nayara saat makan siang. “Aku jenuh, nggak bisa menikmati uang gajiku.” “Eh, kok begitu?” “Nggak boleh ambil cuti sama Pak Elkan, kejam kan dia?” “Mungkin kerjaan kantor lagi banyak-banyaknya, Nay. Makanya nggak boleh cuti
Read more

58 Merasa Tersaingi

Di saat yang bersamaan, dia melihat keberadaan Nayara yang sedang duduk menunggu. “Yang!” “Apa, Beb?” “Coba kamu lihat ke arah jam dua belas!” Andika refleks melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Ah, baru juga jam sepuluh ....” “Arah, Yang! Maksud aku itu arah jam dua belas, ihhh!” Melihat wajah Lika yang merajuk, Andika justru tertawa. Perlahan dia melirik ke arah yang disebut kekasihnya dan mengerjapkan matanya. “Itu mantan istri kamu, bukan?” “Eh, iya ... kayaknya itu Naya deh!” Lika menundukkan kepala, pura-pura sibuk memeriksa isi tasnya. “Kok bisa sih mantan kamu itu ada di sini?” “Entah, kebetulan saja mungkin ....” “Maksud aku itu kenapa dia bisa ikutan nunggu di sini, memangnya dia punya uang? Ini salah satu cabang outlet kecantikan mahal, jangan-jangan ....” Lika menoleh ke arah Andika. “... kamu yang kasih uang sama dia, ya?” “Lah, uang apaan sih?” “Bukannya setelah bercerai, ada yang namanya nafkah iddah?”
Read more

59 Membuat Mantan Merasa Tersakiti

Nayara menarik napas panjang saat Kalisa menyetop taksi, dia terus kepikiran tentang tingkah Lika dan segala omong kosong yang dikatakan pelakor itu. Jangan-jangan selama ini Andika sering menjelek-jelekkannya di depan Lika? “Lis, kok aku curiga ya kalau selama masih jadi suamiku, Andika sudah main belakang?” “Maksud kamu, selingkuh gitu?” “Ya semacam itu ....” Kalisa membetulkan letak duduknya di dalam taksi supaya lebih nyaman kemudian menanggapi, “Kenapa kamu bisa berpikir ke arah sana?” “Kamu dengar nggak omongan si pelakor tadi? Katanya Andika pernah bilang ke dia kalau aku tuh nggak bisa dandan, padahal sebenarnya bukan nggak bisa ... Aku cuma nggak sempat saja. Kerja seharian sudah capek, belum lagi beres-beres rumah, kadang masak, kalau ada waktu istirahat mendingan buat tidur atau nonton film.” “Ah ya, aku bisa membayangkannya ... Kita para istri kalau pegang peran ganda, memang seperti itu. Kecuali kalau kita punya asisten rumah tangga, nafkah bulanan
Read more

60 Pegawai Paling Rewel

Semua ini gara-gara Naya, geram Andika saat lagi-lagi uangnya terkuras untuk belanja tas. Awas kamu, Nay! Begitu masuk kerja kembali di awal pekan, Nayara tampil dengan lebih fresh karena telah merapikan rambutnya sekalian. “Wih, wih, kemasan baru nih!” Putra berkomentar ketika Nayara tiba di kantor bersama Kalisa. “Sudah kayak pinang dibelah kapak ya kalian.” “Bisa saja, Mas Put!” “Sekali-kali ganti suasana lah, Put.” “Nggak sekalian ganti kerjaan?” “Nggak lah, aku masih butuh duit!” Mereka bertiga terkekeh sebelum akhirnya Nayara berbelok arah menuju ruangan Elkan. Pria dengan jabatan tertinggi itu mendongak ketika Nayara muncul dari balik pintu. “Silau ....” “Penampilan saya, Pak?” “Sinar mataharinya, tutup sedikit pintu.” “Lah, kirain ....” Nayara membuka blazer warna hitamnya dan menyadari jika ada yang keliru. “Tumben Bapak datang lebih awal?” “Saya mau merombak beberapa jadwal untuk satu minggu ini.” “Kok mendadak, Pak? Mana saja y
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status