Home / Romansa / Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40

80 Chapters

31 Tidak Ingin Makan Gaji Buta

Semuanya terlihat normal di mata Andika, sampai kemudian matanya begitu jeli menatap banyaknya nominal uang yang keluar untuk memenuhi setiap keinginan Lika.“Buset! Jadi ternyata segini pengeluaran aku per bulan?” Andika berkali-kali menatap hasil hitungan yang tertampil di kalkulator, ingin tidak percaya sebetulnya. Namun, dia sudah mengulangi hitungan itu hingga beberapa kali dan hasilnya tegak saja sama.“Argh!” umpat Andika kesal sendiri, tapi dia enggan menyalahkan Lika karena menurutnya wanita itu memang memiliki banyak kebutuhan daripada pria.Tapi kenapa Naya nggak seboros Lika, tanya hati kecil Andika. Cukup menyentil meskipun hanya di dalam hati.Ah, Naya si polos itu mana mengerti gaya hidup modern sih! Sisi hati Andika yang lain membantah keras.“Duh, aku harus cari uang tambahan kayaknya biar Lika bisa tetap senang sama aku ... tapi apa ya?”Andika menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, dia yang hanya bekerja sebagai sekretaris bos ini memang memiliki gaji y
Read more

32 Mudahnya Dapat Pengganti

Elkan sendiri hanya mengerling jijik dan segera memalingkan wajahnya. “Sepupu Bapak luar biasa sekali,” komentar Nayara sambil bergidik. “Kamu cemburu?” balas Elkan tanpa menoleh. “Najis, Pak. Laki-laki murah begitu, hihhh ....” “Najis-najis begitu, dia sudah pernah jadi bagian dari hidup kamu kan?” “Iya sih, dan jujur saya menyesal pernah nikah sama dia.” Lampu lalu lintas menyala hijau, dan Elkan segera tancap gas, meninggalkan mobil Andika yang pengemudinya masih sibuk bercumbu ria hingga mendapatkan hadiah kata-kata mutiara dari para pengguna jalan yang melihat. “Andika begitu mudahnya dapat pengganti, kenapa kamu tidak?” celetuk Elkan sembari mengemudi. “Maksud Bapak saya sulit dapat pengganti Andika? Maaf-maaf saja ya, saya bukannya sulit mendapatkan pengganti, hanya saja saya yang belum mau cari penggantinya. Saya sedang malas berurusan dengan yang namanya laki-laki, perasaan semua laki-laki yang saya kenal itu menyebalkan.” Elkan terpana. “Kamu menyindir saya?” “Lho
Read more

33 Siapkan Saja Pelicinnya

“Tapi kan kamu belum mapan ....” “Buktinya aku bisa bayar perawatan kamu, kan? Apa lagi yang bikin kamu ragu?” Lika tidak segera menjawab. “Mau ya nikah sama aku? Aku kurang apa lagi sih, Yang? Aku juga sudah pisah sama Naya, itu kan yang kamu mau?” Lika mengangguk. “Tapi ... kamu nggak berhasil ambil uang dari dia kan?” “Memangnya kenapa? Kamu kan sekarang yang satu-satunya bisa menikmati uangku, bukan Naya. Soal uang nafkah itu, biar saja lah. Hitung-hitung sedekah selama aku jadi suami dia ....” “Tuh kan kamu itu terlalu baik jadi orang, Yang!” “Sudah tahu aku ini orang baik, kenapa kamu nggak mau nikah sama aku secepatnya sih?” “Iya iya, kita pasti bakalan nikah kok. Masa kita sudah sampai sejauh ini, tapi nggak maju-maju ke jenjang yang lebih serius?” “Makanya itu, sebaiknya kita percepat saja pernikahan kita.” Lika menggelengkan kepala. “Mempercepat bukan berarti buru-buru, Yang. Memangnya kamu sudah punya uang buat sewa gedung, jatering, baju pengantin dan cetak undan
Read more

