Home / Romansa / Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku : Chapter 21 - Chapter 30

80 Chapters

21 Bisa Mengembalikan Keperawanan

“Kalau bukan kamu yang posting, terus siapa?” “Mana aku tahu?” Andika berdecak. “Kembalikan nafkah aku kalau begitu!” Nayara melepas sepatu hak tingginya, lalu bersiap melemparnya ke wajah Andika. “Pergi dari sini, atau aku lempar muka kamu pakai sepatu!” ancam Nayara dengan wajah bengis. “Laki-laki kok nggak punya harga diri sedikit sih?” “Apa kamu bilang?” “Nggak punya harga diri, kenapa? Nggak terima?” Tangan Andika terkepal. Belum juga dia menanggapi, sudah ada seorang satpam yang mendatangi mereka. “Ada apa ini? Pagi-pagi sudah ribut ....” “Itu Pak, pegawai kantor sebelah yang duluan nyari gara-gara!” Nayara langsung mengadu. “Usir saja Pak, tolong ....” “Urusan kita belum selesai ya, Nay?” ancam Andika. “Kamu kalau bukan pegawai sini, jangan bikin onar.” Satpam itu menegur Andika baik-baik. “Apalagi kalau ada masalah pribadi, sebaiknya diselesaikan di luar.” Andika yang masih ingin meluapkan amarahnya kepada Nayara, mau tak mau harus berbalik dengan tangan kosong. “
Read more

22 Pikiran Kalisa Berkelana

“Mengundurkan diri?” “Iya, sejak Pak Ryan keluar tuh rasanya aku jadi malas kerja.” “Tapi kan sekarang sudah ada Pak Elkan, Nay.”“Iya aku tahu, tapi aku juga kayaknya nggak sreg kerja sama dia.” “Lho, kenapa sih? Cakep begitu, bikin betah dlihatin lama-lama ... aduh!” Kalisa meringis ketika Nayara menjitak kepalanya pelan. “Kita di sini tuh kerja, bukan buat melihat kegantengan orang.” “Iya tahu, tapi aneh kamu. Seharusnya asyik-asyik saja kerja sama Pak Elkan, bisa cuci mata sekalian kerja.” Nayara tersenyum kecut. “Asyik, asyik ... Kamu belum pernah kena marah kan sama dia? Aku nih, berkali-kali kena semprot! Disuruh sana-sini, dilempar ke mana saja kayak bola ... Capek, Bu!” Kalisa berpikir sebentar. “Iya juga ya, sejak kerja sama Pak Elkan tuh kamu jadi jarang ada di ruangan ini.” “Ya itu karena aku disuruh macam-macam sama atasan baru kita itu,” sungut Nayara geram. “Disuruh macam-macam? Ih wow!” Nayara langsung menepuk keningnya, menyesal dengan pemilihan kata yang k
Read more

23 Andika Sengaja Berpaling?

Dengan langkah gontai, Nayara melenggang pergi ke kamar mandi untuk mengguyur sekujur tubuhnya dengan air supaya kantuknya hilang. “Pak Elkan serius nggak sih mau ajak aku pergi?” pikir Nayara selagi dia membasuh kulitnya menggunakan sabun aroma buah. “Sejauh ini sih dia nggak pernah bercanda ....” Selesai mandi, Nayara mengenakan pakaian sehari-hari dan memutuskan untuk keluar dari apartemen. Seorang pria yang mengenakan pakaian resmi itu tengah berdiri dengan dikelilingi beberapa orang ketika Nayara muncul. “Kok, pada kumpul di sini ...? Kayak mau menggerebek seseorang?” Wajah Elkan yang tampak masam enggan menanggapi pertanyaan Nayara. “Mbak, katanya bapak ini atasan kamu di kantor?” “Iya betul, kenapa Pak?” “Dari tadi nungguin kamu, Mbak. Mondar-mandir tidak jelas, kami niatnya cuma waspada saja ....” “Oh, tidak apa-apa kok. Betul, bapak ini adalah atasan saya di kantor. Terima kasih sudah curiga, Pak.” Elkan menyipitkan matanya mendengar ucapan Nayara yang tengah terseny
Read more

