Beranda / Romansa / Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku / 23 Andika Sengaja Berpaling?

Share

23 Andika Sengaja Berpaling?

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Dengan langkah gontai, Nayara melenggang pergi ke kamar mandi untuk mengguyur sekujur tubuhnya dengan air supaya kantuknya hilang.

“Pak Elkan serius nggak sih mau ajak aku pergi?” pikir Nayara selagi dia membasuh kulitnya menggunakan sabun aroma buah. “Sejauh ini sih dia nggak pernah bercanda ....”

Selesai mandi, Nayara mengenakan pakaian sehari-hari dan memutuskan untuk keluar dari apartemen.

Seorang pria yang mengenakan pakaian resmi itu tengah berdiri dengan dikelilingi beberapa orang ketika Nayara muncul.

“Kok, pada kumpul di sini ...? Kayak mau menggerebek seseorang?”

Wajah Elkan yang tampak masam enggan menanggapi pertanyaan Nayara.

“Mbak, katanya bapak ini atasan kamu di kantor?”

“Iya betul, kenapa Pak?”

“Dari tadi nungguin kamu, Mbak. Mondar-mandir tidak jelas, kami niatnya cuma waspada saja ....”

“Oh, tidak apa-apa kok. Betul, bapak ini adalah atasan saya di kantor. Terima kasih sudah curiga, Pak.”

Elkan menyipitkan matanya mendengar ucapan Nayara yang tengah terseny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    24 Pantas Saja Belum Laku

    “Namanya Elkan, puas?” Lika tersenyum centil. “Oh, Elkan. Kamu hebat deh, punya kakak sepupu kayak dia. Nggak rugi aku jadi kekasih kamu ....” “Apa hubungannya sih?” Andika melajukan mobilnya dengan hati kesal, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Elkan yang tiba-tiba muncul begitu saja di hadapan mereka. “Ya jelas ada hubungannya! Aku lihat sekilas tadi dia kayak orang kantoran juga, mirip kita. Namanya relasi itu penting, apalagi kalau masih ada hubungan kekerabatan sama kita.” “Maksud kamu? Aku nggak ngerti.” Lika memutar bola matanya dengan malas. “Misalnya suatu saat nanti kita mau punya bisnis, kita kan bisa dengan mudah mempromosikan produknya karena punya banyak relasi, salah satunya Elkan.” “Aku tetap tidak paham, kenapa harus Elkan.” “Aku kan bilang salah satunya, jadi bukan Cuma Elkan saja. Aduh, kamu kok punya kakak sepupu kayak dia malah nggak bisa memanfaatkan sih?” Andika mengangkat bahu, dia masih tidak mengerti sehebat apa Elkan di matanya. “Dia pegawai biasa

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    25 Pasangan Romantis Versi Nayara

    “Biar saja tinggi, masa kalah sama cita-cita?” Nayara memegang keningnya. Semoga aku tidak gila punya atasan kayak begini lama-lama .... “Barang-barang kamu taruh di belakang,” perintah Elkan ketika dia dan Nayara masuk mobil. “Di sana nanti kamu cukup diam dan senyum, jangan bicara hal yang tidak kamu tahu atau yang tidak perlu. Paham?” “Siap laksanakan, Pak.” “Kata-katanya juga di-rem kalau kamu terpaksa bicara ....” “Iya, iya, cerewet.” “Heh!” “Iya, maaf Pak!” Dengan perasaan dongkol, Elkan menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi menuju lokasi pertemuan. “Bapak tadi nunggu lama di luar?” “Menurut kamu?” “Ya mana mungkin, pasti Bapak tidur di mana dulu.” Elkan menghela napas. “Tidak sepenuhnya salah sih, tapi saya tidak tidur.” “Terus ngapain?” “Kamu ngapain tanya-tanya?” Nayara memalingkan wajahnya dengan malas. Menyesal dia sudah mencoba berbaik hati dengan mengajak ngobrol Elkan, tapi dasar atasannya saja yang tidak tahu adat. Setibanya di salah satu hotel, Na