34 Membutuhkan Seorang Sekretaris

Nayara mengetuk pintu dan cepat-cepat masuk ke ruangan Elkan. “Permisi, Bapak sakit?” “Menurut kamu?” sahut Elkan dengan suara sengau, dia mengenakan masker warna hitam yang membuatnya semakin terlihat misterius dan menarik. “Kenapa tidak libur saja sih, Pak?” “Karena tidak ada yang bisa menggantikan saya.” “Masalahnya Bapak tidak punya sekretaris sih, ya?” komentar Nayara sambil meletakkan setumpuk dokumen yang baru saja dia cetak. “Setidaknya saat Bapak sakit, dia bisa meng-handle pekerjaan di sini.” Elkan tidak menjawab, melainkan dia langsung memeriksa dokumen yang Nayara serahkan. “Sudah minum obat belum, Pak?” tanya Nayara lagi ketika melihat Elkan yang berulang kali menyeka matanya yang berair. “Sudah minum kopi tadi ....” “Kok minum kopi sih Pak, Seharusnya kan Bapak minum obat.” “Saya minum kopinya sekitar dua jam yang lalu,” kilah Elkan. “Tetap saja kopi itu bukan obat, itu bapak masih kuat kerja kan?” Elkan lagi-lagi tidak menjawab. “Saya kembali ke ruangan tim
Read more

35 Jadi Serba Salah

Apa aku lepas saja ya maskernya biar dia bisa bernapas? Nayara mengulurkan tangannya dengan ragu, sebelum dia sempat menyentuh ujung masker itu ..... Tiba-tiba saja Elkan membuka mata dan menangkap pergelangan tangan Nayara. “Kamu mau ngapain?” “Maaf, Pak!” Elkan memaksa dirinya untuk bangun dengan susah payah. “Saya ke sini karena ... tumben telepon interkom tidak berbunyi, jadi saya cek dan ... Bapak memangnya tidak engap pakai masker sambil tidur begitu?” “Yang namanya sakit mana ada nyaman, sih?” “Terus ini Bapak maunya ... pulang atau ...?” “Carikan saya obat, dan minuman hangat ...” pinta Elkan sambil membelakangi Nayara. “Ambilkan kotak tisu di meja saya.” “Baik, Pak!” Nayara dengan sigap mengambil barang yang Elkan inginkan. “Saya keluar sebentar, nanti biar OB yang siapkan teh dan obatnya. Bapak biasanya minum yang merek apa?” “Saya obat apa saja cocok, yang penting stok tersedia. Tidak perlu mencari yang tidak ada ....” “Kalau begitu tunggu sebentar ya, Pak!” Naya
Read more

36 Kamu yang Paling Cocok

Nayara mengangguk mengerti dan segera mengambil obat yang dinilai paling cocok untuk gejala yang dialami Elkan. “Diminum yang ini, Pak.” “Oke, habis ini saya bisa langsung sembuh kan?” Nayara menggeleng. “Kalau bisa sebaiknya Anda tidur dulu dan istirahat yang cukup, baru setelah itu kondisi tubuh pasti akan lebih baik lagi. Jangan memaksakan diri kalau memang sedang sakit.” Elkan tidak bicara sampai dia selesai meminum obatnya. “Sepertinya saya memang butuh sekretaris,” ujar Elkan sambil meletakkan bungkus obat yang sudah kosong. “Bukanlah saya sudah bilang dari jauh-jauh hari?” “Dan kamu adalah orang yang paling cocok untuk menjadi sekretaris saya.” “Apa, Pak?” “Nanti kita akan bicara lagi kalau saya sudah benar-benar lebih baik, sekarang saya mau tidur dulu.” Nayara bengong. “Kamu boleh kembali ke ruangan tim kamu, tapi sebaiknya kamu cek ke sini setiap satu jam sekali.” Nayara menarik napas. Elkan memang sudah sering bertingkah semenjak mereka bertemu, tapi tingkahnya k
Read more

37 Karena Bujukan Setan

Pria itu mengembuskan napas berat. “Tidak sih, tapi ....” “Tunggu apa lagi? Loloskan mereka, biarkan mereka ikut masa percobaan seperti pegawai lainnya sebelum tanda tangan kontrak resmi. Kalau hasil kerja bagus, kita bisa gunakan uang ini. Kalau ternyata kurang memuaskan, kita kembalikan uang ini dengan potongan sekian persen. Gimana, Pak?” “Kamu benar-benar bikin saya dalam situasi sulit.” “Tidak ada yang sulit kalau Anda mau bekerja sama, Pak!” Lagi-lagi pria itu bimbang, tapi Andika terus memaksa dengan gigih. Hingga akhirnya kata setuju itu meluncur keluar dari bibirnya dan Andika bersorak gembira. “Tapi kamu harus pastikan kalau tidak ada orang lain yang mengetahui tentang hal ini ....” “Anda tenang saja, Pak. Yang tahu soal ini cuma saya dan Bapak saja,” sahut Andika sambil terkekeh. “Suruh mereka yang sudah kamu incar itu untuk menghadap saya, kita harus benar-benar melakukannya dengan rapi.” “Baik, Pak. Saya mengerti, kita lakukan bertahap saja.” Pria yang selama ini
Read more