24 Pantas Saja Belum Laku

“Namanya Elkan, puas?” Lika tersenyum centil. “Oh, Elkan. Kamu hebat deh, punya kakak sepupu kayak dia. Nggak rugi aku jadi kekasih kamu ....” “Apa hubungannya sih?” Andika melajukan mobilnya dengan hati kesal, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Elkan yang tiba-tiba muncul begitu saja di hadapan mereka. “Ya jelas ada hubungannya! Aku lihat sekilas tadi dia kayak orang kantoran juga, mirip kita. Namanya relasi itu penting, apalagi kalau masih ada hubungan kekerabatan sama kita.” “Maksud kamu? Aku nggak ngerti.” Lika memutar bola matanya dengan malas. “Misalnya suatu saat nanti kita mau punya bisnis, kita kan bisa dengan mudah mempromosikan produknya karena punya banyak relasi, salah satunya Elkan.” “Aku tetap tidak paham, kenapa harus Elkan.” “Aku kan bilang salah satunya, jadi bukan Cuma Elkan saja. Aduh, kamu kok punya kakak sepupu kayak dia malah nggak bisa memanfaatkan sih?” Andika mengangkat bahu, dia masih tidak mengerti sehebat apa Elkan di matanya. “Dia pegawai biasa
Read more

25 Pasangan Romantis Versi Nayara

“Biar saja tinggi, masa kalah sama cita-cita?” Nayara memegang keningnya. Semoga aku tidak gila punya atasan kayak begini lama-lama .... “Barang-barang kamu taruh di belakang,” perintah Elkan ketika dia dan Nayara masuk mobil. “Di sana nanti kamu cukup diam dan senyum, jangan bicara hal yang tidak kamu tahu atau yang tidak perlu. Paham?” “Siap laksanakan, Pak.” “Kata-katanya juga di-rem kalau kamu terpaksa bicara ....” “Iya, iya, cerewet.” “Heh!” “Iya, maaf Pak!” Dengan perasaan dongkol, Elkan menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi menuju lokasi pertemuan. “Bapak tadi nunggu lama di luar?” “Menurut kamu?” “Ya mana mungkin, pasti Bapak tidur di mana dulu.” Elkan menghela napas. “Tidak sepenuhnya salah sih, tapi saya tidak tidur.” “Terus ngapain?” “Kamu ngapain tanya-tanya?” Nayara memalingkan wajahnya dengan malas. Menyesal dia sudah mencoba berbaik hati dengan mengajak ngobrol Elkan, tapi dasar atasannya saja yang tidak tahu adat. Setibanya di salah satu hotel, Na
Read more

26 Nayara Sakit Hati

Keduanya sama-sama saling pandang untuk memastikan bahwa apa yang mereka lihat bukanlah tipuan halusinasi. “Kamu ngapain di sini, Nay? Dandanan kamu, ya ampun!” Nayara menatap sengit ke arah mantan suaminya. “Bukan urusan kamu.” Andika mengumpat dalam hati. Sial banget sih, kenapa dia jadi berubah cantik begini? Mana gayanya jadi jual mahal sama aku, cih sombong amat. Sementara itu Nayara sebenarnya tahu jika Andika sedang fokus memandangnya, tapi dia sengaja pura-pura tidak peduli. “Nay?” panggil Andika ragu-ragu, langkahnya maju mundur untuk pergi dari hadapan sang mantan istri. “Kamu ... kok bisa ada di acara ini?” Nayara tentu tidak mau repot-repot menjawabnya, masih ingat dalam pikiran bagaimana Andika mengusir dan meludah di dekat kakinya dengan sangat hina. Jujur, Nayara sakit hati dengan perlakuan Andika. Belum lagi tuduhan sebagai istri yang tidak setia terus dia tanamkan ke telinga orang-orang yang mau mendengar, dia tidak akan pernah bisa memaafkan mantan sua
Read more

27 Tidak Bisa Berkorban

Elkan terdiam lagi, dia heran dengan sikap santai Nayara yang tampak tidak punya beban sejak resmi bercerai dari Andika. Sejak pertemuan yang tidak disengaja itu, pikiran Andika sering dipenuhi oleh sosok Nayara dengan penampilan terbarunya. Sial banget sih, kenapa aku jadi memikirkan dia? Andika menggerutu dalam hati. Kenapa Naya harus tampil cantik malam itu? Dan kenapa juga aku mesti melihatnya? Andika yang saat itu berada di kamar, mengubah posisinya menjadi tengkurap dan membayangkan Lika supaya bayangan Nayara segera enyah dari pikirannya. Namun, ternyata tidak semudah itu, Bambwang! “Aku harus telepon Lika, aku harus telepon Lika!” ucap Andika seperti orang sakaw. Dia berbalik dan meraih ponselnya untuk segera mengontak sang kekasih. “Halo, Yang?” “Kamu di mana, Beb?” “Biasa, cuci mata sama teman-teman aku.” “Pulangnya menginap di rumahku, ya?” Lika tidak segera menjawab. “Beb, kamu masih di situ?” panggil Andika. “Atau malah pingsan?” “Apa sih Yang, bercandanya ngga
Read more