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    26 Nayara Sakit Hati

    Keduanya sama-sama saling pandang untuk memastikan bahwa apa yang mereka lihat bukanlah tipuan halusinasi. “Kamu ngapain di sini, Nay? Dandanan kamu, ya ampun!” Nayara menatap sengit ke arah mantan suaminya. “Bukan urusan kamu.” Andika mengumpat dalam hati. Sial banget sih, kenapa dia jadi berubah cantik begini? Mana gayanya jadi jual mahal sama aku, cih sombong amat. Sementara itu Nayara sebenarnya tahu jika Andika sedang fokus memandangnya, tapi dia sengaja pura-pura tidak peduli. “Nay?” panggil Andika ragu-ragu, langkahnya maju mundur untuk pergi dari hadapan sang mantan istri. “Kamu ... kok bisa ada di acara ini?” Nayara tentu tidak mau repot-repot menjawabnya, masih ingat dalam pikiran bagaimana Andika mengusir dan meludah di dekat kakinya dengan sangat hina. Jujur, Nayara sakit hati dengan perlakuan Andika. Belum lagi tuduhan sebagai istri yang tidak setia terus dia tanamkan ke telinga orang-orang yang mau mendengar, dia tidak akan pernah bisa memaafkan mantan sua

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    27 Tidak Bisa Berkorban

    Elkan terdiam lagi, dia heran dengan sikap santai Nayara yang tampak tidak punya beban sejak resmi bercerai dari Andika. Sejak pertemuan yang tidak disengaja itu, pikiran Andika sering dipenuhi oleh sosok Nayara dengan penampilan terbarunya. Sial banget sih, kenapa aku jadi memikirkan dia? Andika menggerutu dalam hati. Kenapa Naya harus tampil cantik malam itu? Dan kenapa juga aku mesti melihatnya? Andika yang saat itu berada di kamar, mengubah posisinya menjadi tengkurap dan membayangkan Lika supaya bayangan Nayara segera enyah dari pikirannya. Namun, ternyata tidak semudah itu, Bambwang! “Aku harus telepon Lika, aku harus telepon Lika!” ucap Andika seperti orang sakaw. Dia berbalik dan meraih ponselnya untuk segera mengontak sang kekasih. “Halo, Yang?” “Kamu di mana, Beb?” “Biasa, cuci mata sama teman-teman aku.” “Pulangnya menginap di rumahku, ya?” Lika tidak segera menjawab. “Beb, kamu masih di situ?” panggil Andika. “Atau malah pingsan?” “Apa sih Yang, bercandanya ngga

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    28 Elkan dengan Segala Kegilaannya

    Namun, tidak sampai satu menit dia sudah kembali dengan wajah panik. “Gawat, Nay?” “Ada apa, Lis?” “Pak Elkan marah besar!” Kalisa mengadu dengan mata berkaca-kaca sementara tangannya mencengkeram bagian depan kemeja kerjanya. “Mentalku seketika ambyar!” Putra dan Nayara saling lirik. “Nay, aku nggak mau kamu meninggalkan pekerjaan kamu lagi.” Putra langsung memberikan ultimatum ketika dia melihat gelagat Nayara yang seperti ingin terbang dari ruangan kerja mereka. “Tapi Put, aku kena amuk Pak Elkan gara-gara Naya nggak pergi ke sana!” Kalisa menatap rekan kerjanya. “Gimana dong?” “Memangnya harus ya Naya yang dipanggil?” “Buktinya aku yang diusir keluar, Put!” Nayara memegang keningnya, sementara Putra berdecak tidak sabar. “Pak Elkan suruh kamu ngapain, Lis?” “Boro-boro, dia langsung suruh aku keluar saat aku bilang kalau kamu berhalangan hadir karena kerjaan yang terbengkalai.” Nayara mengembuskan napas panjang. “Put ...?” “Apa, Nay? Mau mangkir lagi dari kewajiban?” t

