“Mengundurkan diri?” “Iya, sejak Pak Ryan keluar tuh rasanya aku jadi malas kerja.” “Tapi kan sekarang sudah ada Pak Elkan, Nay.”“Iya aku tahu, tapi aku juga kayaknya nggak sreg kerja sama dia.” “Lho, kenapa sih? Cakep begitu, bikin betah dlihatin lama-lama ... aduh!” Kalisa meringis ketika Nayara menjitak kepalanya pelan. “Kita di sini tuh kerja, bukan buat melihat kegantengan orang.” “Iya tahu, tapi aneh kamu. Seharusnya asyik-asyik saja kerja sama Pak Elkan, bisa cuci mata sekalian kerja.” Nayara tersenyum kecut. “Asyik, asyik ... Kamu belum pernah kena marah kan sama dia? Aku nih, berkali-kali kena semprot! Disuruh sana-sini, dilempar ke mana saja kayak bola ... Capek, Bu!” Kalisa berpikir sebentar. “Iya juga ya, sejak kerja sama Pak Elkan tuh kamu jadi jarang ada di ruangan ini.” “Ya itu karena aku disuruh macam-macam sama atasan baru kita itu,” sungut Nayara geram. “Disuruh macam-macam? Ih wow!” Nayara langsung menepuk keningnya, menyesal dengan pemilihan kata yang k
Read more