38 Saya Percaya Kamu Mampu

“Sini, bantu saya untuk menjelaskan protes dari calon pegawai tetap lain yang merasa lebih berpotensi!” Andika mengacak rambutnya, tapi dia berusaha untuk tetap tenang. “Begini, kami sudah melakukan tes dari berbagai macam aspek sejak awal penerimaan pegawai baru. Jadi meski kalian berpotensi di beberapa aspek dan ada aspek lain yang belum memenuhi syarat, kami tentu punya penilaian tersendiri untuk menolak atau tetap menerima kalian.” Andika menjelaskan, berusaha kelihatan berwibawa supaya mereka percaya dengan apa yang dia katakan. Nggak apa-apa manipulatif sedikit, batin Andika dalam hati. “Terus apa yang kami dapatkan selama masa percobaan di sini?” “Betul, kami sudah mengeluarkan tenaga dan juga pikiran kami.” Andika dan Mantyo saling pandang. “Jangan khawatir, kalian akan tetap mendapatkan hak kalian. Gaji, uang makan dan bensin. Untuk kontrak kerja, mohon maaf sekali karena nama kalian tidak masuk dalam daftar kami. Semoga ke depan kalian menemukan tempat yang sesuai deng
Read more

39 Cari Perhatian Andika?

“Tidak juga, saya hanya ada urusan sedikit.” Nayara tidak lagi bicara dan lebih memilih untuk melihat-lihat jalanan yang dilalui mobil Elkan. Sepintas tidak ada hal yang aneh, tapi lama kelamaan .... Aku kok kayak kenal rute jalan ini ya, pikir Nayara sambil menegakkan tubuhnya. “Ngapain kamu?” tanya Elkan yang merasa terusik. “Pak, ini kita ke kantor mana kalau boleh tahu?” “Nanti kamu juga lihat sendiri, tenang saja.” Nayara akhirnya diam dengan memendam sejuta pertanyaan di dalam kepala. Hingga akhirnya mobil yang dikemudikan Elkan memasuki pelataran parkir sebuah gedung yang tentunya sudah tidak asing lagi di mata Nayara. Altavisioner, perusahaan tempat Andika bekerja. “Ayo turun, kenapa kamu diam saja?” sentak Elkan sembari membuka pintu mobilnya. “Saya harus ikut Bapak masuk? Gimana kalau saya ke kantin dan makan siang duluan?” “Tidak sopan, kamu makan duluan di saat bos kamu masih kerja ....” “Lagian kenapa Bapak memilih jam makan siang untuk kuker sih?” “Apa kuker
Read more

40 Jangan Dekat-dekat Elkan

Andika memilih duduk di meja yang sudah dibersihkan, kemudian masih terngiang-ngiang dengan keberadaan Elkan dan juga Nayara beberapa saat yang lalu. Kok bisa mereka berdua muncul bersama? “Kenapa sih kamu nggak pernah mau memperkenalkan Elkan sama aku?” protes Lika lagi. “Tadi itu kesempatan yang bagus untuk kita saling mengenal, nanti kalau kita punya bisnis kan dia bisa jadi target pertama kita.” Andika menggelengkan kepalanya. “Sebentar dulu, Yang. Aku masih bingung sejak kapan Elkan jadi atasan Naya, setahu aku Pak Ryan itu nama bosnya.” Lika terdiam, ekspresi wajahnya memperlihatkan kebingungan yang sama. “Ya sudahlah, nggak penting juga. Yang penting adalah gimana caranya kita akrab sama Elkan, kelihatannya dia bukan orang sembarangan. Pengusaha atau apa?” “Entahlah, jujur aku nggak terlalu kenal sama Elkan. Dia sepupu jauh, setahu aku dia sudah mapan sih.” “Terus kenapa mantan istri kamu bisa jadi pegawainya Elkan?” “Itu yang aku belum tahu, satu-satunya kemungkinan ad
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status