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    29 Surat Pengunduran Diri

    “Gajian dulu bulan ini, setelah itu aku akan mengundurkan diri.” Nayara membatin. “Kok kamu balik lagi?” tanya Putra dengan wajah masam ketika melihat Nayara muncul. “Aku nggak tega lihat kamu kerja pontang-panting ....” “Dia nggak pontang-panting, Nay. Orang dari tadi Putra itu cuma duduk saja kok,” celetuk Kalisa yang dibalas dengan pelototan dari yang punya nama. “Jangan sok tahu deh, Lis. Kamu nggak lihat kalau dari tadi mataku sampai juling gara-gara data yang nggak dibereskan sama Naya?” “Iya deh, maaf!” sahut Nayara sembari menyalakan laptopnya kembali. “Aku akan coba atur kerjaan aku lagi.” “Pak Elkan gimana?” “Nggak tahu deh, Put. Mungkin sebentar lagi aku akan dipecat karena sudah berani melawan dia.” Putra mendesah kecewa. “Atasan baru kita kok begini amat ya?” komentarnya. “Aku pikir Pak Ryan yang paling parah, ternyata aku salah besar.” Nayara mengangguk setuju, kenyataanya memang Elkan separah itu. Hari gajian tiba, dengan wajah super masam, Elkan menyodorkan s

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    30 Mengalah untuk Kesekian Kalinya

    “Hust, ngaco kamu. Maksud aku adalah kalau aku itu juga butuh ketenangan selain uang. Kerja pun kalau situasinya nggak tenang, suka bikin tertekan, atasan suka bikin onar, siapa sih yang bakalan tahan?” Kalisa mengangguk-angguk mengerti. “Iya juga ya, duh aku jadi bingung. Mau membela kamu apa harus membela atasan kita ....” “Dasar kamu, seharusnya kamu setia kawan di saat-saat penting seperti ini.” Kalisa hanya tertawa saja menanggapi ucapan Nayara. Sepulangnya Kalisa dari apartemen, nayara berbaring di atas tempat tidurnya sambil memandangi langit-langit. Jujur dia masih berhubungan dengan kepala pegawai di kantornya, mengingat keputusan elo kan yang tiba-tiba menolak pengajuan surat pengunduran diri itu. “Atasan nggak jelas, sebenarnya apa sih yang bikin Pak Elkan tiba-tiba menolak surat pengunduran diri ini?” Nayara terus menggerutu sambil memejamkan mata, hingga tidak berapa lama kemudian dia terlelap sembari memeluk mimpi-mimpinya. *** “Berani sekali dia mengajukan surat

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    31 Tidak Ingin Makan Gaji Buta

    Semuanya terlihat normal di mata Andika, sampai kemudian matanya begitu jeli menatap banyaknya nominal uang yang keluar untuk memenuhi setiap keinginan Lika.“Buset! Jadi ternyata segini pengeluaran aku per bulan?” Andika berkali-kali menatap hasil hitungan yang tertampil di kalkulator, ingin tidak percaya sebetulnya. Namun, dia sudah mengulangi hitungan itu hingga beberapa kali dan hasilnya tegak saja sama.“Argh!” umpat Andika kesal sendiri, tapi dia enggan menyalahkan Lika karena menurutnya wanita itu memang memiliki banyak kebutuhan daripada pria.Tapi kenapa Naya nggak seboros Lika, tanya hati kecil Andika. Cukup menyentil meskipun hanya di dalam hati.Ah, Naya si polos itu mana mengerti gaya hidup modern sih! Sisi hati Andika yang lain membantah keras.“Duh, aku harus cari uang tambahan kayaknya biar Lika bisa tetap senang sama aku ... tapi apa ya?”Andika menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, dia yang hanya bekerja sebagai sekretaris bos ini memang memiliki gaji y