28 Elkan dengan Segala Kegilaannya

Namun, tidak sampai satu menit dia sudah kembali dengan wajah panik. “Gawat, Nay?” “Ada apa, Lis?” “Pak Elkan marah besar!” Kalisa mengadu dengan mata berkaca-kaca sementara tangannya mencengkeram bagian depan kemeja kerjanya. “Mentalku seketika ambyar!” Putra dan Nayara saling lirik. “Nay, aku nggak mau kamu meninggalkan pekerjaan kamu lagi.” Putra langsung memberikan ultimatum ketika dia melihat gelagat Nayara yang seperti ingin terbang dari ruangan kerja mereka. “Tapi Put, aku kena amuk Pak Elkan gara-gara Naya nggak pergi ke sana!” Kalisa menatap rekan kerjanya. “Gimana dong?” “Memangnya harus ya Naya yang dipanggil?” “Buktinya aku yang diusir keluar, Put!” Nayara memegang keningnya, sementara Putra berdecak tidak sabar. “Pak Elkan suruh kamu ngapain, Lis?” “Boro-boro, dia langsung suruh aku keluar saat aku bilang kalau kamu berhalangan hadir karena kerjaan yang terbengkalai.” Nayara mengembuskan napas panjang. “Put ...?” “Apa, Nay? Mau mangkir lagi dari kewajiban?” t
Read more

29 Surat Pengunduran Diri

“Gajian dulu bulan ini, setelah itu aku akan mengundurkan diri.” Nayara membatin. “Kok kamu balik lagi?” tanya Putra dengan wajah masam ketika melihat Nayara muncul. “Aku nggak tega lihat kamu kerja pontang-panting ....” “Dia nggak pontang-panting, Nay. Orang dari tadi Putra itu cuma duduk saja kok,” celetuk Kalisa yang dibalas dengan pelototan dari yang punya nama. “Jangan sok tahu deh, Lis. Kamu nggak lihat kalau dari tadi mataku sampai juling gara-gara data yang nggak dibereskan sama Naya?” “Iya deh, maaf!” sahut Nayara sembari menyalakan laptopnya kembali. “Aku akan coba atur kerjaan aku lagi.” “Pak Elkan gimana?” “Nggak tahu deh, Put. Mungkin sebentar lagi aku akan dipecat karena sudah berani melawan dia.” Putra mendesah kecewa. “Atasan baru kita kok begini amat ya?” komentarnya. “Aku pikir Pak Ryan yang paling parah, ternyata aku salah besar.” Nayara mengangguk setuju, kenyataanya memang Elkan separah itu. Hari gajian tiba, dengan wajah super masam, Elkan menyodorkan s
Read more

30 Mengalah untuk Kesekian Kalinya

“Hust, ngaco kamu. Maksud aku adalah kalau aku itu juga butuh ketenangan selain uang. Kerja pun kalau situasinya nggak tenang, suka bikin tertekan, atasan suka bikin onar, siapa sih yang bakalan tahan?” Kalisa mengangguk-angguk mengerti. “Iya juga ya, duh aku jadi bingung. Mau membela kamu apa harus membela atasan kita ....” “Dasar kamu, seharusnya kamu setia kawan di saat-saat penting seperti ini.” Kalisa hanya tertawa saja menanggapi ucapan Nayara. Sepulangnya Kalisa dari apartemen, nayara berbaring di atas tempat tidurnya sambil memandangi langit-langit. Jujur dia masih berhubungan dengan kepala pegawai di kantornya, mengingat keputusan elo kan yang tiba-tiba menolak pengajuan surat pengunduran diri itu. “Atasan nggak jelas, sebenarnya apa sih yang bikin Pak Elkan tiba-tiba menolak surat pengunduran diri ini?” Nayara terus menggerutu sambil memejamkan mata, hingga tidak berapa lama kemudian dia terlelap sembari memeluk mimpi-mimpinya. *** “Berani sekali dia mengajukan surat
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status