Bab terbaru

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    101

    "Ya, hiduplah dengan lebih baik lagi bersama keluarga kecil kamu." Gio mengangkat tangannya sebagai isyarat bagi Nia untuk segera pergi.Sesaat setelah Nia keluar, sebuah taksi menepi di depan Kafe dan Kalila melangkah turun."Aku sudah sampai, nih ... Masih lama? Ya sudah, aku tunggu!" Kalila mengakhiri percakapan dengan seseorang, kemudian menyimpan kembali ponsel miliknya ke dalam tas.Namun, langkah Kalila sontak terhenti saat seseorang menabraknya tepat setelah dia melangkah masuk ke dalam kafe."Gio! Kok main tabrak saja?"Kalila terhuyung sebentar sebelum akhirnya bisa menyeimbangkan diri."Hati-hati kalau jalan!" imbuhnya sedikit kesal.Gio menyipitkan matanya."Mentang-mentang kita sudah bercerai, apa harus kamu seangkuh ini di depanku?"Kalila balas menatap Gio yang wajahnya sedikit memerah."Aku tidak mengerti kamu ngomong apa."Kalila bergegas pergi menjauh untuk mencari meja yang masih kosong. Jika sesuai rencana, seharusnya Zia akan menyusul lima belas menit kemudian.Na

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    79

    "Terus kenapa menatapnya penuh curiga begitu? Saya ini bukan tukang tipu," sela Elkan sedikit tersinggung. "Bukan curiga, Pak. Aneh saja, kenapa tidak ambil pegawai lain saja untuk jadi asisten pribadi?" "Suka-suka saya, hanya saya lihat akhir-akhir ini kerjaan kamu beres semua ...." "Yang kemarin-kemarin tidak beres memangnya?" potong Nayara berani. "Beres sih, tapi akhir-akhir ini kamu gesit. Kebetulan saya akan sangat sibuk ke depannya." Nayara langsung memegang keningnya. Bayangan seberapa banyak pekerjaan jika menjadi asisten pribadi Elkan membuatnya tegang duluan. "Kenapa wajahmu begitu, seharusnya kamu bahagia karena ini penawaran langsung dari bos." Nayara memutar bola matanya dengan malas. "Gajinya berapa, Pak?" "Soal gaji, saya tidak pernah mengecewakan. Saya naikkan lima belas persen, lumayan kan?" "Cuma lima belas persen?" "Kenapa, kurang?" Nayara sibuk menimbang-nimbang. "Gimana, ya? Kalau dua puluh lima persen saya mau, Pak!" "Wah, mata duitan." Nayara ce

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    78

    "Aku tidak bilang begitu, hanya saja apa kalian sudah mampu dari segi modal?"Pertanyaan Elkan tak urung membuat Andika dan Lika diam membisu."Justru itu! Kami sedang berusaha mencari investor yang mau kasih pinjam modal ke kita," kata Andika pongah."Kenapa tidak mengumpulkan modal sendiri dari gaji kalian? Minim risiko dan jelas lebih aman.""Kelamaan kalau kami harus mengumpulkan uang dulu, El." Kali ini Lika yang menjawab. "Berapa sih gaji pegawai seperti kami ini?""Tentu lumayan kalau digabungkan berdua," sahut Elkan kalem. "Saranku, kalian menabung dulu sambil memikirkan gambaran bisnis apa yang ingin kalian wujudkan. Investor kaya sekalipun, dia akan tetap mempertanyakan proposal bisnis kalian."Andika melirik Lika dengan isyarat seolah dia sudah menduga jika menemui Elkan adalah perbuatan yang sia-sia saja.Jaka tiba untuk mengantarkan minuman sesuai permintaan Nayara."Maaf menunggu lama, Pak ....""Apa Nayara tidak kasih tahu kamu kalau saya ada tamu?" tanya Elkan."Sudah

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    77 Ayah Tiri Nayara

    “Sudah dari tadi, Bu!” Nayara sengaja mengeraskan suaranya, seraya melirik ayah tirinya. “Anak datang kok nggak disuruh masuk sih,” omel ibu sambil menggamit lengan Nayara. “Ngomel terus perasaan, bikin pusing lama-lama di rumah ....” “Jangan di rumah kalau begitu, kerja sana!” “Aku ini suami lho, kepala keluarga, kok dibentak-bentak begini ... Kualat gimana?” “Nggak akan kualat kalau kepala keluarganya kayak kamu,” gertak ibu. “Yuk Nay, kita masuk saja.” Ayah tiri Nayara melengos, kemudian keluar dari rumah sambil mengentakkan kakinya. “Kok kayaknya aku datang di saat yang salah ya, Bu?” tanya Nayara tidak enak. “Aku pikir sudah lama nggak nengok Ibu, makanya sengaja datang. Tapi ayah malah marah-marah nggak jelas, memang aku yang salah sih ... Nggak pernah kirim kabar, apalagi kirim uang.” Ibu mengembuskan napas panjang. “Ibu lihat kamu sehat begini saja sudah senang, kamu tambah kinclong ... Itu artinya kamu bahagia, kurang apa lagi, coba?” “Kurang membaha

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    76 Kunjungan Kerja

    Andika hanya meringis, dia bersedia melakukan segala cara supaya bisa meraih simpati Elkan kembali. “Besok Anda ada kunjungan kerja, Pak.” Nayara memberi tahu Elkan di hari pertama akhir bulan. “Bersama Pak Kalandra dari Lazuardi, agenda kegiatannya meninjau pabrik daur ulang ... Saya tidak ikut kan, Pak?” Nayara mendongak menatap Elkan yang sedang menyeruput kopinya. “Pak?” Elkan hanya balas menatap Nayara dengan cangkir masih menempel di bibirnya. “Pak!” “Ohok!” Elkan langsung tersedak dan terbatuk-batuk. “Eh maaf, Pak!” Nayara jadi merasa bersalah karena memanggil Elkan di saat atasannya itu sedang minum kopi, buru-buru diulurkannya beberapa lembar tisu kepada Elkan. “Kamu ini ya ...” Elkan masih terbatuk-batuk. “Mau bunuh saja?” “Kejam amat, tersedak saja tidak akan membuat Anda lewat, Pak!” Elkan tidak menjawab, melainkan sibuk membersihkan tumpahan air kopi sembari masih terbatuk-batuk kecil. “Saya pesankan kopi baru ya, Pak!” Lagi-lagi Elkan tida

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    75 Selalu jadi Penghalang

    Elkan mendengus. “Saya kok tidak percaya.” “Lho, itu terserah Anda. Tidak ada yang memaksa untuk percaya, apalagi orangnya juga belum saya temukan.” Elkan tidak bicara lagi, melainkan fokus mengemudi karena sudah ada pekerjaan yang menunggunya di kantor. “Argh, menyebalkan!” Lika memukul-mukul tangannya sendiri dengan kesal. “Kenapa sih janda satu itu selalu saja nempel sama Elkan? Bikin aku jadi susah untuk melancarkan pesonaku, padahal aku yakin kalau Elkan sebenarnya ramah ... Semua gara-gara si janda!” Lika mengembuskan napas gusar, dia memperbaiki posisi duduknya kemudian mengambil bedak untuk merias ulang wajahnya yang merah padam. “Semoga saja apa yang aku lakukan baru-baru ini bisa bikin Andika mendapatkan jabatan sekretaris lagi, uang jajanku sudah menipis ... Aku nggak mau hidup hemat kayak orang susah,” gumam Lika yang tidak bisa menutupi perasaan gusarnya. Salah satu alasan dia bersedia menjalin hubungan dengan Andika adalah karena pria itu sangat loyal da

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    74 Yang Ikut Terlibat

    “Jangan bahas itu di sini,” tegur Lika diiringi gelengan kepala. Sore harinya di kediaman orang tua Elkan .... “Bikin pusing saja.” “Kenapa, Pa?” Alvi menatap Elkan, lalu menarik napas panjang. “Masalah di kantor Al Drink, ada lagi, ada lagi!” “Namanya juga bisnis, Pa. Ada kalanya dapat ujian,” sahut mama Elkan. “Ujian apa sih yang tidak bisa papa hadapi?” komentar Elkan sembari meraih cangkir berisi teh. “Ini lain, kalian tidak akan menyangka ...” Alvi menatap istri dan anaknya bergantian. “Papa dapat kabar dari Pak Bobi, katanya ada pegawai lain yang ikut terlibat selain Andika.” Elkan terdiam, dia teringat kembali dengan kasus yang ditimbulkan Andika di kantor ayahnya. “Jadi Andika tidak bertindak sendiri, Pa?” “Tidak, makanya papa heran. Kecewa, lebih tepatnya. Kalau seperti ini, gimana perusahaan kita mau maju dan bertahan?” “Kalau memang kesalahan mereka sangat fatal, mungkin sudah saatnya Papa mempertimbangkan untuk memecat mereka.” “Elkan

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    73 Luput dari Penyelidikan

    Andika melangkah penuh percaya diri menuju ruangan Bobi sembari membawa bukti rekaman yang sudah dia edit sedemikian rupa. “Pak Mantyo sudah sembuh?” sapa Wildan saat bertemu dengan Wildan yang akan menyeduh kopi. “Saya ... sedikit lelah,” jawab Mantyo linglung. “Oh ya, mana Lika?” Kening Wildan berkerut ketika mendengar pernyataan Mantyo. “Dia ada di mejanya, Pak.” “Kalau Andika?” Kening Wildan berkerut lagi. “Tadi sih setahu saya, Andika bersih-bersih ruang rapat. Memangnya kenapa, Pak?” “Tidak, tidak apa-apa.” Wildan mengangguk dan segera pergi setelah dia selesai menyeduh kopi. Baru saja dia mau masuk ke ruangannya, Andika muncul dan memanggil nama Wildan. “Kamu dipanggil Pak Bobi tuh!” “Oke, terima kasih sudah kasih tahu.” Andika tidak menanggapi ucapan terima kasih itu, Wildan sendiri tidak mengerti kenapa dia bersikap seperti musuh kepadanya. Tanpa menunggu waktu lama, Wildan segera pergi menemui Bobi di ruangannya. Selang beberapa menit, Wildan keluar

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    72 Kalau Andika Balas Dendam

    Lika terus melakukan pendekatan-pendekatan melalui nada bicaranya yang manja. Mantyo dengan mudah terperangkap dalam pesona semua yang Lika pancarkan. “Kamu ... tidak kembali kerja?” “Pekerjaan saya adalah membuat Bapak bahagia, enak kan kopinya?” “Enak sekali ....” “Mau yang lebih enak?” “Ap—pa maksudnya?” Lika tersenyum dan terus mendekat Mantyo untuk meneguk kopi itu hingga tandas. “Saya agak kesulitan, Pak ...” Lika mulai mengeluh dengan gaya manjanya yang khas. “Kesulitan kenapa! Siapa yang berani-berani membuat kamu merasa kesulitan?” Lika tidak segera menjawab, hanya saja dia membuat wajahnya terlihat semelas mungkin. “Katakan apa yang kamu alami, Lika! Saya pasti akan bantu kamu,” bujuk Mantyo dengan wajah memerah. “Mana bisa kamu bekerja di sini, tapi tidak merasa nyaman seperti itu.” Lika mengangguk dengan wajah muram. “Terima kasih atas motivasinya, Pak ....” “Katakan siapa orang yang bikin kamu tidak nyaman?” “Saya ... tidak enak

DMCA.com Protection Status